Anak-anak yang telah menentukan cita-citanya sejak kesadaran tanggung jawab belajarnya penuh mestilah ditunjang penuh juga. KIta sebagai orang tua meletakan diri sebagai orang pertama yang mengetahui langkah-langkah dalam mewujudkan cita-cita anak. Jika anak-anak kita bercita-cita sebagai dokter namun bakat terdalam mereka tidak menunjukkan cita-cita mereka, kita mesti dengan bijak mengarahkan mereka agar keterhubungan antara bakat dan cita-cita tersambung. Jika tidak begitu bukan tidak mungkin anak-anak kita akan merasakan kesulitan yang payah atau menemui kegagalan yang teramat mengecewakan.
Jalan lapang bagi cita-cita anak adalah kesediaan orang tua mengorbankan sumber daya yang telah dimilikinya demi masa depan anak-anak. Mengorbankan kesenangan sementara demi kebahagiaan kelak yang mengharukan. Kita akan lebih menerima tidak terlampau maksimal menikmati jerih payah bekerja saat ini dibandingkan kesedihan kita mendapati masa depan yang suram bagi anak-anak.Â
Dan inti yang paling utama mewujudkan cita-cita anak adalah ketika kepala kita ikut menyusun masa depan anak-anak, raga dan jiwa kita mendukung penuh anak-anak mewujudkan cita-cita mereka. Sesungguhnya di dalam cita-cita mereka tersimpan doa pengharapan kita yang selalu kita ulang dan getarkan. Anak-anak yang hebat tumbuh dan berkembang bersama orang tua yang lebih dulu hebat.
Ada baiknya kita selalu menceritakan pada anak-anak kita bahwa orang-orang besar bekerja lebih keras ketimbang batu perkasa. Â Orang-orang besar berawal dari cita-cita yang besar. Dari cerita yang hebat, anak-anak yang hebat kita genggam sepenuhnya.Â
fb: bagussetyoko.purwo
twitter: @bagusbukansetan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H