Mohon tunggu...
Bagus Permadi
Bagus Permadi Mohon Tunggu... Pedagang -

pedagang, pembelajar yang suka travelling dan mendongeng untuk ketiga bidadari cantikku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pergi ke Ndiwek Apa Paris

27 Oktober 2017   17:47 Diperbarui: 27 Oktober 2017   18:17 1520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
batu nisan Riza Yohansyah

Di bulan Oktober 2017 yang merupakan momen untuk evaluasi, setting goal, dan menyusun strategi untuk mencapai yang lebih baik di 2018. Aku terdiam saat pesan whatsapp masuk dan dimulai dengan kata-kata "Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, smg husnul hotimah...". Seorang temanku sekali lagi ada yang dipanggil Allah SWT. Teman yang kukenal sejak SD, main tamiya, kelereng dan pondok Ramadhan bersama. 

37 tahun itu waktu yang singkat batinku, padahal bisa jadi kita masih kerasan disini, akan ada hal besar yang dinanti-nanti, tanda tangan kontrak bisnis, mau kejar omzet 5x lipat, janji meetup dengan teman lama dan segepok list capaian yang ingin kita kejar atau malah masih banyak hutang maupun tanggungan yang harus kita tuntaskan. Sayangnya malaikat Izrail tidak pernah mau whatsapp atau sms dulu kalau mau mampir, paling tidak missed call lah biar kita sedikit ngeh kalau doi mau datang. dan ada notifnya di gadget besutan xiaomi atau samsung terbaru yang kita pakai, yang setiap saat kita cek.

Diamku untuk merenung,

kalau dipikir-pikir "kontrak" (baca: kontrak akhirat) ini sebetulnya sama dengan kontrak kerjasama bisnis maupun dengan pemberi kerja (baca: kontrak dunia). Semua jelas tercantum perihal tanggal mulai kerjasama, hak dan kewajiban, fasilitas dan tunjangan, termasuk juga bonus tahunan yang kalau di "kontrak" diantaranya adalah kemuliaan yang setara dengan seribu bulan di malam Lailatul Qadar. Bedanya cuma satu antara kontrak dengan "kontrak", di "kontrak" tidak mencantumkan masa berakhir, yang artinya bisa diakhiri sewaktu-waktu, suka suka dan kita wajib manut, siap tidak siap. Seandainya di "kontrak" jelas tercantum masa berakhirnya, pasti akan lebih fair, apa iya begitu?

Renunganku semakin dalam, kalau di kontrak kita berusaha untuk teliti satu persatu, ada satu pasal yang ga jelas sedikit saja kita kritis, kalau di "kontrak" apa juga begitu? bagaimana yang subhat apa sudah kita perjelas, yang haram sudah kita tolak mentah-mentah. Sudahkah kita evaluasi capaian hak dan kewajiban sesuai "kontrak", skor KPI di "kontrak" kalau dapat B gimana bisa dapat A atau bahkan A+, simple nya kalau property udah 3 gimana cara biar 4 kan?. Lah terus kalau di "kontrak" apa iya kita sudah setting goal akhirat dan mem-break down detil strategi menuju jannah. Sudahkah kita inginkan prestasi 5x lipat sedekah selain duplikasi di buku rekening kita, mau kemana kita ajak istri dan anak-anak kita? ke Ndiwek apa ke Paris, ke Surga apa ke Neraka. "Ojo kedonyan le" kalau pesan orang tua kita, hmm..

Dan ternyata hamba ini sukses masuk di garda terdepan,

Yang paling ikhlas antri panjang film box office, dibanding taklim

Yang paling istiqomah nge-mall, dibanding menghitung zakat maal

Dan paling amanah kepo-in selebgram dibanding buka Qur'an

Astaghfirullah.., entah apa kata tangan dan kaki ini nanti saat mereka waktunya bicara

Renunganku pun berakhir dengan doa, semoga doi (baca: malaikat Izrail) mampir saat aku sudah berbenah, sudah berusaha mati-matian mengejar KPI terbaik sebisaku, di setiap tetes keringat dan hembusan nafas ini, walaupun aku tahu diri ini masih tertinggal jutaan cahaya. Karena otakku yang picik ini menyakini tidak ada yang tidak bisa, semua pasti bisa asal tahu caranya! Tunjukkan hamba jalannya ya Allah SWT.

batu nisan Riza Yohansyah
batu nisan Riza Yohansyah
Selamat jalan Riza, tepat hari ini di usiamu yang ke 37 tahun. Sepenuh hati kudoakan engkau husnul hotimah, diampuni segala kekhilafan dan dosamu dan mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT. Maafkan aku yang hanya bisa mengantarmu sampai ke pemakaman, bahkan tak sanggup ku menemanimu disini walau hanya semalam. Terima kasih atas renungan hikmah ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun