WAKIDI cuma njegeges mendengar hasil rekomendasi pada detik-detik terakhir PDIP yang akhirnya mengusung Agustina Wilujeng -- Iswar Aminudin sebagai calon wali kota dan wakilnya di Pilwakot Semarang 2024.
"Lho itu pilihan yahud lo, Di? Kok dirimu njegeges ki nopo?" tukas Mas Kriwil.
"Lho lha sak senengku to ya, wong cangkemku dewe okh, kok kowe ngurusi!" balas Wakidi santuy.
"Iya tuh, orang kok klecam-klecem tok. Kayak ndak punya prinsip gitu lho," Mbak Erna ikut nanggapi.
Yang lain ikut terpengaruh, lantas mereka bergiliran menimpali sikap Wakidi, bahkan cenderung seperti membuli. Haduh, gara-gara njegeges aja kok bisa dimaknai seperti itu, batin Wakidi.
"Njegegesmu ki soale nggak enak ya, Di. Kayak meremehkan sesuatu yang sedang berlangsung di depan mata, maksudmu apa ta?" tanya Mas Maiman tajam.
Suasana angkringan Mberok Corner mendadak tegang dan serius. Semua menunggu jawaban dari Wakidi soal pencalonan. Wakidi mlongo.
"Asu ikh, serius banget." Sambil tertawa Wakidi melanjutkan, "Gini lo gaes, aku teringat dengan Maureen Murphy, pelawak Australia yang mengatakan, kenapa begitu sedikit politisi wanita adalah karena terlalu merepotkan untuk merias muka di dua wajah," kata Wakidi tenang.
"Ra cetha!" tukas Yu sekar.
"Lha emang ra cetha. Dalam politik itu diniscayakan untuk menjadi abu-abu. Dalam politik tak ada musuh atau kawan abadi, kira-kira kuwi cetha ra? Jare Nikita Kruschev, mantan kepala pemerintahan Uni Soviet, politisi itu berjanji membangun jembatan, meski tidak ada sungainya. Jadi akeh ra cethane. Paham ra?"