Mohon tunggu...
Bagus PutraW
Bagus PutraW Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Robot produksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

(Menurut Saya) Soto Semarang Lebih Enak dari Soto Betawi

3 Agustus 2024   09:59 Diperbarui: 3 Agustus 2024   10:06 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: Baliho salah satu calon wali Kota Semarang yang terpasang di Jalan Kedungmundu, Kota Semarang.

"Enak mana soto Semarang sama soto Betawi?" tanya teman saya Bagas, mahasiswa perguruan tinggi swasta di Kota Semarang yang tak lulus-lulus di suatu sore saat kami sedang mabar Moblie Legend di depan rumah rekan kami Rudi di wilayah Tembalang, Kota Semarang.

Bagas selama ini memang terkenal tak mau kalah soal pembicaraan apapun, dia merasa paling pinter, paling sangar, meski teman-temannya malah menganggap dia lucu. Hampir setiap hari dia cerita soal (konon) pengalamannya berkelahi dan omong kososng soal keberaniannya. Ibaratnya, kayak singa yang mengaung di dalam arena sirkus, dan penontonnya tepuk tangan.

"Bagas ki wong paling pinter sak dunia. Yen kalah argumen, ngakune infone soko intelijen. Geleme menang terus. Garek diiyoni rakwis. Nggeh, leres, jenengan dao.. jos.. Ben meneng," saran Rudi kepadaku saat Bagas sedang izin buang air kecil di dalam rumah.

Saya memang enggan menjawab pertanyaan itu, karena terlalu melelahkan untuk diperdebatkan. Sebagai mahasiswa ilmu hukum yang belum lulus serta kader organisasi kepemudaan, saya lebih tertarik membicarakan hal seng ndakik-ndakik, ya politik tentunya hehehee.

Apalagi saat ini, menjelang Pemilihan Wali Kota (Pilwakot) Semarang 2024, peta politik di kota ini semakin beragam dengan munculnya beberapa bakal calon yang berasal dari luar Kota Semarang.

Fenomena ini sebenarnya juga sama rumitnya dengan perdebatan yang tidak pernah usai tentang kelezatan kuliner seperti yang disampaikan teman saya Bagas. Meski bagiku sebagai orang yang lahir dan tinggal di Kota Semarang, "Soto Semarang lebih enak dari soto Betawi". 

Bukan hanya sekadar klaim, tetapi juga dapat dijadikan metafora untuk menggambarkan pentingnya memilih pemimpin yang benar-benar paham dan mengerti tentang Kota Semarang. Dalam konteks ini, masyarakat perlu cermat dalam memilih calon yang memiliki latar belakang dan pengetahuan mendalam tentang daerah yang akan mereka pimpin.

Soto Semarang dikenal dengan cita rasa yang khas dan bumbu rempah yang kaya, mencerminkan budaya lokal yang telah terjalin selama bertahun-tahun. Begitu pula dengan Wali Kota Semarang, seharusnya memiliki pemahaman yang mendalam tentang karakteristik, budaya, dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat setempat. 

Calon-calon yang bukan warga asli Semarang mungkin memiliki niat baik, tetapi tanpa pengetahuan mendalam tentang keadaan dan kebutuhan masyarakat Semarang, mereka akan kesulitan dalam merumuskan kebijakan yang efektif dan relevan.

Masyarakat Semarang seharusnya tidak hanya terpaku pada popularitas atau janji-janji manis dari para bakal calon yang datang dari luar daerah. Seperti halnya soto, yang membutuhkan keahlian dan pemahaman dalam meracik bumbu dan bahan, seorang pemimpin pun memerlukan keahlian dan pemahaman dalam memimpin dan mengatasi persoalan yang ada. 

Track record calon menjadi salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Rekam jejak dalam pengabdian, baik di sektor publik maupun swasta, akan memberikan gambaran tentang kemampuan calon dalam menjalankan amanah dan tanggung jawab.

Di tengah maraknya baliho dan iklan politik, masyarakat diharapkan untuk tidak bersikap pragmatis dan memilih calon hanya berdasarkan daya tarik visual atau slogan-slogan yang menggoda. Pemilih yang bijak akan mencari tahu lebih jauh tentang latar belakang, pengalaman, dan visi misi calon. 

Mereka harus mampu menganalisis apakah calon yang diajukan benar-benar memahami masalah-masalah yang dihadapi oleh Kota Semarang, atau hanya sekadar mengejar popularitas.

Pentingnya pengetahuan dan kedekatan calon dengan masyarakat juga terlihat dalam kebijakan yang diusulkan. Seorang calon yang paham akan seluk-beluk Kota Semarang akan lebih mampu mengurai persoalan yang ada, seperti kemacetan, pengelolaan sampah, dan peningkatan kualitas pendidikan. 

Dengan memahami konteks lokal, calon tersebut dapat merumuskan solusi yang lebih tepat dan aplikatif, yang pada akhirnya akan membawa dampak positif bagi perkembangan kota.

Penulis berharap, menjelang Pilwakot Semarang 2024, masyarakat diharapkan untuk memilih calon yang memiliki pemahaman mendalam tentang Kota Semarang, bukan hanya sekadar melihat dari luar. 

Seperti halnya soto Semarang yang kaya cita rasa dan bumbu, pemimpin yang baik pun harus mampu menyajikan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter masyarakat. 

Dengan melihat track record calon secara jernih dan tidak pragmatis, masyarakat dapat membuat pilihan yang lebih baik untuk masa depan Kota Semarang. Pilihan yang tepat akan membawa Kota Semarang menuju kemajuan dan kesejahteraan yang lebih baik.

Ingat, jangan pernah percaya janji-janji politik "soto ini lebih enak dari soto itu". Nikmati saja sesuai lidah dan selera masing-masing, dan jangan kebanyakan berdebat, nanti rak lulus-lulus koyok Bagas.(*)

Semarang, 3 Agustus 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun