Setelah diusut, penyebab dari semua peristiwa janggal yang dialami oleh ke-6 mahasiswa tersebut adalah berasal dari penunggu desa yang bernama Badarawuhi (Aulia Sarah). Badarawuhi dipercaya merupakan penguasa dari desa gaib yang letaknya tak jauh dari hutan, dan berbatasan langsung dengan Tapak Tilas.
Puncak dari semua kekacauan ini adalah ketika Bima dan Ayu ketahuan melakukan hubungan terlarang (bersenggama) di Sinden (semacam kolam untuk mandi para penari). Karena kelalaian mereka, akhirnya keduanya tidak dapat diselamatkan dan rohnya tertahan di Angkara Murka (dunia gaib milik Badarawuhi).Â
Bima dipaksa untuk memuaskan hasrat nafsu sang penari yakni Badarawuhi, sedangkan Ayu diberikan mandat sebagai Dhawuh (gelar seorang penari) yang akan menggantikan Badarawuhi untuk menari sepanjang waktu dan sejengkal demi sejengkal tanah di desa gaib tersebut.
Antara Mitos dan Logika
Jika membahas soal film horror, pasti erat kaitannya dengan nuansa seram, mencekam, dan penuh mistis. Menurut Rismawati dan Nasution (2020), mistis adalah suatu pengetahuan yang diperoleh, bukan melalui indera melainkan diperoleh melalui rasa dan hati. Yang menjadi objek pengetahuan mistis adalah objek-objek yang abstrak, seperti alam gaib, Tuhan, malaikat, surga, neraka dan jin.
Sudah menjadi hal biasa jika masyarakat Indonesia dikaitkan dengan hal-hal mistis seperti sajen, tumbal, dan yang lainnya, khususnya masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa memang sudah mengenal hal ini sejak lama dan bahkan telah menjadi bagian dari budaya mereka.Â
Namun yang perlu digaris bawahi, bahwa makna kata "mistis" dalam budaya Jawa tidak hanya berkaitan dengan hal yang berbau seram dan negatif saja, melainkan lebih kepada konotasi yang positif. Dalam budaya Jawa dikenal dengan istilah Kejawen.Â
Tak hanya itu, masyarakat Jawa pun lekat dengan namanya mitos. Makna mitos sendiri menurut Angeline (2015) adalah sebuah bentuk cerita rakyat yang didalamnya terdapat tokoh yang memiliki kekuatan magis tersendiri dan dipercaya telah ada sejak zaman dahulu.Â
Katakanlah mitos yang populer, yakni tentang Kanjeng Ratu Kidul. Kanjeng Ratu Kidul adalah sosok yang dianggap sebagai penghuni dan penguasa Laut Selatan. Mitos tentang eksistensi Kanjeng Ratu Kidul sebagai penguasa Laut Selatan ini juga telah menjadi budaya tersendiri khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta.Â
Masyarakat daerah Jogja percaya bahwa keberadaan Kanjeng Ratu Kidul erat kaitannya dengan Panembahan Senopati atau Raden Mas Danang Sutowijoyo pada masa Kesultanan Mataram Islam.Â
Dikisahkan, Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul membuat perjanjian sehingga keduanya terlibat dalam ikatan yang disebut batiniyah (ikatan batin). Perjanjian ini berlangsung sampai ke raja-raja keturunan Mataram berikutnya. Pada perkembangan selanjutnya, muncul sebuah adat tradisi yang dinamakan Upacara Labuhan yang bertujuan untuk memperingati hari bertemunya Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul