Mohon tunggu...
Bagus Saputra
Bagus Saputra Mohon Tunggu... Teknisi - penulis amatir

- menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hai, Aku Rindu

10 Januari 2021   21:00 Diperbarui: 10 Januari 2021   21:01 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Melewati batas renung yang begitu membosankan, ingin sesekali berteriak kencang tetapi rasanya tidak ada satupun yang mendengar. Jenuh, adalah kata yang pantas untuk menggambarkan keadaan ini. Terkadang aku hanya bisa melampiaskan kerinduan dengan melihat sisa-sisa kata manis darinya dan selalu terulang setiap kali aku merindunya.

Hari ini, tepat satu bulan yang lalu, aku telah melepasnya. Aku tidak pernah sadar apakah keputusan ini menjadi adil untuk kita berdua? Apakah dengan membiarkan dia menerima keputusanku, dia akan lebih bahagia ? Aku tidak pernah tau tentang itu. Aku berharap dia bisa mewujudkan apa yang menjadi harapannya dengan siapapun yang dia pilih. 

Aku ingat, setiap pagi ketika membangunkan dia untuk beribadah rasanya aku tidak tega tetapi aku selalu mengatakan dengan ibadah kamu akan menjadi lebih baik.

Aku ingat, setiap pagi aku selalu mengatakan "selamat pagi, semoga hari ini kamu diberikan keselamatan, kesehatan dan rezeki yang cukup", aku selalu mendoakan dia, agar Tuhan tetap menjaganya setiap hari.

Aku ingat, aku selalu mengatakan selamat malam semoga mimpi indah, semoga malaikat selalu menjaga kamu sampai terbangun di waktu subuh, dan aku selalu mengulangnya setiap hari.

Sampai hari ini, aku tidak pernah tau definisi mencintai seperti apa. Aku hanya tau, mencintai adalah mendoakan, mencintai adalah mengharapkan, dan mencintai adalah tentang melepaskan. Terlepas dari semuanya, aku hanya ingin yang terbaik bagi kamu. Aku tidak menginginkan kamu ada dan terlibat dalam keadaan dan masalahku, biarkan aku saja yang memikul beban ini, doakan saja aku kuat menghadapi ini. 

Kamu tau, setiap kali kita bertemu, aku selalu memikirkan tentang bagaimana jika aku menjadi orang lain, yang bisa bahagiakan kamu, yang selalu ada didekat kamu, yang selalu menemani kamu, yang selalu mengajakmu pergi keluar kota, yang selalu mengajakmu kerumah ku. Aku ingin ! tapi aku tidak bisa!

Aku takut kamu berubah pikiran dan tidak lagi mencintai ku. Seperti keindahan senja yang sedikit demi sedikit menghilang karena malam yang akan menggantikan perannya, bulan dan bintang adalah sebaik-baiknya terang dalam gelap. Kamu bisa memilih yang terang, tanpa melihat gelap dan hitam.

Hai, aku rindu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun