Mohon tunggu...
Bagus Sukma Agung
Bagus Sukma Agung Mohon Tunggu... Lainnya - Instruktur Ahli Pertama di Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Bantaeng, Ditjen Binalavotas, Kemnaker RI

Seorang yang terus menerus belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kitosan Sang Kaya Manfaat

24 Agustus 2021   13:25 Diperbarui: 24 Agustus 2021   13:36 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Iseng membuka file-file lama ketika kuliah dulu tidak sengaja menemukan kumpulan laporan praktikum yang menurut saya sangat bermanfaat. Mungkin dulu mengerjakan laporan karena hanya untuk melunaskan kewajiban sebagai seorang mahasiswa. Ketika sekarang dibuka-buka lagi ternyata banyak sekali ilmu yang bisa diambil dan semoga saja bermanfaat bagi orang lain..

KITOSAN SANG KAYA MANFAAT

https://www.iribb.org/images/stories/artikel/2018/190918-1.jpg

Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki sumberdaya perikanan dan kelautan yang sangat luas. Sektor perikanan dan kelautan merupakan salah satu sektor yang menjadi penghasil devisa suatu negara. Salah satu biota unggulan ekspor Indonesia yaitu lobster, pen cumi, udang, dan rajungan. Jumlah produksi bahan baku perikanan yang tinggi akan diikuti peningkatan limbah bahan baku yang dihasilkan. 

Limbah yang dihasilkan dapat berupa cangkang atau kulit, dan limbah cair berupa air rebusan atau cucian (Haryati 2005). Menurut Multazam (2002), dalam satu ekor rajungan saja dapat menghasilkan limbah seperti 57% cangkang, 3% body reject, dan air rebusan 20%. Jika produksi rajungan mencapai 600 kg/hari dapat menghasilkan daging sebesar 250 kg, dan limbah berupa capit dan cangkang sebesar 350kg. Hal ini juga terjadi pada udang, kepiting, dan krustasea jenis yang lain.

Salah satu pemanfaatan limbah dari bahan baku jenis krustasea seperti udang, rajungan, dan kepiting adalah pembuatan kitosan. Kitosan menurut Trisnawati et al. (2013) merupakan polisakarida yang berbentuk linier terdiri dari monomer N-asetilglukosamin dan D-glukosamin. Kitosan adalah turunan dari kitin yang merupakan jenis polisakarida terbanyak setelah selulosa. Bahan baku yang berpotensi mengandung kitin dan kitosan tidaklah banyak.

Kitosan  banyak  dimanfaatkan  dalam  berbagai  bidang  karena sifat-sifatnya  yang unik.  Penggunaan kitosan meliputi  pemurnian  limbah,  pengkelat  logam-logam  berat, pelapis  biji  untuk  meningkatkan  hasil  panen  dan  melindungi  dari  serangan  jamur, dan lain sebagainya. Kitosan juga bisa dimanfaatkan sebagai penyerap  zat  warna dan di industri  kertas. Selain itu  kitosan  bisa dimanfaatkan sebagai agen perbaikan mutu kertas (Saputro dan Mahardiani 2009).

Kitosan sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan antimikroba. Kitosan mengandung enzim lisozim dan gugus amina yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan efisiensi daya hambat kitosan terhadap bakteri tergantung dari konsentrasi pelarutan kitosan. Kemampuan dalam menekan pertumbuhan bakteri disebabkan kitosan memiliki polikation bermuatan positif yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang. Hal tersebut menyebabkan kitosan dapat digunakan sebagai pengawet makanan (Wardaniati dan Setyaningsih 2008).

Mekanisme yang terjadi dalam pengawetan makanan atau kitosan sebagai bahan anti mikroba yaitu kitosan berikatan dengan protein membrane dan fosfolipid membraner, seperti fosfatidil kolin, sehingga meningkatkan permeabilitas inner membran (IM). Naiknya permeabilitas IM akan mempermudah keluarnya cairan sel. Cairan sitoplasma yang keluar akan membawa metabolit lainnya dan menghambat pembelahan sel (regenerasi). Hal ini akan menyebabkan kematian sel (Trisnawati et al. 2013).

Kitosan dapat dimanfaatkan sebagai adsorpsi logam, pemurnian air (Suptijah et al. 2008), penyerap lemak (Hargono et al 2008), pengkelat, antimikroba, dan antioksidan serta berbagai manfaat yang lain. Kitosan diduga mampu menjernihkan air yang kotor menjadi air yang bersih sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.

Kitosan dapat digunakan sebagai penyerap lemak (Singla et al. 2001; Ueno et al. 2001) dan hipokolesterolemia (Antoni 2005). Minyak goreng mudah mengalami kerusakan karena minyak akan mengalami ketengikan pada waktu tertentu. Kitosan dapat memecah ikatan trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas. 

Hidrolisis dan oksidasi dapat menurunkan mutu minyak goreng dan menyebabkan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Asam-asam lemak tersebut diserap oleh kitosan dengan kapasitas penyerapan yang maksimum. Penelitian Suarsana (2009) menjelaskan bahwa pemberian kitosan 2% dan 4% dapat menurunkan kadar kolesterol pada serum kelinci, Pemberian kitosan yang semakin meningkat dapat semakin menurunkan kadar kolesterol. 

Minyak dapat terserap oleh kitosan karena minyak dalam bentuk trigliserida pecah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Kitosan menurut Prapajati (2009) mempunyai kemampuan unik dalam menurunkan kolesterol LDL dan meningkatkan kolesterol HDL.

Daftar Pustaka

  1. Antoni, N. 2005. Chitosan Medical Dressings. Fibres and Textiles in eastern europe 13(6):16-18
  2. B.G. Prajapati. 2009. Chitosan A Marine Medical Polymer And Its Lipid Lowering Capacity. The Internet Journal of Health 9(2).
  3. Hargono, Abdullah, Sumantri Indro. 2008. Pembuatan kitosan dari limbah cangkang udang serta aplikasinya dalam mereduksi kolesterol lemak kambing. Reaktor 12(1):53-57.
  4. Haryati S. 2005. Kajian subtitusi tepung ikan kembung, rebon, rajungan dalam berbagai konsentrasi terhadap mutu fisika-kimiawi dan organoleptik pada mie instan. [Skripsi] Semarang(Id): Universitas Semarang Fakultas Pertanian
  5. Multazam. 2002. Prospek pemanfaatan cangkang rajungan (Portunus sp.) sebagai suplemen pakan ikan. [Skripsi]. Bogor(Id): Institut Pertanian Bogor Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
  6. Saputro ANC dan Mahardiani L. 2009. Sintesis, karakterisasi dan aplikasi  Chitosan Modified Carboxymethyl  (CS-MCM) sebagai agen perbaikan  mutu kertas daur ulang. [Skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret
  7. Singla, A.K. and Chawla, M. 2001. Chitosan: some pharmaceutical and biological aspects-an update. J Pharm Pharmacol., 53 (8): 1047-1067
  8. Suarsana I.N. 2009. Pengaruh pemberian kitosan terhadap kadar mineral dan kolesterol serum kelinci. Majalah Ilmiah Peternakan 12(3):1-10
  9. Suptijah P., Zahiruddin W., Firdaus D. 2008. Pemurnian air sumur dengan kitosan melalui tahapan koagulasi dan filtrasi. Buletin Teknologi Hasil Perikanan 11(2):65-75.
  10. Trisnawati E., Andesti D., Saleh A. 2013. Pembuatan kitosan dari limbah cangkang kepiting sebagai bahan pengawet buah duku dengan variasi lama pengawetan. Jurnal Teknik Kimia 19(2):17-26
  11. Ueno, H., Mori, T. and Fujinaga, T. 2001. Topical formulations and wound healing applications of chitosan. Adv Drug Del Rev. 52 (2): 105-115.
  12. Wardaniati RA dan Setyaningsih S. 2008. Pembuatan chitosan dari kulit udang dan aplikasinya untuk pengawetan bakso. [Skripsi]. Semarang (ID): Jurusan Teknik Kimia, Universitas Diponegoro.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun