Langit yang lembut. Warna-warna biru pastel tersaput semburat ungu. Menggantung dalam sudut hatiku;Â
Berita dari angin sore ini, membawakan namamu. Yang kemarin pagi telah kau hapus;Â
Aku ingat;
'Suatu saat nanti akan kita namai sudut-sudut taman kita'-- katamu;
Kau tunjuk anyelir -- dan kau akan memanggilnya 'Brea';Â
Menurutmu, dia akan tumbuh jadi bunga yang cantik yang selembut embun;
Pada batu-batu di sana, kau selipkan seikat rumput;
'Mereka akan membawakanmu hijau yang ramah'--bisikmu pada batu itu;
Jemarimu tak henti mengelus ramah kelopak bunga-bunga daun;Â
Setiap pagi, dan membuatnya tabah menghabiskan terik;
Hari semakin senja--dan simpang itu masih tetap sunyi;
Yang sesaat lalu kau tinggalkan senyummu di sana;Â
dan saat hujan mengukir basahnya pada dedaunan--semuanya tersapu;
Aku akan menunggumu;
Muncul bersama hangat fajar esok hari;
Sampai entah, suatu saat nanti--meski tak ku sadari adanya diriku sendiri;
Lalu 'Kita namai sudut-sudut taman kita. bersama';
Sumba
14/03/2018
Sumber gambar: pexels.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H