Ditengah kerumunan tanah lapang ini
Aku termenung dipojok sudut lapangan
Enggan bercengkrama dengan mereka
Seakan gurau candaku tersekat dinding kaca
Yang memaksaku menatap pancaran diri sendiri
Nampak tertulis jelas tak pernah unggul disana
Â
Terkadang...
Jiwaku terhempas dan terjatuhÂ
Kala menatap sepasang mata
Begitu nampak elok dan berkharisma
Hingga melemparku dari bendungan -- bendungan asa
Lantas membuatku semakin menjauh
Dan meleburkan kenangan-kenangan hebatnya diri ini
Â
Kini ku sadar !!
Siapapun boleh bersenandung dalam mimpi
Lantas merujukku mematahkan keputusasaan di diri iniÂ
Bisakah aku seperti mereka?
Yang mampu melampaui hembusan angin
Membentangkan mimpi ke dunia luar
Namun... bagaimana aku menapakinya?
Aku begitu tak mempercayai diri
Â
Ku luapkan prestasi di diri iniÂ
Aku perkenalkan kepada siapapun yang ada
Biar lepasÂ
Biar semua orang mengenalku
Â
Ku tuliskan sosok klise dalam diriku
Meski berulangkali menemui jiwa yang lebih hebat dan unggul
Aku tetap teguh dengan dirikuÂ
Aku tetap percaya pada kemampuanku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H