Nasionalisme hanya dipakai sebagai jargon-jargon politik untuk menutupi kepentingan para kaum borjuis yang berada dalam lingkungan kekuasaan dan saling berebut kue.Â
Nasionalisme hanya menjadi alat untuk menekan masyarakat agar patuh terhadap pemerintah. Menjadi masa mengambang yang hanya dibutuhkan saat kontestasi politik berlangsung.Â
Selama perjalanan bangsa ini yang diiringi dengan pergantian tampuk kekuasaan. Rasanya perlu mempertanyakan lagi nasionalisme kita ditengah anacaman disintegrasi bangsa karena ketidakadilan yang dirasakan. Wilayah negara yang terdiri dari gugusan pulau-pulau yang membentang dari barat hingga timur.Â
Apakah semuanya merasakan pembangunan yang sama baik secara fisik maupun pembangunan sumber daya manusia melalui pemerataan pendidikan. Apakah kita masih memiliki rasa sama sebagai bangsa senasib dan sepenanggungan sebagai bangsa yang pernah dijajah, atau justru nasionalisme adalah dogma guna menjaga tahta.
Sebagai pemuda merawat nalar kritis untuk mencintai negeri ini merupakan sebuah tantangan ditengah arus globalisasi yang bisa jadi mengubah pola pikir rasional manusia menjadi lebih individualistik.Â
Tetap merawat kemewahan terakhir seorang pemuda yang Tan Malaka bilang adalah idealisme, Â maka nasionalisme di era modern seperti saat ini bukan lagi berbicara akan nation saja, tapi juga kontrol pada mereka yang mengemban amanat rakyat. Berpikir, bertindak, dan berkarya adalah bentuk nasionalisme yang tepat dilakukan oleh pemuda di era arus globalisasi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI