Mohon tunggu...
Bahtiar Ali Rambangeng
Bahtiar Ali Rambangeng Mohon Tunggu... profesional -

Pendidikan dasar saya dibentuk dari keluarga, kemudian di KOSKAR akar tumbuhnya pandangan dunia, KOSKAR komunitas sederhana namun mencintai ilmu. Alam dan lingkunganlah tempat terbaik belajar karena disana interaksi langsung terjadi baru kemudian belajar dari buku. Penataan pengetahuan akan lebih baik dengan terus menulis, itulah salah satu alasanku terus menulis essay sederhana sekaligus belajar jadi peneliti.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menata Kepekaan Lewat Tulisan

20 Maret 2013   09:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:29 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis dan menulis selalu menjadi tema dalam beberapa tulisan saya 2 bulan terakhir. Tentu saja itu juga punya alasan salah satu diantara sekian alasannya, tulisan bisa membuat kita memiliki kepekaan sosial dan persoalan hidup yang ditemui. Kadanga kita menemukan sesuatu yang sangat sederhana namun memiliki makna pembelajaran tapi kita abaikan saja sehingga semua berlalu tanpa makna. Bedanya dengan menuliskannya, kita seakan ikut merasakan kondisi terserbut, mengomentari dan memberikan pendidikan terhadap diri sendiri bahwa menuliskannya menjadi catatan penting dalam menata kepekaan hidup.
Saat melakukan perjalanan, kadang saya mengaksikan anak-anak kecil tanpa terurus, orang tuanya miskin dan tak peduli. Mereka berada dalam kemiskinan dengan penghasilan hanya 50 perhari yang harus menghidupi 3 orang, sungguh sangat ironis sebagai kenyataan hiduo. Sudah pasti kehidupannya akan banyak persoalan, kesehatan, kebersihan dan sampai pada soal makanan yang tidak layak sebab uang yang hanya 50 sehari mana bisa digunakan untuk komsumsi secukupnya. Ini kenyataan hidup dan kita saksikan hampir tiap hari di ibo kota Jakarta. di Jalan, jembatan dan di stasiun-stasiun kereta berjejer para pengemis. Membuat wajah republik ini sedikit tersedut dari mata alamiah kita memandang.

Situasi yang setiap hari kita saksikan tersebut, menjadi sebuah pembelajaran, catatan penting untuk disuguhkan di publik agar ada kepedulian dari swasta, masyarakat luas dan terkhusus pemerintah dengan terus menuliskannya. Kita menulis untuk menata kepekaan, memberikan informasi mengajak manusia lain merasakan bentuk kepekaan sosial yang terbaik dengan menjadi pelindung bagi masyarakat kecil.

Tiap saat kita mendengarkan dan melihat di TV ada kejadian sosial, situasi dan gambaran kemiskinan di negeri ini. Meski selalu banyak yang menyatakan kemiskinan telah diturunkan setahap demi setahap oleh pemerintah namun mata dan penglihatan kita tak bisa berbohong. Hati kita menyaksikan banyaknya pengemis, banyaknya TKI ke luar negeri meski harus disiksa tetap saja ke malaysia, arab dan negera-negara kunjungan TKI di dunia. Intinya mereka mau hidup mau bicara kehidupan yang bisa mensejahterakannya. Jika pemerintah menyatakan sejahtera maka jawab dulu yang sederhana ini. Kita tidak bisa berbohong dengan cerita karena fakta ada dalam pandangan langsung kita, dengan kejadian dan peristiwa sosial soal kemiskinan yang membuat banyak orang bertengkar bahkan sampai saling membunuh menjadi tanda bahwa kesejahteraan belum terjawab dari logika apapun yang digunakan untuk melegitimasikan diri sang penguasa.

Kita yang menyaksikan kondisin ini, sebagai seorang manusia tentu tidak menerima kebohongan tersebut dan juga merasakan kepekaan sosial dalam diri, sebab sejatinya manusia adalah turut merasakan penderitaan orang lain. Kita tidak bisa tertawa saat orang lain meratap dan menangis kecuali nurani kita sudah tidak ada lagi. Inilah cara kita menyimpan memori itu dalam bentuk kepekaan adalah menuliskannya.

Kita menuliskan kondisi yang memilukan maupun yang mengharukan adalah bekal menata kepekaan jiwa kita sebagai manusia. Kita mengajak diri kita berbicara dari hati dan pikiran dari rasa terdalam soal-soal yang disaksikan tersebut. disini kita menjadi peka dan membuat orang lain merasakan kepekaan yang sama dengan menuliskan kejadian yang disaksikan langsung bukan dengan teori semata.

JRWB, 20.03.2013,09.23

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun