Memasuki tahun ajaran baru 2023-2024 Kebijakan Kurikulum Merdeka yang telah diterapkan sejak tahun lalu akan 100 persen diterapkan di tahun ajaran baru ini.
Semua institusi pendidikan yakni sekolah akan menerapkan Kurikulum Merdeka di seluruh wilayah Indonesia sehingga tidak akan ada lagi perbedaan antara sekolah yang telah menerapkan Kurikulum Merdeka dengan yang belum menerapkan kurikulum tersebut.
Namun, tantangan yang muncul dalam implementasi Kurikulum Merdeka di sekolah tak seperti membalikan telapak tangan. Pasalnya terdapat beberapa faktor yang menjadi tantangan di masing-masing sekolah dalam menerapkan Kurikulum Merdeka.
Mulai dari kesiapan sumber daya pendukung baik itu sarana prasarana maupun kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini kesiapan guru tentu kondisinya beragam antara sekolah satu dengan yang lainnya.
Sebagai contoh jika di jenjang Sekolah Dasar (SD) jika tahun lalu Kurikulum Merdeka hanya diterapkan pada sebagian kelas terutama di kelas rendah yakni kelas satu hingga kelas empat.
Tahun ini semua kelas, baik kelas rendah maupun kelas tinggi yakni kelas lima dan enam semuanya akan menerapkan Kurikulum Merdeka.
Melihat tantangan yang tak mudah dihadapi oleh sekolah dalam kesiapan mereka mengimplementasikan Kebijakan Kurikulum Merdeka.
Tim Pengabdian Departemen Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang mengenalkan tiga pendekatan sederhana dalam membantu guru mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.
Bekerja sama dengan Pemerintah Kecamatan Bantur Kabupaten Malang, Jawa Timur. Tim dosen yang diketahui Dr. Raden Bambang Sumarsono, M.Pd dan juga melibatkan akademisi lain sebagai anggota yakni Dr. Rochmawati, M.Pd, Dedi Prestiadi S.Pd.I, M.Pd, dan Wildan Zulkarnain S.Pd, M.Pd menggelar kegiatan pelatihan implementasi Kurikulum Merdeka yang diikuti guru SD se Kecamatan Bantur pada 12 Juli 2023 lalu.
Raden Bambang Sumarsono menggunakan skenario tiga pendekatan yakni input, proses, dan output dalam membantu guru memahami konsep dan praktik kebijakan Kurikulum Merdeka.
Ia menilai tiga pendekatan itu dirasa efektif untuk membantu guru memahami inti dari Kurikulum Merdeka baik secara teori maupun implementasi yang akan dilaksanakan di masing-masing sekolah.
Penjabaran sederhana tiga pendekatan tersebut yakni input berkaitan dengan pengenalan dan pemahaman wawasan kepada guru tentang Kebijakan Kurikulum Merdeka.
Sementara pada proses adalah guru mendapat pendampingan dari mulai menyusun rencana pembelajaran, media pembelajaran, hingga evaluasi pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum Merdeka.
Terakhir adalah output yakni produk dari kegiatan pendampingan yang dilakukan tim pengabdian pada aspek proses.
Raden Bambang berharap melalui kegiatan pelatihan tersebut dapat membantu guru dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka di sekolah.
"Hasil dari kegiatan ini mampu memberikan pemahaman terhadap para peserta dan gambaran yang lebih jelas terkait implementasi Kurikulum Merdeka," ungkap Raden Bambang.
Sementara Dinas Pendidikan Kecamatan Bantur Kabupaten Malang melalui Pengawas SD Wilayah Kecamatan Bantur Kabupaten Malang, Istiharsi, M.Pd merasa senang dengan kegiatan pelatihan yang diselenggarakan.
Menurutnya perlu ada sinergi yang baik antara perguruan tinggi dengan sekolah terkait dengan implementasi Kurikulum Merdeka yang masih menjadi tantangan bagi sekolah.
"Tentu melalui kegiatan seperti ini akan membantu guru secara paripurna dan tuntas dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka," jelas Istiharsi. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H