Jiwa-jiwa penantang zaman..
Ketika aku terjaga...
Pikiranku terbelenggu dan jantungku berdegup kencang...
Sayup-sayup terdengar suara gemercik air dipancuran bambu memecah kesunyian malam...
Teringat bahwa esok hari aku mesti merajut  renda baju anakku yang usang...
Kembali kuterlelap, menanti kembali hadirnya mimpi-mimpi yang terpenggal...
Jiwa-jiwa penantang zaman...
Pagi ini, sinar mentari menyeruak, menembus tirai dari kisi-kisi jendela rumahku yang lapuk...
Kucoba membuka mata, menatap pepohonan berselimut embun...
Kaki-kaki bergetar, mengayun langkah, menepis galau dan kebosanan
Rasanya aku tak mampu lagi mendiami bumi yang semakin sesak dan penat...
Batinku memberontak...hasratku melangit...dan diamku terusik...
Jiwa-jiwa penantang zaman...
Aku harus berlari dan merdeka...
Menggapai ujung sinar agar mimpi-mimpiku tak terpenggal...
Jangan pernah mengucap kata bahwa diriku melawan takdir...
Dan aku pantang memohon atas hasratku yang membuncah...
Sebab jiwa-jiwa bersamaku adalah penantang zaman, peretas tirani...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H