Riset penyiaran merupakan upaya media penyiaran untuk mengukur kinerjanya. Riset penyiaran terbagi atas riset ating dan riset non-reting. Jenis riset yang pertama merupakan upaya untuk mengetahui respon audien terhadap program yang sudah disiarkan sedangkan non-rating adalah riset untuk mengetahui prospek suatu program yang akan disiarkan.
Pertanyaan penting yang harus dijawab oleh pengelola program media penyiaran adalah siapa audien dari program yang tengah ditayangkan, bagaimana penjabaran demografisnya, di wilayah mana audien yang dituju berada, bagaiman tanggapan mereka terhadap program itu. Untuk menjawab berbagai pertanyaan tersebut, media penyiaran membutuhkan feedback atau umpan balik dari audien. Umpan balik merupakan hal yang sangat penting bagi pengelola media penyiaran, ini akan menjadi petunjuk apakah suatu program  berhasil atau tidak.
Secara umu, umpan balik dalam penyiaran dapat diartikan sebagai seluruh informasi berasal dari audien. Umpan balik merupakan hal yang tidak bisa dihindari oleh pengelola program karena hal itu akan selalu terjadi umpan balik tidak harus selalu bersifat segera seperti ptogram interaktif, umpan balik tidak harus bbenar atau memadai namun yang pasti umpan balik akan selalu terjadi.
Rating atau peringkat program yaitu sangat penting bagi pengelola stasiun penyiaran komersial. Adanya rating ini guna untuk mengetahui mengenai program apa saja yang menjadi unggulan dan program apa saja yang telah ditinggalkan audience, riset rating yaitu meneliti efektivitas program pada saat ditayangkan di stasiun penyiaran. Dan pada dasarnya yaitu untuk meneliti tindakan audience terhadap pesawat penerima. Riset reting sendiri sangat mengandalkan kuantitatif sedangkan riset non rating lebih bersifat kualitatif.
Study rating masih akan terus digunakan, namun ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang sistem ini yaitu:
- Rating hanyalah pendekatan atau perkiraan dari ukuran jumlah audience. Â Â Â Â Â Â
- Rating tidak mengukur kualitas program atau pendapat tentang program.
- Rating juga tidak bisa dijadikan sebagai bahan pegangan secara sama. Perusahan pengukur rating yang berbeda bisa menghasilkan angka rating yang berbeda, untuk pasar yang sama pada periode waktu yang sama.
Menurut Webster (2002)Â dalam konsep sederhana ini rating adalah suatu perentase orang atau rumah tangga yang melihat atau menyetel stasiun program atau jumlah populasi pasar yang menonton. dijelaskan lebih lanjut oleh (Ghazali, 2003) bahwa rating mengacu pada peringkat berdasarkan bebrapa banyak jumlah pemirsa suatu program yang ditayangkan pada lembaga penyiaran dari waktu ke waktu. Jadi rating diperoleh melalui jumlah pemirsa pada suatu program dan pada satuan waktu terhadap suatu target audien tertentu.
Lembaga survey televise di Indonesia adalah AGB Nielsen Media Reaserch penyediaan data rating televise di Indonesia berasal dari 10 kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Yogya, Surabaya, Medan, Palembang, Makassar, Banjarmasin, dan Denpasar. Riset rating akhirnya menjadi favorite karena efektifitas program yang ditayangkan pada suatu stasiun televise akan mudah dipantau (Fachrudin,2012). Software andalannya ialah pengetahuan tingkat keberhasilan seluruh program. Umpan balik dapat diperoleh melalui sms atau menelepon namun cara ini tidak sistematis jika dibandingkan riset rating yang dilakukan oleh lebaga riset media.
Metode
- Menggunakan catatan
- Menggunakan alat pemantau
- Telephone recall
- Telephone coincidental method
- Wawancara lansung
Faktor Dalam Riset Rating
- Penentuan Wilayah Siaran
- Unit perhitunganÂ
- Konsep Rating
SampelÂ