Sang Maestro Parlemen Jalanan, adagium itulah yang kiranyan selalu melekat pada Sosok Benny Rhamdani, Sikap Politik Merdeka yang dipilihnya sebagai konsistensi atas keberpihakan terhadap Rakyat yang yang mengalami marginalisasi secara struktural oleh Negara. Semasa menjadi Aktivisi Mahasiswa dan ketua umum PMII Cab. Manado.
Jalan ini pula yang kemudian mengantar Sang Maestro menjadi Anggota Legeslatif Provinsi Sulawesi Utara mengunakan PDI-P sebagai kendaraan Politiknya selama tiga periode sejak tahun 1999-2014. Tercatat sebagai Anggota Dewan Termuda zaman itu, pada tahun yang sama Benny Ramdani masih terdaftar sebagai Mahasiswa aktif di Fakultas Ilmu Sosial dan politik UNSRAT.
Siapa yang tidak kenal dengan sosok yang akrab disapa BRANI ini? Politisi Visioner yang memiliki kemampuan Agitasi dan Propaganda sangat baik yang nyaris tidak dimiliki oleh para politisi lain di Sulawesi Utara, hingga kemampuannya mempengaruhi massa menjadi senjata mematikan bagi lawan-lawan politiknya. Tak hanya dimedan politik, kemampuan gerakan parlementer jalanannya kemudian menjadikan ia sebagai patron gerakan bagi aktivis di Sulawesi Utara.
Terdapat banyak aktivisi waktu itu bergabung se-Indonesia yang berkumpul di Jakarta Sang Maestro mewakili Sulut dan organisasi Ekstra kampus se-cipayung hingga kemudian membentuk kelompok-kelompok pergerakan dan Organisasi sipil lainnya semisal Serikat Mahasiswa Indonesia Untuk Demokrasi (SMiD), Furum Kota (Forkot), dengan Aktor seperti Sri Bintang Pamungkas, Adian Napitupulu, Rusli Haris Moti, Wahab, Dita Indasary dan sudah tentu Benny Rhamdani dan masih banyak aktor sipil dan tokoh lainnya, dalam perjuangan melawan Rezim Orba yang represif dan Otoritarian.
Setelah menjadi Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Utara selama tiga Periode Sang Maestro tetap berjuang seperti biasa, Bergerak bersama Rakyat sudah menjadi darah daging dan terbawa sebagai pilihan politik atas jalan yang di tempuh, di harapkan mampu melakukan banyak hal termasuk memperjuangkan kepentingan Rakyat tertindas, dan di perlakukan seenaknya oleh Negara dan Modal.
Sekurang-kurangnya ada seberkas harapan di garis wajahnya untuk memperbaiki keadaan dan sistem yang korup, pemimpin militeristik, oligarki kuasa, yang menindas. itu bisa kita lihat dengan cara Sang Maestro memperjuangkan Hak-Hak Ekosob. Dalam konteks penganggaran, membuat kebijakan, dan control atas kekuasan agar Pro Rakyat.
Di Sulawesi Utara BRANI di kenal sebagai Sosok yang dekat dengan Rakyat, dan terlibat aktif dalam melakuakn Advokasi dan pendampingan masalah-masalah kerakyatan, hingga Aksi Masa atas kibijka yang lalim dan anti Rakyat. Seperti penggusuran Masyarakat Pesisir di Bowlivard, Maasing-Karang Ria sebagai komunitas Nelayan yang terpinggirkan akibat pola pembangunan yang pro Modal sangat kapitalistik atas reklamasi, Penggusuran PKL di Kota Manado.
Hingga mengorganisir Masyarakat Desa Wineru, Maen dan sekitarnya melawan modal properties (Hotel) di Minahasa Utara. Atau Kasus perebutan lahan Desa Lalow Melawan Perusahaan Daerah (PD-Gadasera) yang di kelola oleh oligarki kekuasan lokal yang sewenang-wenang menidas Rakyat Lalow di Kab. Bolmong.
