Mohon tunggu...
Bagus Putra W
Bagus Putra W Mohon Tunggu... Penulis - Suka nulis saja.

Semacam robot pekerja.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Cie.. Cemas Menunggu Arah Koalisi Ya...

9 Agustus 2024   21:47 Diperbarui: 9 Agustus 2024   21:50 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi (AI)

BAGAS sepertinya masih "nggonduk", setelah beberapa waktu lalu namanya saya pakai untuk bahan tulisan. Dari informasi yang saya dengar, dia mengaku keberatan, pertanyaannya tentang soto Betawi dan soto Semarang saya pakai untuk analogi peta politik di Semarang.

Bagas memang penggemar kuliner (alias doyan makan). Setiap pagi jika tak ada jadwal kuliah dia sering nonkrong di rumah saya. Jadwal rutinnya, setelah nonton film SpongeBob SquarePants di televisi, dia kerap menjadi koki dadakan, saat ayah dan ibuku kerja. Minimal memasak mi instan atau nyeplok ndok untuk kita sarapan bersama satu geng.

Namun pagi tadi, Bagas tak kelihatan batang hidungnya. Jadwal kuliah tak ada, tapi dia tak mampir ke rumah. Setelah saya tanyakan ke rekan lain, informasinya dia masih nggonduk, dan memilih sementara "abstain".

Iseng, saya coba chat nomor WhatsApp dia dengan kalimat, "cie.. tumben gak main, cemas-cemas menunggu arah koalisi ya..."

Namun, meski centang biru dua, dia tak membalas chat yang saya kirim.

Baiklah, saya tak akan mengganggunya dulu. Mungkin dia memang lagi galau, atau cemas menunggu ajakan dari timses para calon wali kota untuk memasang baliho di pinggir jalan atau nunggu info intelijen. Seperti halnya para politikus, khususnya tim sukses para calon yang masih cemas menunggu kepastian koalisi jelang pendaftaran calon wali kota dan wakil wali Kota Semarang di KPU.

Ada yang sok yakin, ada yang "ider" sana-sini karena panik, dan ada yang pasrah bongkokkan sama "pusat".

Sepertinya, peta politik jelang Pilwakot Semarang 2024 ini memang agak kompleks. Meskipun sudah ada beberapa gambaran mengenai arah dukungan dari partai politik, hingga kini belum ada kesepakatan yang final mengenai koalisi yang akan terbentuk, termasuk pasangan calon wali kota dan wakilnya. Proses ini menunjukkan bahwa partai politik masih dalam tahap mempertimbangkan dan menghitung keuntungan serta kerugian dari setiap arah dukungan yang akan diambil. Kalkulasi politik bahasa kerennya.

Dinamika politik menjelang Pilwakot Semarang 2024 mencerminkan betapa pentingnya strategi politik bagi setiap partai. Di satu sisi, partai politik tentu ingin mengusung calon yang memiliki peluang menang yang tinggi, tetapi di sisi lain, mereka juga harus mempertimbangkan potensi dampak dari keputusan koalisi tersebut terhadap basis dukungan dan citra partai.

Dalam konteks ini, partai-partai politik berusaha melakukan kalkulasi yang cermat untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil tidak hanya menguntungkan dalam jangka pendek, tetapi juga berkelanjutan untuk masa depan politik mereka. Dan tentu saja mempertimbangkan "arah angin" di tingkat pusat.

Salah satu faktor kunci dalam menentukan arah koalisi adalah kekuatan dan popularitas calon yang diusung. Partai-partai politik harus memastikan bahwa calon yang mereka dukung memiliki daya tarik di mata pemilih. Di Semarang, di mana PDIP memiliki basis massa yang loyal, calon dari partai lain harus mampu menawarkan alternatif yang menarik dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. 

Jika tidak, ada risiko bahwa dukungan akan terfragmentasi, menguntungkan calon dari PDIP yang sudah mapan. Apalagi bagi calon yang hasil surveinya masih rendah, di bawah 5 persen misalnya. Sebaiknya tahu diri sedikit lah, daripada foto balihonya hanya ngrusak estetika kota. Hehehe.

Selain itu, hubungan antarpartai juga memainkan peran penting dalam pembentukan koalisi. Negosiasi dan komunikasi yang efektif antara partai-partai yang berpotensi berkoalisi akan sangat menentukan kesuksesan dalam merumuskan kesepakatan. 

Dalam banyak kasus, partai-partai politik perlu melakukan kompromi untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Hal ini bisa mencakup pembagian kursi, penentuan calon wakil, serta kesepakatan mengenai program-program yang akan diusung. Dan yang paling penting, buka-bukaan isi tas.

Dinamika internal di masing-masing partai juga harus diperhatikan. Setiap partai tidak hanya harus memperhitungkan keuntungan dan kerugian dari luar, tetapi juga harus mengelola aspirasi dan kepentingan internal. Terutama bagi partai yang memiliki banyak kader potensial, keputusan untuk berkoalisi atau mendukung calon dari luar partai bisa menimbulkan ketidakpuasan di kalangan anggota. Oleh karena itu, penting bagi partai melakukan komunikasi yang transparan dan melibatkan anggota dalam proses pengambilan keputusan.

Tapi sudahlah, biarkan saja para politikus itu pada cemas menunggu, atau berembuk dan saling mengintai kekuatan calon lawan atau calon kawan. Saya tak jajan soto Bangkong saja, sambil menunggu Bagas membalas pesan singkat saya di WhatsApp dan ngajak ngopi lagi di angkringan.

Oh iya, kalau soal pilihan saya di Pilwakot Semarang nanti, saya tetap mendukung calon yang paham soal Kota Semarang saja. Pendapat saya tetap sama, soto Semarang bagi lidah saya masih tetap lebih enak dibanding soto Betawi, atau mungkin dibanding coto Makassar.(*)

Semarang, 9 Agustus 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun