Assalamu'alaikum. Wr.Wb Sebelumnya, tulisan ini hanya sebuah wujud kekaguman atas kearifan dan kebijaksanaan dari ADMIN Kompasiana, rasa salute yang mendalam inilah yang mengharuskan saya menulis tentang ini. Kebijaksanaan seorang Admin dalam menjalankan tugasnya adalah modal dasar penghargaan para Kompasianer kepada sang Admin. Kebijaksanaan dan kearifan dalam sebuah aturan tentunya harus diterapkan secara totalitas tanpa memandang ini si "A" atau itu si "B" Dalam hal menghapus tulisan dan membanned akun. Memang ada TOS dari Kompasaina. Tapi praktek atau pelaksanaan dari TOS itu seperti terkesan tebang pilih dan tidak presisi. Bahkan cenderung terlihat tTidak konsisten. Okelah, secara azas kepemilikan, semua itu adalah hak Admin sebagai petugas Kompasiana. Tapi dari sisi aturan main yang fair, admin Kompasiana bagi saya tidak fair. Sehingga akan menjadi LUCU dan Terkesan FATWA MURAHAN, ketika ADMIN mengajarkan aturan main tetapi tidak mampu berlaku bijak dalam pelaksanaannya. Setidaknya ini yang saya alami. Pada hari Kamis, tanggal 20 Oktober 2011 saya pernah memposting sebuah puisi, seperti di bawah ini :
------------------------------------------------------------------------------------------------
PESAN SINGKAT JIBRIL KEPADA SBY
"Turunlah"
Bekasi, 21 Oktober 2011
Tepat pukul 00 lebih 05 menit
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
yang membuat saya "KAGUM" baru saja beberapa menit (sekitar 20-25 menit) dan 3 orang yang mengomentari puisi tersebut. Tiba-tiba saya dikejutkan dengan pesan "KEARIFAN" penguasa kompasiana ini.
Posting Pendek Kami menghapus postingan Anda. Silakan posting tulisan yang lebih komprehensif, layak baca, dan bisa dinikmati khalayak umum. Admin
dengan santai saya pun menanggapi pesan singkat tersebut dengan balasan yang berbunyi :
Apakah sebuah puisi itu harus panjang? Bisa mas Admin jelaskan apakah yang dimaksud sebuah puisi itu harus komprehensif? Di mana letak kesalahan puisi saya? Apakah Admin belum pernah membaca karya puisi Arab ternama yang singkat? Atau karya sastra puisi perancis yang hanya menampilkan simbol-simbol. Bahrudin Achmad
Lalu, apakah saya merasa kecewa?? Ah tidak..... Bahkan saya merasa kagum atas BIJAK SANA, BIJAK SINI yang dilakukan ADMIN. Saya kagum akan aturan yang dibuat namun pelaksanaannya tidak fair. Admin dalam hal ini (dalam hal mendelete puisi saya) sepertinya terlalu banyak membaca buku karya sastra SMP atau SMA yang kerap menjelaskan bahwa aturan sebuah puisi itu harus berima, terdiri dari 4 atau 8Â bait atau lebih. Agaknya ADMIN pun lupa akan bentuk-bentuk puisi yang sekarang ini telah banyak mengalami pengembangan dan tidak lagi terikat oleh aturan-aturan yang ada (PUISI BEBAS/Asy-Sy'ir al-Hurriyah). Atau jangan-jangan ADMIN lupa bahwa teori-teori tersebut baru muncul kemudian setelah adanya karya sastra puisi. Puisi adalah bahasa hati yang secara kelahirannya tidak terikat oleh aturan-aturan baku yang muncul kemudian. Kekaguman Saya semakin bertambah, saya memberikan 4 jempol ini (2 jempol tangan dan 2 jempol kaki) kepada ADMIN yang dengan santai masih membiarkan artikel-artikel pendek (bahkan amat sangat pendek) itu masih muncul hingga berhari-hari . Pertanyaannya ada apa dengan saya?? Ada apa dengan mereka yang masih dibiarkan? Apakah saya sebagai "pendosa" yang memang wajib dimusnahkan? lalu, mengapa mereka tidak?... Silakan anda perhatikan bukti-bukti kekaguman saya pada ADMIN yang sudah sangat "bijak", sehingga aturan yang mereka buat hanyalah sebuah omong kosong yang tidak fair.
Silakan cek di sini : http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2011/10/22/kidung-cinta-kita/