Di salah satu acara talkshow televisi swasta, Sujiwo Tejo menertawakan salah satu omongan politisi yang berisi, "...demi bangsa dan negara". Saya sangat setuju dengan beliau.
Sudah sejak lama memang, saya tidak pernah serius menanggapi omongan politikus. Bukan karena semua politikus pembohong atau penipu, tetapi karena saya tak mau kecewa untuk kesekian kalinya. Dan saya berharap, semakin banyak orang yang tak serius menanggapi omongan politisi. Kenapa? Agar negeri ini semakin damai.
Coba kita perhatikan, Pilkada DKI tahun lalu berhasil memporak-porandakan kehidupan beragama masyarakat kita. Bukan hanya masyarakat Jakarta, dampaknya meluas ke banyak daerah di negeri ini. Dan bayangkan keadaan kita sekarang, seandainya lebih banyak orang menanggapi omongan para politisi sebagai angin lalu. Pasti hubungan persahabatan antar agama masih hangat.
Saya juga heran, kenapa para politisi senang menggunakan isu agama. Apakah karena isu ini yang paling menarik perhatian masyarakat? Jika iya, tampaknya masyarakat harus berubah. Kita harus bisa mengubah pilihan isu yang mereka gunakan. Bayangkan bila politisi kita bisa bicara seperti ini kelak :
"Kalau kami berkuasa, kami akan menata negeri ini dengan baik. Sebagai upah kami, sebagian aset negeri ini juga kami kuasai. Kelak jika kalah pemilu dalam pilpres selanjutnya, kami akan serahkan semua aset itu."
Negeri ini akan damai. Semua energi dikerahkan untuk membangun kehidupan masyarakat. Kita tak sibuk lagi berdebat tentang siapa yang pantas masuk surga, dan siapa yang layak dihukum di neraka. Biarlah perdebatan itu terjadi di dalam rumah, antara anak yang sedang mencari jati diri, dan orangtua yang tak ingin anaknya tersesat.
Saya mengharapkan tak banyak politisi yang asal bicara. Atau paling tidak, mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan akibat bicaranya. Bila politisi asal bicara juga tak berkurang di tahun politik ini, maka yang bisa kita lakukan sebagai masyarakat biasa adalah mempersiapkan diri untuk lebih santai menanggapi omongan politikus. Jangan mau diprovokasi lagi!
Negeri ini sejak dulu sangat gampang dikuasai dengan cara adu domba. Seharusnya kita belajar dari sejarah. Sehingga kita tak jatuh lagi untuk kesekian kali. Masih mau tinggal di negeri yang setiap saat dicekoki berita palsu, ujaran kebencian, dan tindakan intoleransi?
Di tengah teknologi yang berkembang sangat pesat, seharusnya kita mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan dari dampaknya. Coba kita pikirkan, apa yang sedang dipikirkan para pengembang di luar sana untuk dilakukan di dunia ini di kemudian hari, sanggupkah kita menghadapi dampaknya?
Saya rasa, setiap orang tidak mau hanya menjadi korban dari perkembangan zaman yang tak terkendali. Berat memang menghadapinya. Itu sebabnya kita harus mempersiapkan diri sebagai suatu bangsa yang utuh. Itu sebabnya kita harus mendorong politisi kita membicarakan isu-isu seperti itu.
Caranya bagaimana? Jangan undang mereka yang tak punya gagasan mengarah kesana dalam kegiatan apapun. Jangan pilih mereka dalam pemilu tahun depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H