Mohon tunggu...
BagusWic
BagusWic Mohon Tunggu... Menyalin pikiran ke dalam kata-kata. -

Menyusun larik-larik kata untuk membuat jalan baru. Yang mungkin asing dilalui saat tersedia arus kuat dan nyaman jika mengalir di dalamnya. Tapi jalur kecil ini akan selalu terbuka. Kapanpun. Saat engkau membutuhkan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sembilan Puluh Hari

6 April 2018   11:07 Diperbarui: 6 April 2018   11:21 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: steemit.com

Dingin telah terlipat dalam sunyi. Hanya menyisakan ruang-ruang lembab. Menebar pada dinding cakrawala yang pelan mulai retak oleh semburat fajar. Pagi itu.

Sayup rincik merambat pada seseorang. Lelaki di bibir jembatan.

Telapak kakinya telanjang. Perlahan menyapa satu demi satu kerikil jalan. Membawanya gontai. Tertatih tanpa tujuan. Tak lama menghilang dibalik kabut yang basah. Putih warnanya[].

----------//----------//----------//---------

Kedua matanya tampak kecil. Lurus tanpa lengkung.

Dia menerawang. Jauh. Menjangkau tepian sudut samudera. Menelisik garis-garis langit. Yang sesaat dihapus buih-buih.

Kakinya telanjang. Menyapa putih bulir pasir. Di pantai. Antara anak-anak kepiting yang berlatih mencari makan. Sesaat menghilang dalam lubang. Sesaat muncul dipermukaan.

Burung camar tak pernah sedih. Ikan-ikan kecil membuatnya bahagia. Sementara anak-anak mereka masih pulas. Dengan mata yang terkunci rapat.Di atas ranting-ranting sarang.

Hanya angin saja yang selalu sibuk. Memadati pantai yang hangat. Bermain bersama ombak. Sesekali membawa debu, melintas bukit di ujung sana. Dia selalu ditunggu nyiur. Dan berdua menciptakan denyit.

Lelaki di garis pantai. Melempar kata-kata ke seberang samudera. Pada separuh hatinnya. Yang dia tau tak akan pernah lagi menemukannya.

Jemarinya tipis. Dengan buku-buku yang halus, menyelinap ke dalam saku celana. Tubuhnya terlihat ringan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun