Mohon tunggu...
Bagus Rosyid
Bagus Rosyid Mohon Tunggu... -

Who Am I ?

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kuda Troya Anas Urbaningrum

9 Juli 2012   08:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:09 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam mitologi Yunani, perang terbesar dan penuh srategi dalam sejarah mereka adalah Perang Troya. Alkisah, peperangan yang dipicu oleh penculikan Helena oleh Paris dari kota Troya menyebabkan suami Helena, Menelaos yang juga raja Sparta, semakin marah besar. Dengan kondisi seperti itu raja memerintahkan prajurit Yunani untuk menyerbu habis-habisan kota Troya meskipun faktanya benteng Troya tidak dapat ditembus oleh prajurit Yunani seiring 10 tahun perang Troya bergejolak.

Dengan srategi prajurit Yunani yang mempersembahkan Kuda Troya raksasa dan ditujukan sebagai pengabdian kepada Poseidon, prajurit Yunani bisa masuk ke dalam kota Troya dengan bersembunyi di dalam Kuda Troya raksasa tersebut. Sebelumnya kuda Troya itu dipersilakan masuk ke dalam benteng pertahanan kota Troya karena para petinggi kota menganggap kuda persembahan itu tidak berbahaya. Pada malam harinya, pasukan Yunani keluar dari perut kuda kayu itu dan akhirnya mereka bisa menakhlukkan serta merebut kota Troya.

Lantas, apa kaitan srategi kuda Troya pasukan Yunani ini bagi Anas Urbaningrum? Seperti yang kita tahu semenjak Anas menjadi Ketua Umum partai berlambang Mercy bertubi-tubi serangan politik selalu mengarah padanya. Media menjadi corong utama untuk membentuk opini publik dan menyudutkan posisi Anas. Anas yang direkrut Demokrat setelah partai itu besar dianggap sebagai politikus kemarin sore yang belum pantas mendapatkan kedudukan sebagai ketua umum. Kedua rival Anas ketika kongres di Bandung dan sang presiden sendiri tampaknya belum ikhlas jika Anas menduduki ketua umum partainya. Hal ini terwujud dengan penggembosan kekuasaan Anas dengan terbentuknya Majelis Tinggi Partai Demokrat yang dikomandani SBY. Secara de facto dan de jure kekuasaan Anas hanya tersisa 10% selebihnya dipegang oleh Majelis Tinggi.

Maka digoncanglah kursi Anas dengan berbagai pembentukan opini oleh media. Mulai dari terbongkarnya kasus wisma atlet yang melibatkan sahabat karib Anas, Nazarudin. Nazar yang pernah dekat dengan Anas dimanfaatkan para musuh Anas untuk bernyanyi menyudutkan Anas ke media seolah-olah anas benar-benar terlibat dalam skenario wisma atlet itu. Pengadilan opini publik pun terwujud tanpa proses hukum sebenarnya. Tanpa memandang apakah Anas telah dijatuhi hukuman oleh pengadilan, publik sudah terlebih dahulu memandang bahwa Anas adalah koruptor dan kotor. Sekali lagi publik tersandera oleh ucapan-ucapan Nazar yang sudah terbukti koruptor, sedangkan Anas? Anas hanyalah korban opini Nazar dan Media.

Wisma Atlet tak mempan karena hanya bisa menyeret Angelina Sondakh yang juga wakil Sekjend era Anas Urbaningrum. Dibentuklah opini baru mengenai Hambalang untuk menyeret Anas. Namun tetap saja KPK alot menetapkan Anas sebagai tersangka karena minimnya alat bukti yang dipunyai KPK.

Anas Urbaningrum benar-benar menerapkan srategi Cattenacio ala sepakbola Italia. Bertahan total dengan sekali-kali melakukan serangan balik. Adalagi Srategi kuda troya yang diterapkan Anas melalui gerakan bawah tanah yang terlambat diketahui loyalis kubu SBY. Meskipun selalu digoncang oleh DPP Pusat Demokrat namun Anas tak kekurangan akal. Anas yang juga alumni HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) bergerak ke bawah dengan mengunjungi dan silaturahmi menggalang dukungan DPD di daerah-daerah. Kita tahu DPD Demokrat kebanyakan orang-orang Anas sehingga secara akar organisasi, Anas sangatlah kuat. Bahkan seandainya digoncang KLB sekalipun, Anas takkan goyah karena akar kader-kadernya sangatlah kuat.

Menarik untuk disimak bagaimana kelanjutan srategi kuda troya Anas Urbaningrum. Kita tahu dalam perang Yunani, kuda troya menyerang ketika sang penguasa lemah. Akankah hal ini akan dilakukan Anas? Berbagai elemen kekuatan ada pada Anas. SBY tak mampu berbuat banyak kepada Anas karena Anas tetaplah Anas yang merupakan ketua partai Demokrat yang mempunyai kursi terbanyak di DPR. Seandainya SBY melakukan tindakan ceroboh dengan menggoyang Anas secara langsung bukan tidak mungkin Anas melalui kubunya Demokrat melakukan Impeachment kepada junjungannya sendiri. Mungkin dengan mencari-cari kasus sehingga kubu Anas di Demokrat tidak mempercayai SBY sebagai presiden lagi.

Kemudian dengan sosok Anas yang sejak tahun 2005 sudah ditarik bergaung dengan Demokrat tentunya mengetahui seluk-beluk internal organisasi. Jika saja SBY secara otoriter menyuruh Anas turun dengan paksa, siapa jamin Anas tidak bernyanyi seperti Nazar? Tentu citra partai berwarna dominan biru ini akan semakin tercoreng. Maka untuk Anas, SBY menganggapnya seperti buah simalakama.

Anas sendiri diyakini bakal tidak hanya diam. Bisa jadi kasus Akbar Tanjung yang tidak terbukti melakukan korupsi pada awal 2000-an menjadi inspirasi Anas untuk mendapatkan dukungan publik. Dengan dalih politik terdzolimi untuk mendapatkan simpati masyarakat Indonesia. Mengingatkan kita pada diri SBY ketika merasa didzolimi oleh Megawati dan akhirnya maju sebagai presiden 2004 dengan bekal simpati rakyat. Akankah kuda troya Anas manjur digunakan dalam kondisi politik seperti ini dimana citra Anas benar-benar hancur di mata publik? Atau Anas mampu membalikkan segala serangan lawan-lawannya menjadi sebuah kemenangan seperti dahsyatnya srategi kuda troya? Kita tunggu saja.

#opini pribadi penulis

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun