Mohon tunggu...
Bagus Hendrayono
Bagus Hendrayono Mohon Tunggu... Human Resources - Biodata

A well-rounded Recruiter, Trainer and Business Acquisition Professional with 10+ years’ experience rounding from Local Corporation and Multinational Corporation. Most of my Career lies between Recruitment and Sales and currently working with a Startup Executive Search company.

Selanjutnya

Tutup

Money

Jadilah Dirimu Sendiri, Apa yang Baik Menurut Orang Belum Tentu Baik untuk Kita

26 Juni 2020   16:29 Diperbarui: 26 Juni 2020   16:29 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alkisah ada seorang pengusaha kelontong sukses di sebuah kota kecil di jawa tengah yang terkenal dengan mendoan nya, sang pemilik toko adalah seorang pekerja keras dan sangat ulet menjalani usahanya, ditengah keterbatasan pendengaran nya. Berawal hanya menjual beberapa macam barang ditahun 80an samapi menjadi toko kelontong terbesar di kota nya.

Saat COVID-19 melanda kota nya, diapun melakukan langkah2x pencegahan dengan melakukan pembatasan pembeli sampai membuat "plastic Shield" ditokonya, semua berjalan "Normal" sampai suatu saat sang anak yang sudah sukses bekerja di Jakarta "Pulang Kampung" untuk menengok orang tuanya. Sang anak pun bertanya kepada ayahnya, bagaimana usaha kelontong nya, dan sang ayah berkata berjalan normal saja, walaupun ada sedikit penurunan penjualan.

Sang Anak pun bercerita kepada sang ayah, bagaimana perusahaan tempatnya bekerja melakukan langkah2x antisipasi untuk tujuan "sustainability" dengan melakukan penghematan di sisi operasional, memangkas gaji karyawan, menunda pembelian, membatasi penggunaan vendor, mengurangi konsumsi listrik, merumahkan karyawan, dsb. Sang anak pun berbicara mengenai kondisi krisis yang dialami seluruh dunia karena epidemi ini dan memberikan gambaran ekonomi makro dunia saat ini, sang ayah pun mendengarkan dengan seksama paparan anaknya, terselip rasa bangga didalam diri sang ayah, bahwa anaknya telah menjadi seseorang yang Hebat.

Kemudian sang ayah bertanya kepada sang Anak, Nak, apa yang harus ayah lakukan untuk bisa bertahan? Sang anak pun mulai berbicara, kita harus melakukan penghematan, Pangkas biaya yg tidak perlu. Kemudian sang anak pun diminta untuk melakukan Langkah "Penyelamatan" toko sang ayah.

Yang dilakukan sang anak pertama kali adalah mengurangi biaya Gaji, maka di berhentikanlah karyawan yang sudah mengabdi selama bertahun2x di toko tersebut, Sebagian karyawan yang tersisa di gaji berdasarkan kehadiran, Pengeluaran Listrik dipangkas dengan mematikan Sebagian lampu toko, dan mengganti lampu dengan watt yang lebih kecil, lemari pendingin dimatikan dan toko tidak lagi menjual frozen foods dan es krim.

Untuk menambah pemasukan, Parkir sekarang dikenakan tarif resmi, dengan harga yg lebih mahal. Dengan Bangga, sang anak melakukan presentasi kepada sang Ayah, mengenai penghematan yang dia lakukan di Toko sang Ayah, dan potensi pemasukan baru dari lahan parkir didepan toko mereka.

Sebulan berlalu dan sang anak pun telah Kembali ke Jakarta, Apa yang terjadi dengan toko sang ayah, Pengunjung mengeluh bahwa Toko terlalu gelap dan merasa tidak nyaman berbelanja, berkurangnya karyawan menyebabkan proses transaksi menjadi lebih lama, karyawan bekerja lebih berat dan akhirnya menjadi kontraproduktif, dan tidak focus bekerja karena harus memikirkan bagaimana memenuhi kebutuhan hidup mereka, anak2x tidak ada lagi yg datang karena es krim tidak tersedia lagi, pembeli ketengan malas datang karena tarif parkir menjadi mahal, dan toko kelontong sang ayah pun semakin sepi dan sepi.

Sang Pengusaha Kelontong kemudian merenung dan berpikir, Anak ku benar sekali, ternyata dampak Covid-19 ini sangat mempengaruhi usaha.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun