i. Â Â Self Governing. Sekolah swakelola atau penyelenggaraan sekolah secara mandiri.
j. Â Self determining. Sekolah berbasis penentuan sendiri.
Sejarah Perkembangan Manajemen Berbasis Sekolah
Sejarah perkembangan MBS di Amerika Serikat diawali dengan perjuangan para guru untuk memperbaiki nasibnya. Tahun 1857 mereka membentuk NEA (National Education Association) di New York. Asosiasi ini merupakan asosiasi pendidikan  nasional  yangdidirikan  oleh guru-guru di  New York  dan  Chicago karena memiliki kepentingan bersama yaitu memperjuangkan nasib dirinya sendiri. Pada  tahun  1903  guru-guru  di  Philadelphia  membentuk  PTA  (Philadelphia Teachers Association).dengan tujuan untuk meningkatkan martabat hidupnya dan imbalan gaji yang lebih baik.
Menurut Bailey 1991 (Dalam Danim, 2006) sejak tahun 1960 an sampai 1990 an gerakan reformasi manajemen pendidikan di Amerika serikat telah berjalan lama yang mengarah kepada desentralisasi. Tahun 1960 an Neale, Rand Corporation, Fullman, McLaughlin, Bruce Joyce menggagas The New Progressive Era yang menekankan pengembangan kemampuan individu sebagai garda terdepan perubahan.  Tahun  1970  an  Edmunds,  Brookover, Cohen,  Cuban,  dan  Auistin menggagas School Effectiveness Studies yang menekankan pada etos sekolah efektif. Tahun 1980 an Bell, Wood, dan Sizer menggagas National Report atau laporan nasional yang menekankan pemberdayaan sekolah dan pemberdayaan pendidikan bagi anak berisiko (Nation at Risk) dalam menempuh pendidikan seperti: anak-anak miskin, gelandangan, anak-anak korban PHK, anak-anak di daerah terpencil, dan pengemis.
Sejak tahun 1980-an, manajemen berbasis sekolah sudah diterapkan dalam dunia pendidikan (Watson & Supovitz, 2001), dan merupakan tema sentral dalam reformasi pendidikan di berbagai negara (Umaedi, 2000). Manajemen berbasis sekolah merupakan suatu pengalihan kekuasaan, wewenang dan tanggung jawab pengelolaan pendidikan dari birokrasi sentral kepada pengelola pendidikan terdepan, yaitu sekolah dan komunitasnya. Para pengambil kebijakan mulai mempercayai paradigma baru, bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan yang mendukung School based management di berbagai negara bermunculan, seperti program pemberdayaan sekolah dalam memperbaiki hubungan interpersonal dan kepemimpinan sekolah. Pada saat yang sama, karakteristik sekolah efektif tengah gencar-gencarnya dipromosikan oleh gerakan efective schools, yang sangat mengandalkan adanya otonomi pengelolaan sumberdaya pendidikan oleh sekolah.
Walaupun MBS dianggap sebagai kiat baru dalam manajemen mutu pendidikan, sejumlah ahli pendidikan menyatakan bahwa pemberian otonomi kekuasaan kepada sekolah tidaklah menjamin bahwa sekolah akan menggunakan wewenang yang diperolehnya dapat meningkatkan mutu pendidikan. Karena itu, sekolah sebagai pelayan harus dapat membuat keputusan bersama tentang layanan pendidikan yang diharapkan (Cheng, dalam Umaedi, 2000). Untuk itu, sejak akhir tahun 1980-an muncullah konsep manajemen sekolah yang menekankan kebersamaan dalam pengambilan keputusan antara sekolah dan orang tua.
Sejumlah negara maju telah menerapkan MBS sebagai model utama dalam penyelenggaraan layanan pendidikan. Namun demikian pelaksanaan MBS ini tidaklah sama antara satu negara dengan negara lainnya. Beberapa negara benar- benar menyerahkan sepenuhnya kewenangan penyelenggaraan pendidikan kepada sekolah dan masyarakat setempat, seperti yang terjadi di Inggris yang disebut Local Management of Schools dan Grant Maintained of Schools. Sebagian lainnya hanya memfokuskan pada pemberian wewenang kepada sekolah dalam mengalokasikan dana dan sumberdaya pendidikan, seperti terjadi di Australia (The Schools of Future), Canada (Schools Based Budgeting), dan Amerika Serikat (Charter Schools). MBS di berbagai negara namanya amat beragam, di antaranya:Schools based Management, Site based Management, Schools Based Leadership, Administrative Decentralization, dan Schools Based Decision Making.
Model MBS yang dicoba di Amerika Serikat  membawa dampak yang positif bagi peningkatan mutu pendidikan. Model ini merupakan model yang berasal dari karya Edward E Lawler (1994). Keuntugan model MBS ini adalah: (1) adanya pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat, (2) memberi dorongan semangat kinerja baru, dan (3) meningkatkan motivasi berprestasi di sekolah. Degan demikian penggunaan MBS berdampak pada mekanisme kerja yang lebih efektif.
Tujuan Dan Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah
Menurut Chapman (1990) MBS merupakan pendekatan yang bertujuan mengelola sekolah dengan memberikan kewenagan, partisipasi warga sekolah, dan masyarakat dalam perbaikan kinerja sekolah. Menurut Subakir dan Sapari (2001), tujuan utama penerapan manajemen berbasis sekolah adalah untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan dan meningkatkan relevansi pendidikan di sekolah, dengan adanya wewenang yang lebih besar dan lebih luas bagi sekolah untuk mengelola urusannya sendiri. Departemen Pendidikan Nasional (2000) merumuskan tujuan MBS adalah untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan, keluwesan, dan sumber daya untuk meningkatkan mutu sekolah. Dengan kemandiriannya, diharapkan: