[caption id="attachment_160839" align="alignnone" width="300" caption="menyantap menu"][/caption] pagi menjelang di hari minggu yang sangat cerah, Nafeeza pun sudah selesai dengan mandi dan dandanan yang biasanya membutuhkan waktu cukup lama, putri kecilku yang berusia 3 bulan ini memang suka sekali mandi pagi. Sementara sang kakak Gilang juga sudah ganteng dengan celana selututnya, tinggal menunggu keponakan tercinta; Vidya bersama uti. Tepat pukul 07.15 si lumba-lumba hitam manis kebanggaan gilang sudah siap setelah warm up lebih kurang 10 menit, bremmmmmmmm .... perjalanan menuju imogiri pun dimulai. Ayah, Bunda, Mas Gilang, Dik Feeza, Uti Rus, dan Uti Nur.... fuiiiihh minus kakung yang tidak kebagian seat di mobil sedan keluaran tahun 1985 ini, karena kebetulan kakung juga pas ada kerja bhakti di kampung. Sempat mampir di SPBU Terminal Giwangan untuk isi bahan bakar, perjalanan dilanjutkan menuju makam imogiri, Gilang terus menerus bernyayi dan bercerita kepada kami semua, membuat perjalanan sangat menyenangkan. Jarak yang tak begitu jauh akhirnya sampai juga kami di Imogiri, sekitar 20 menit antara Kotagede dan Imogiri. Parkir yang nyaman, aman dan luas menjadi tempat pemberhentian yang asyik. Langsung, tanpa tunggu komando semuanya langsung menyerbu warung bubur dan pecel pojok paling selatan, menu bubur ayam + sayur sengek dan sambel krecek sangat menantang untuk dinikmati di pagi yang cerah ini. tentu tidak ketinggalan minuman khas di Imogiri, Wedang Uwuh menjadi minuman yang sangat hangat menemani bubur hangat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H