Mohon tunggu...
Bagus Setiawan
Bagus Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Sejarah, Universitas Airlangga

Suka bernyanyi dan overthingking (memikirkan apapun yang bisa dipikir termasuk konspirasi adanya kehidupan lain selain di bumi)

Selanjutnya

Tutup

Book

Review Buku "Ketika Sejarah Berseragam: Membongkar Ideologi Militer dalam Menyusun Sejarah Indonesia"

15 November 2022   21:18 Diperbarui: 15 November 2022   21:34 1037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Sejarah Berseragam : Membongkar Ideologi Militer Dalam Menyusun Sejarah Indonesia, sebuah buku karya Katharine McGregor. Katharine adalah seorang dosen Jurusan Sejarah yang spesifiknya merupakan Sejarah Asia Tenggara di Universitas Melbourne, Australia. Buku ini diterbitkan pada tahun 2007 oleh NUS Press (National University of Singapore Press) yang bekerjasama dengan Southeast Asia Monograph series. 

Awalnya buku ini ditulis dengan menggunakan Bahasa Inggris dengan judul History in Uniform : Military Ideology and The Construction of Indonesia's Past.  Namun pada tahun 2008, sebuah perusahaan penerbitan asal Yogyakarta yakni Syarikat menerbitkan buku ini dengan versi Bahasa Indonesia. Jumlah bab dalam buku ini yaitu 6 bab dengan total halaman sejumlah 459 halaman.

Buku ini berusaha untuk mengungkapkan kisah dibalik proyek-proyek sejarah serta menelusuri pergeseran fungsi sejarah khususnya di era Orde Baru (1966-1998). Maksudnya, buku ini berusaha memperjelas bahwa sejarah itu digunakan untuk mendukung ideologi negara Indonesia mulai dari masa pemerintahan Presiden Sekarno yang menggagas "revolusi belum selesai" sampai pada masa pemerintahan Presiden Soeharto dengan gagasan utamanya yakni Pancasila. 

Buku ini memusatkan bahasannya pada militer untuk membuat gambaran tentang masa lalu Indonesia, apalagi pada era Orde Baru militer merupakan hal dominan yang digunakan untuk mendongkrak kepemimpinan Presiden Soeharto. Selain itu fokus utama dalam buku ini adalah untuk merepresentasikan sejarah yang dibuat pada masa Orde Baru dan beberapa perbandingan dengan sejarah Demokrasi Terpimpin serta sejarah pada masa-masa sebelumnya.

Pada Bab 1 yang berjudul Sejarah dalam Pengabdian kepada Rezim yang Otoriter berisi tentang riwayat penulisan sejarah di Indonesia. Dalam bab ini, penulis ingin mengulik seberapa dalam rezim Orde Baru menggunakan sejarah sebagai sumber legitimasi kekuasaan. Namun sebenarnya, sejak kemerdekaan Indonesia, sejarah digunakan untuk memupuk rasa nasionalisme. 

Pada era Demokrasi Terpimpin sampai Orde Baru, sejarah digunakan untuk memajukan keseragaman ideologis dan persamaan visi tentang masa lalu nasional. Pada era Orde Baru, penulisan sejarah dikendalikan langsung oleh rezim yang berkuasa. 

Tidak hanya berlaku pada penulisan sejarah, akan tetapi juga menyangkut pada aspek lain seperti pendidikan dan politik (pemilu). Kebebasan untuk mengeluarkan pendapat juga dibatasi dan semua yang berbau ancaman bagi rezim diselesaikan dengan cara militer.

Dalam menyusun sejarah, rezim Orde Baru menggunakan perbandingan dengan negara-negara lain, salah satunya Jepang. Sama hal nya dengan Indonesia, Jepang juga mendukung gagasan untuk menggunakan pendidikan dan sejarah sebagai alat untuk menyampaikan nasionalisme. 

Dengan berpegang pada maklumat Kekaisaran yakni kokutai dan Undang-Undang Pemeliharaan Perdamaian 1925, Jepang semakin dimiliterisasi. Selain itu, pemerintah Jepang juga menggunakan pendekatan otoriter dengan memberikan pernyataan bahwa kekuasaan pendidikan berada di tangan negara. Dengan kata lain, sejarah juga termasuk kedalamnya.

Bab 2 yang berjudul Nugroho Notosusanto dan Awal Mula Pusat Sejarah Angkatan Bersenjata lebih banyak membicarakan tentang Nugroho Notosusanto yang merupakan seorang propagandis pada era Orde Baru. 

Bab ini banyak memusatkan pada kisah hidup seorang Noto Notosusanto sampai era Demokrasi Terpimpin saat beliau ditunjuk Jenderal A.H Nasution untuk menangani proyek-proyek yang berkaitan dengan sejarah. Nugroho Notosusanto lahir pada 15 Juni 1931 di Rembang, Jawa Tengah. Nugroho dibesarkan di empat kota Rembang, Malang, Yogyakarta, dan Jakarta. 

Sejak usia belia, Nugroho sudah menunjukkan sikap patriotisme yang kuat. Saat masih anak-anak, Nugroho sesekali memainkan wayang yang terbuat dari kertas. Dan ketika ada lagu nasional yang diputar diradio, Nugroho mengambil posisi sikap siap dan sikap hormat. 

Setelah dewasa, Nugroho memutukan untuk berkuliah dan mengambil jurusan sejarah. Pada tahun 1960, Nugroho mendapatkan beasiswa untuk berkuliah di Amerika, namun hal tersebut dilarang oleh temannya yakni Priyono. 

Akhirnya Nugroho memutuskan untuk berkuliah ke Inggris. Karena hidupnya tidak bahagia, beliau kemudian kembali ke Indonesia pada tahun 1962, ketika PKI sedang di masa jayanya. Hal ini secara tidak langsung berdampak juga pada kehidupan Nugroho.

Setelah peristiwa G30S/PKI yang mengenaskan, Nugroho segera ditunjuk oleh Jendral Besar A.H Nasution untuk membantu menyusun proyek penulisan sejarah komunis yang baru yang keberadaannya menghilangkan versi tulisan yang lama yakni tentang Peristiwa Madiun 1948.

Bab 3 yang berjudul Sejarah untuk Membela Rezim Orde Baru. Peristiwa berdarah Gerakan 3O September oleh PKI paling tidak turut berpengaruh terhadap penulisan sejarah. Nugroho dan Pusat Sejarah ABRI berhasil menerbitkan tulisan yang membahas kudeta yang dilakukan oleh komplotan komunis berlangsung dalam waktu 40 hari. 

Maka dari itu, terbitlah sebuah buku dengan judul 40 Hari Kegagalan "G-30-S" 1 Oktober -- 10 November. Dalam penyusunannya, tampak Nugroho dan para staffnya berusaha sangat keras untuk menyelesaikannya dengan cepat dan berusaha agar buku ini dapat terbit pada Desember 1965. 

Selain itu, Nugroho dan para staffnya diberikan tempat khusus di Kemang oleh Jendral A.H Nasution agar segera menyelesaikan proyek tulisan ini. Bisa dibilang, ketika suasana politik negara sedang genting, Nugroho tetap mendedikasikan dirinya untuk terus mengabdi kepada ABRI.

Bab 4 berjudul Mengkonsolidasi Kesatuan Militer. Sama hal nya dengan tulisan sejarah dalam merepresentasi tentang militer terhadap penumpasan komunis sebagai upaya untuk menegakkan Pancasila, tulisan-tulisan lain mengenai gambaran tentang masa lalu tampak abu-abu antara fakta dan legitimasi sejarah, pasalnya divisi-divisi sejarah dilebur dan pusat sejarah bentukan ABRI diutamakan. 

Seminar 72 memberikan rangsangan terhadap proyek-proyek sejarah untuk membawa kembali dan mempromosikan nilai-nilai 1945. Dibuktikan dengan adanya kegiatan Napak Tilas Perjuangan Jendral Sudirman yang wajib dilakukan oleh setiap taruna baru di Akdemi Militer Magelang. 

Kegiatan Napak Tilas ini merupakan alat utama yang digunakan sebagai pemecut semangat para taruna baru agar mereka lebih meresapi visi militer dan peran penting mereka untuk politik negara. Selain Napak Tilas, proyek-proyek sejarah lain yang terinspirasi dari Seminar 72 lebih masif disebar luaskan ke masyarakat sebagai bentuk promosi terhadap konsep dwi fungsi dan militerisme.

Bab 5 berjudul Mempromosikan Militer dan Dwifungsi Kepada Masyarakat Sipil. Seminar 72 melahirkan beberapa proyek untuk mempromosikan peran militer dan revolusi. Salah satu hasil proyeknya adalah Buku Sejarah Nasional Indonesia. 

Buku ini terdiri dari 6 Jilid yang semuanya ditulis oleh professor dan dosen ternama dari beberapa Universitas yang ada di Indonesia masa itu, seperti Prof. Sartono Kartodirjo dan Marwati Djoened. Nugroho Notosusanto juga berperan dalam penulisan buku ini sebagai penyunting. 

Namun proyek Sejarah Nasional Indonesia (SNI) sempat mendapatkan kritik dari ahli sejarah Indonesia sejalan juga dengan kritik yang dilayangkan untuk mata pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB). Sebagian besar kritik yang dilayangkan berhubungan dengan fakta bahwa guru-guru sekolah pada 1984 mengajar tanpa bahan ajar, karena penyusunan buku PSPB yang belum selesai.

Bab 6 berjudul Menetapkan Tradisi Kemiliteran dan Musuh-Musuh Negara. Generasi militer Angkatan'45 mulai pensiun seiring setelah wafatnya Nugroho pada tahun 80-an. Pada pertengahan tahun 1980, fokus utama sejarah yang semula berpusat pada militer dalam menumpas kudeta menjadi tema-tema yang digunakan untuk melegitimasi insan militer dari generasi-generasi selanjutnya. 

Proyek pertama yang diselesaikan setelah adanya pergeseran fokus ini adalah Museum Keprajuritan Nasional. Namun museum tetap berfokus pada keberlanjutan dominasi militer dan sejalan dengan rencana pembangunan.

Secara keseluruhan buku ini menarik untuk dibaca dan dijadikan sumber bacaan maupun acuan untuk menyusun karya ilmiah terutama bagi siapapun yang berfokus pada tema kajian sejarah Orde Baru. Jelas, bahwa Katharine sang penulis disini meletakkan pemahaman bahwa sejarah pada masa rezim Orba merupakan alat yang digunakan untuk melegitimasi kekuasaan.

Beberapa hal yang menarik yang didapatkan setelah membaca buku ini adalah buku PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa) yang mungkin diantara para pembaca sekalian pernah mempelajari buku ini semasa SD dan SMP dulu, ternyata buku ini adalah bentukan dari pemerintahan Orde Baru. 

Presiden Soeharto saat itu memiliki maksud dan tujuan untuk menanamkan kembali nilai-nilai 45 kepada para pelajar dan pemuda generasi bangsa. Menurut beliau, pendidikan sejarah ini sangat berguna untuk mewariskan semangat dan nilai perjuangan bangsa Indonesia selama masa perang kemerdekaan tahun 1945-1949.

Dibalik penyusunan proyek-proyek sejarah pada era Orde Baru, terdapat satu tokoh yang dominan dan hampir dibahas di semua bab yang ada dalam buku ini. Tokoh tersebut tidak lain adalah Nugroho Notosusanto. Selain dikenal sebagai Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nugroho Notosusanto juga seorang penulis dan aktivis yang menaruh hati pada perkembangan sejarah. Atas dasar perintah dari Jenderal A.H Nasution lah Nugroho mulai menyusun proyek-proyek sejarah. 

Sepanjang karirnya baik sebagai penulis maupun aktivis, Nugroho mendedikasikan dirinya terhadap pemerintah. Termasuk yang dapat kita lihat seperti buku-buku ajar di sekolah maupun universitas seperti PSPB dan SNI merupakan buah karya dari Nugroho Notosusanto.

Jika dilihat dari segi fisik, buku ini memang nampak tebal karena jumlah halamannya sebanyak 459. Namun hal ini tidak menjadikan buku ini tidak layak untuk dibaca. Dari segi bahasa, penempatan kata-kata yang baku namun tidak terkesan ilmiah membuat isi dari buku ini mudah untuk dipahami. 

Selain itu, didalam buku ini juga terdapat gambar-gambar yang sekiranya dapat digunakan untuk menunjang serta memberikan penggambaran sehingga para pembaca lebih mudah untun memahami konteks dari penjelasan buku tersebut.

Kesimpulannya adalah buku Ketika Sejarah Berseragam : Membongkar Ideologi Militer Dalam Menyusun Sejarah Indonesia, karya Katharine McGregor layak untuk dibaca karena disini sang penulis secara mendalam telah berupaya untuk mengungkapkan motif dan kilas balik Orde Baru menggunakan sejarah sebagai alat propagandanya. Dimana saat itu memang segala sesuatu bahkan termasuk ilmu pengetahuan sekalipun berlandaskan pada kepetingan rezim dan upaya militerisasi. 

Selain itu, dari buku ini dapat kita lihat juga bahwa tulisan-tulisan sejarah pada masa itu sudah termasuk kedalam bagian otoritarianisme pemerintahan. Namun di sisi lain buku ini juga mampu memberikan sudut pandang berbeda serta wawasan yang mungkin sebelumnya para pembaca belum ketahui mengenai sisi lain dari Orde Baru. Agaknya pepatah "Sejarah Ditulis Oleh Sang Pemenang" adalah sebuah gagasan yang tepat untuk menggambarkan keseluruhan isi dari buku ini.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun