Covid-19 dingkatan dari Corona (CO), Virus (V), disease (D) yang ditemukan pada tahun 2019. Covid-19 adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh novel corona virus atau virus corona jenis baru. virus corona yang kini mewabah pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina pada bulan Desember 2019 dengan nama resmi SARS-CoV-2 atau Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2.Â
Sebagian besar orang yang terpapar virus ini akan mengalami gejala ringan hingga sedang dan akan pulih tanpa perlu dirawat di rumah sakit, saat merasa mengalami gejala sebaiknya segera di periksakan. Karena virus ini menular sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua Negara termasuk Indonesia. Hal ini yang membuat memberlakukan lockdown sebagai upaya untuk mencegah penyebaran virus corona.Â
Masa pandemi Covid-19 sudah berlangsung selama 2 tahun belakangan ini berdampak ke berbagai sektor, salah satunya ialah sektor ekonomi. Â Hal ini dirasakan oleh para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengalami penurunan omzet.Â
Diantaranya karena adanya pemberlakuan PSBB dan adanya penurunan daya beli masyarakat.Â
Dengan keadaan yang terus berlanjut ini selama beberapa bulan belakangan ini cukup banyak pengusaha UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang gulung tikar karena sepihnya pembeli.
Salah satu UMKM yang merasakan dampak dari pandemi Covid-19 yaitu usaha yang dikelola oleh Zuhrotul Chusniah dari desa Brondong Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur. Â
UMKM yang dikelola oleh Nia ini bergerak di bidang Makanan kalengan dari bahan ikan. Usaha lauk dari bahan ikan tuna ini dirintis sejak tahun 2016 namun masih sebatas pemasaran lokal dan belum memiliki peralatan yang memadai. Â Pada tahun 2018 usaha ini berkembang pesat dan hingga saat ini penjualannya telah sampai ke manca Negara.
"usaha ini tidak langsung besar seperti sekarang, saya benar-benar memulai dari bawah dan merasakan kegagalan dan kerugian beberapakali" ujar Nia. Ia pernah mengalami kegagalan produk karena kurang cukup pengetahuan dan belum pernah mengikuti pelatihan pengemasan makanan. Sebanyak 50 kaleng dari 100 kaleng produk gagal dipasarkan karena berjamur. Â Sejak itu ia mulai aktif di keanggotaan UMKM sehingga bisa mengkuti berbagai pelatihan.
 "Dulu saya hanya ditemani suami dalam proses produksi, Alhamdulillah, sekarang saya dibantu 3 orang karyawan mulai pemiletan ikan sampai pengemasan produk" kenangnya. Nia menuturkan ini sambil menahan tangis mengenang suami tercinta yang telah tiada 2 tahun yang lalu.
Dimana Brondong merupakan salah satu penghasil ikan terbesar di Jawa Timur.  Dan untuk persediaan atau pengadaan bahan baku produksi, ikan  tuna,  selama pandemi ini tidak mengalami kesulitan.Â
Karena sekarang sudah banyak pengusaha ikan di wilayah pantura yang memiliki cool storage. Â "Sekarang pengusaha ikan disini sudah berfikir maju. Mereka berinvestasi membuat bangunan penyimpanan ikan cool storage " katanya.
"Saya menjual produk ini dari mulut ke mulut dan memanfaatkan teman. Hingga produk saya sampai saat ini sudah ke manca negara" ujarnya. Dalam pemasaran produknya, nia lebih mengutamakan hubungan pertemanan daripada penjualan melalui situs online. Meskipun demikian ternyata produknya bisa terbang ke manca negara, diantaranya Malaysia, Mesir, dan Amerika Serikat. Â Â
"Namun saya sudah punya rencana untuk masuk ke tokopedia atau ke situs penjualan online yang lainnya" imbuhnya.
Omset penjualannya sebelum pandemi mencapai 30 juta dalam sekali produksi. Yang mana dalam satu bulan bisa berproduksi 2 -- 3 kali. Namun selama pandemi ini produksi menurun yakni dalam satu bulan hanya mampu berproduksi 1 kali.Â
"Pandemi ini sangat berpengaruh pada usaha saya, biasanya saya satu bulan bisa produksi maksimal 3 kali tapi sekarang 1 kali saja itupun sudah bagus" .
Selain itu, dengan berlakunya PSBB maka adanya perlakuan dalam pengiriman barang. Seperti, barang yang datang dari luar daerah harus melalui prosedur protocol kesehatan.
Setelah pemerintah memberlakukan New Normal geliat kehidupan ekonomi kembali berjalan normal meskipun tidak sama seperti masa sebelum pandemi. "Namun, beberapa bulan ini permintaan meningkat lagi" tambahnya.Â
Pola daya beli masyarakat mulai berubah seiring dengan pandemi yang tak kunjung berakhir. Masyarakat mulai menyetok bahan makanan di rumah dengan bahan makanan siap saji dan adanya kemudahan pelayanan jasa belanja, misal melalui gofood, layanan delivery, dan jastip / jasa penitipan.
Selain itu, untuk membantu UMKM supaya terus hidup selama pandemi ini pemerintah memberikan bantuan dana tunai. "Alhamdulillah, disaat produksi saya menurun pemerintah telah memberikan bantuan. Meskipun dana yang dikucurkan kepada kami tidak seberapa tapi tetap harus disyukuri".
Diakhir perjumpaan, Nia menyampaikan pesan dan harapannya untuk masyarakat supaya mencintai produk lokal dan taati protocol kesehatan supaya pandemi segera berlalu dan UMKM bangkit kembali.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H