Tentu saja kebijakan pemerintah tersebut tidak akan berjalan optimal jika kita tidak memiliki kesadaran untuk bersahabat dengan alam dan menjalani hidup ramah lingkungan.
Lalu bagaimana peran kita dalam mendukung NZE dengan adanya potensi blue carbon dalam memitigasi perubahan iklim? Yuk mari kita simak hal-hal kecil yang berdampak besar bagi kehidupan yang dapat kita lakukan dalam rangka menjaga ekosistem pesisir dan laut sebagai penghasil blue carbon.
1. Mengurangi penggunaan sampah plastik rumah tangga
Pada tahun 2020, berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan produksi sampah rumah tangga yang dihasilkan Indonesia mencapai 67,8 juta ton sampah, sebesar 17% atau 11,52 juta ton sampah diantaranya merupakan sampah plastik. Sampah-sampah plastik tersebut sebagian besar dibuang ke laut dan akan terdampar di pesisir.
Hal ini dapat menyebabkan pencemaran pada ekosistem pesisir dan laut, sehingga akan mengurangi dan menghambat ekosistem pesisir dalam menghasilkan blue carbon untuk penyerapan dan penyimpanan emisi karbon.
Lalu bagaimana cara kita mengurangi sampah plastik rumah tangga?
Yang pertama, menggunakan kantong belanja yang terbuat dari bahan kain atau bahan dari anyaman bambu ketika berbelanja. Kedua, menggunakan tumbler atau botol minuman untuk mengurangi sampah botol plastik, selain itu pastinya menghemat uang. Ketiga, mendaur ulang sampah plastik menjadi barang yang lebih bernilai.
Keempat, mengikuti kegiatan sukarelawan untuk membersihkan sampah plastik di kawasan pesisir. Kelima, tidak melakukan pembakaran sampah plastik tetapi membuang sampah tersebut ke tempat sampah yang sudah disediakan.
2. Ikut serta dalam kegiatan sukarelawan penanaman mangrove
Indonesia merupakan negara yang memiliki garis pantai terpanjang ke-2 di dunia dan memiliki hutan mangrove seluas 3.490.000 Ha atau 21% dari luas hutan mangrove dunia.
Dengan fakta tersebut Indonesia memiliki potensi sebagai penghasil blue carbon yang besar dalam membantu penyerapan dan penyimpanan emisi karbon dunia dan selain itu mangrove juga dapat mencegah abrasi air laut. Namun saat ini luas hutan mangrove berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan mengalami penurunan luasan yaitu tercatat 3.311.208 Ha, dimana seluas 637,524 Ha hutan mangrove dalam kondisi kritis.