Atas dasar masalah kerakyatan di atas hingga akhirnya Sang Maestro (BRANI) membentuk lembaga Komite Perjuangan Pembaharuan Agraria (KPPA) sebagai instrument perjuangan yang Konsen dan berjuang atas Hak-Hak Ekonomi, Social, Politik, dan Budaya (EKOSOB) yang tercerabut dari akarnya akibat sistem yang kapitalistik, menindas, dan Korup.
Sang-Republikan kini masih terlihat apa adanya seperti sebelumnya dengan bawaan personal yang sederhana, ramah, dekat dengan Rakyat yang tidak mengenal Suku, Agama, Ras, dan Golongan. Itulah prinsip khas Sang Maestro yang selalu di pegang sampai detik ini dan tetap terlihat bersahaja.
Personal Branding
Kini Sang Maestro kembali terpilih dalam Pemilihan umum legeslatif pada 2014 lalu, tetapi tidak sebagai Anggota DPRD Provinsi Sulut, melainkan di berikan Mandat Politik sebagai Anggota DPD RI mewakili Rakyat Sulawesi Utara Periode 2014-2019. Keterpilihan sang maestro tentu tidak bisa kita lepas dari sejarah panjang perjlannya semasa Aktivis, hingga Personal Brending yang menjadi ciri khas ketika orang menyebut BRANI!!
Dalam memperjuangkan DOB dan kepentingan besarlainya yang telah di sembeli oleh kekuasan dan elit Poitik Jakarta. Sebagai upaya memperpendek rentan kendali atas Pusat dan daerah perjuangan Provinsi Bolang Mongondo Raya (PBMR), Kota Tahuna, Kab. Talaud Selatan, dan Kota langowan, Kab. Minahasa. Menjadi perjuangan bersama Senator BRANI Cs dan masyarakat Kawanua.
Keluarga Sebagai Sandaran
Sebagai Politisi, dengan karakter yang keras tanpa kompromi, terbilang sibuk mengurusi kepentingan banyak orang, di tambah dengan Backround Aktivis yang sudah cukup merasakan Pahit dan manis perjuangan panjang. Sang Senator ternya selalu punya cara jitu agar bisa meluangkan waktu untuk keluarga kecilnya, BRANI ternya menyimpan sisi romantic melankolis.
Kini Sang Maestro dan keluarga kecilnya yang hidup dengan kesederhanan menajdi cermin kebahagiaan bukan semata-mata ukuranya keberlimpahan materi. Kebahagiaan keluarga kecil Sang Maestro menjadi tumpuan keluh kesah orang-orang di sekitarnya atas kemalangan atau kesusahan yang di alami. Justru hal seperti inilah membuat kelurga kicilnya lebih berwarna dalam kehidupan.
Poros Timur Indonesia Menggugat (TIM)
BRANI-SangRepublikan kini memainkan peran strategis sebagai Senator DPD RI di percayakan sebagai wakil ketua Komite II dan ketua Panja Pemekaran, hingga menginisiasi pembentukan Komunitas atau poros Timur Indonesia menggugat dan mengkonsolidir kekuatan timur sebagai protes atas kebijakn pembangun yang tidak merata di lakukan oleh Negara.
Selalu saja terjadi pembedaan dalam konteks pembangunan, Indonesia Timur selalu di rugikan padahal kekayaan sumberdaya Alam yang melimpah telah di kapitalisasi untungnya di bawa ke Jakarta sebagai pusat kekuasan dan di bangunlah gedung-gedung mewah pencakar langit, pembangunan infrastruktur di perbaiki dari waktu ke waktu baik Jawa dan Sumatra, Dan di Timur di biarkan miskin dan melarat datang mengerogoti, infrastruktur RS, Jalan, Sekolah masi kurang, kesejangan antara miskin dan kaya makin melebar tanpa ada upaya srius dari pemerintah.
Harapan besar atas pembentukan poros Timur Indonesia Mengguat atas keadilan pembanguan demi kemajuan bangsa dan Negara ini menjadi harga mati, Poros ini tidak di bentuk karena alasan yang sempit, dan picik, melibatkan muliti sektoral tentu di harapkan betul-betul menjadi instrument baru dalam konteks Timur Indonesia memperjuankan kesetaraan dan keadilan pembangunan.
Kita tentu bisa membandingkan dengan data yang di keluarkan oleh pemerintah sebelumnya dengan indikaor daerah tertinggal yakni daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala Nasional. Berdasarkan data Kemendes tahun 2016 ternyata 70% atau sama dengan 128 kabupaten daerah tertinggal itu berada di Timur Indonesia dari total 183 daerah tertinggal. sementara 30% berada di kawasan Barat Indonesia atau sama dengan 55 Kabupaten daerah tertinggal.
Ini data yang sebenarnya sama pada periode pemerintah SBY sebulumnya dengan angka presentase yang sama tidak tidak berubah. bahwa timur tetap mayoritas daerah tertinggal (Antara/sabtu 26-5-2010). Menjedikan memang daerah dengan kekayaan Alam baik Laut dan darat melimah ruah namun Rakyatnya tetap melarat, dan tertingal dalam pembangunan itulah Timur Indonesia.
Gerakan Timur Indonesia Menggugat sebagai Kanal Issue Separatisme
Pembentukan poros Timur Indonesia Menggugat bisa di kelolah lebih maju dan cangih dalam ruang yang lebih luas dan perdebatan soal Isue gerakan separatisme yang mengancam kedaulatan NKRI. Tentu poros tersebut menjadi sangat tepat dan elastis tidak sepenuhnya memainkan satu segmentasi Isue, namun poros tersebut akan terlihat di namis ketika banyak isue yang bisa terkelolah secara maksimal dengan Outputnya nanti berupa program tematik dalam perjuangan bersama.
Poros ini tentu akan menjadi Instrumen startegis dan terlihat hidup termasuk mampu mengcover isue yang sebelumnya ramai di perbincangkan yaitu soal Ras Melanesia, yang entah kebodohan atau Amnesia yang di derita yang Mulia LBP dengan pongahnya mengeluarkan pernyataan yang meinmbulkan ketersinggungan Ras Melanesia, dan bahkan kemarahan orang Papua pernyataan ini di siarkan salah satu media Nasional bebera waktu silam.
Dalam konteks Poros Timur Indonesia menggugat (TIM) isue terkait Ras Melanesia, ras rang mayoritas mendiami Timur Indonesia yang tersebar dari Papua, NTT, Maluku, dan Maluku Utara. Dengan Jumlah 11 juta jiwa ini sebetulnya harus menjadi potensi bangsa bukan malah menjadi beban, apa lagi masalah.
Sebetulnya banyak issu negative dan sensitive bisa di kanalisasi dalam dalam poros ini semisalkan isue lama seperti gerakan siparatis baik OPM, atau RMS, hinga Federalisme Minahasa akan terlihat menarik ketika di masukan dalam ruang seperti ini kita akan tahu bahwa ujungnya nanti seperti apa. tinggal caranya di kemas agar menjadi hidup dan diendors untuk perjuangan bersama yang terukur dalam pola pendekan yang kreatif dan dinamis. Saya akhirnya percaya bahwa kita tidak mungkin berjuang sendiri harus ada instrument perjuangan bersama secara Nasional.
Dan untuk itu biarlah Poros Timur Indonesia Mengguagat akan menjadi bola salju yang menggelinding dari Timur ke pusaran kekuasaan, Atas perjuangan merubah hidup, memajukan pembangunan di kawasan Timur Indonesia hingga mampu menginsiprasi genarasi muda sebagai penerus perjuangan dan lokomotif perubahan dari Timur Indonesia untuk Bangsa dan Negara ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H