Keterampilan dibutuhkan bagi warga binaan sebagai bekal bagi mereka ketika telah selesai menjalani masa tahanan.
Bekal keterampilan itulah yang diharapkan dapat membuat warga binaan dapat membuka usaha baru dan menciptakan lapangan pekerjaan baru ketika sudah bebas dari masa tahanan.
Melihat permasalahan tersebut, Tim Pengabdian Departemen Administrasi Pendidikan Universitas Negeri Malang memberi program pelatihan pengolahan ban bekas menjadi barang bernilai guna kepada warga binaan.
Kegiatan pelatihan tersebut dilaksanakan di Lembaga Permasyarakatan (LP) Klas I Lowokwaru Kota Malang.
Ketua Tim Pengabdian, Dr. Mustiningsih, M.Pd mengatakan program pelatihan yang diberikan adalah upaya membantu warga binaan agar memiliki keterampilan dan tidak kembali melakukan perbuatan kriminal.
Pelatihan pengolahan ban bekas menjadi kerajinan tangan yang bernilai guna seperti vas bunga, piala, sofa, dan guci.
Dari pelatihan pengolahan ban bekas itu diharapkan dapat menginspirasi warga binaan untuk membuka lapangan pekerjaan baru ketika sudah  bebas.
"Pelatihan ini adalah bentuk komitmen perguruan tinggi kepada masyarakat. Salah satunya dengan warga binaan yang mereka perlu diberi keterampilan agar mereka tidak kebingungan mencari sumber nafkah ketika sudah bebas dari masa tahanan," tutur Mustiningsih.
"Pengolahan ban bekas menjadi sebuah barang bernilai guna merupakan usaha yang sederhana dan mudah dilakukan," sambungnya.
"Bagaimana limbah yang tidak memiliki nilai guna bisa menjadi barang yang lebih bermanfaat seperti ban bekas. Keterampilan inilah yang diharapkan menjadi peluang bagi warga binaan agar ketika kembali ke lingkungan masyarakat mereka bisa membuat usaha baru," lanjut Mustiningsih.
Mentor Pelatihan dari Java Creative, Djainuri, S.Pd menilai antusias warga binaan di LP Klas I Lowokwaru Kota Malang cukup tinggi. Ia mengatakan keterampilan mengolah ban bekas menjadi barang bernilai guna mudah dilakukan.
Apalagi bahan baku utama yakni, ban bekas juga mudah ditemukan dimana-mana dengan harga yang cukup murah. Ditambah dengan bahan-bahan pendukung juga mudah dan terjangkau.
Sehingga Djainuri menyebut usaha pengolahan ban bekas menjadi barang bernilai guna adalah usaha yang mudah dilakukan oleh warga binaan karena tidak membutuhkan modal yang cukup banyak.
"Usaha kreatif pengolahan ban bekas seperti ini bisa dilakukan di rumah dan tidak membutuhkan tempat usaha yang luas. Bahan baku mudah ditemukan dan pasar penjualan produk juga jelas dan mudah," beber Djainuri.
Djainuri juga memberi tips bagi warga binaan agar dalam melakukan usaha mulai dari teknik memotong, membentuk produk, dan cara penjualan produk.
Selain mengajarkan cara mengolah ban bekas, Djainuri menekankan konsistensi dalam melakukan usaha salah satunya memiliki target, setidaknya dalam sehari memiliki target tiga produk.
Pasalnya Djainuri menyebut satu ban motor bekas bisa menjadi dua sampai tiga produk. Jadi secara ekonomi sangat menguntungkan asalkan warga binaan konsisten dalam menjalankan usaha pengolahan ban bekas tersebut.
"Satu ban motor bekas itu bisa menjadi beberapa produk, ini usaha yang simpel tapi menjanjikan bagi warga binaan. Dari satu ban bekas bisa menjadi beberapa kerajinan dengan modal yang murah tapi harga jualnya cukup tinggi," jelasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H