Mohon tunggu...
Bagus Hanafi
Bagus Hanafi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Program Sarjana Ilmu Tanah Universitas Sebelas Maret

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kisah Gambut: Tanah Hitam yang Kehilangan Peran

31 Desember 2020   16:40 Diperbarui: 31 Desember 2020   17:07 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini, sering terjadi kebakaran hutan di Indonesia. Kebanyakan kebakaran hutan terjadi di daerah gambut. Namun sebenarnya yang terbakar bukanlah hutan, tetapi bagian dalam dari tanah gambut. Kerusakan ekosistem lahan gambut menjadi penyebab utama terjadi kebakaran lahan. Kerusakan lahan gambut ini juga berdampak besar bagi lingkungan dan kehidupan manusia.

Kerusakan lingkungan di lahan gambut tidak lepas dari campur tangan manusia. Salah satu tindakan yang kurang bijaksana adalah penebangan hutan gambut dalam skala besar dan membuat kanal-kanal untuk mengalirkan potongan kayu. Hal ini berdampak besar pada air yang ada di lahan gambut yang mengalir keluar melalui kanal-kanal sehingga gambut mengering dan ketinggian tanah berkurang. Kemudian gambut secara langsung terkena cahaya matahari dan oksigen mulai bersirkulasi sehingga memicu pelepasan karbon.

Jika gambut terkena api maka akan mempercepat pelepasan karbon. Dalam hal ini, karbon dioksida dan gas-gas beracun akan terlepas ke atmosfer. Api juga dapat menjalar ke bawah tanah, lalu banyaknya karbon di lahan gambut ini menyebabkan api bisa bertahan berbulan-bulan sehingga api sulit dipadamkan. Inilah yang membuat lepasnya kabut asap dalam jumlah besar dan dalam waktu yang panjang.

Berlandaskan hal tersebut kita perlu mengetahui sebenarnya gambut itu apa. Secara sederhana, gambut adalah lahan basah kaya bahan organik yang terbentuk ribuan tahun. Gambut terbentuk dari dedaunan, ranting, pepohonan, atau materi organik lain yang jatuh ke tanah selama ribuan tahun sehingga membentuk kubah gambut.

Biasanya gambut terdapat pada rawa yang terletak di antara dua sungai atau antara sungai dan laut. Hujan sering terjadi di hutan rawa gambut, lebatnya hutan, dan gambut yang bersifat seperti spons dapat menyimpan dan menyerap air dalam jumlah banyak, inilah yang membuat gambut tetap basah sepanjang tahun. Gambut yang tetap basah ini membuat pembusukan terhenti sehingga terdapat banyak sekali karbon di lahan gambut. Namun pengeringan dan perusakan ekosistem gambut membuat gambut melepaskan karbon dioksida dan gas beracun dalam jumlah banyak.

Lahan gambut di Indonesia sendiri mencapai 15,4 juta Ha yang tersebar di delapan provinsi yaitu Sumatra Selatan, Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Papua, dan Papua Barat. Banyak dari lahan gambut di Indonesia mengalami kerusakan.

Untuk mengembalikan fungsi dan memperbaiki kerusakan dari lahan gambut, pemerintah membuat program 3R yaitu rewetting atau pembasahan gambut, revegetasi atau penanaman ulang, dan revitalisasi sumber mata pencaharian. Program tersebut disebut restorasi gambut atau proses mengembalikan fungsi ekologi lahan gambut dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang terkena dampak dari lahan gambut yang terdegradasi. Restorasi ekosistem gambut dilakukan dengan menjaga kandungan air di dalamnya.

Restorasi tidak berhenti pada perbaikan lingkungan saja. Pemerintah Indonesia saat ini sedang mengupayakan pemanfaatan lahan gambut untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dengan cara memanfaatkannya di bidang pertanian yang berkelanjutan. Adanya pemanfaatan lahan ini juga merupakan usaha untuk mengurangi kebakaran lahan dan hutan yang terjadi.

Lahan gambut sendiri bisa dibagi menjadi 3 potensi sesuai dengan perspektif produksi dan penjualan petani. Lahan gambut dengan klasifikasi rendah dapat dimanfaatkan untuk menanam durian, jagung, kelapa sawit, dan sagu. Klasifikasi menengah bisa untuk kelapa, nanas dan rotan. Klasifikasi tinggi dapat untuk kopi, kakao, dan bambu.

Bisa dibayangkan, jika tanah gambut yang luas di Indonesia dimanfaatkan dengan baik dan benar, tentu akan menguntungkan petani dan mendukung ketahanan pangan di Indonesia. Pemanfaatan akan berjalan lancar dengan adanya koordinasi dari pemerintah dengan masyarakat dan pelaku usaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun