Mohon tunggu...
Bagus Firmansyah
Bagus Firmansyah Mohon Tunggu... Guru - Menyukai membuat video dokumenter, autopainting, fishery dan tanaman.

Menyukai membuat video dokumenter, autopainting, fishery dan tanaman.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Persaingan Pasar Membuat Es Krim Makin Lumer

20 Desember 2017   07:01 Diperbarui: 20 Desember 2017   08:35 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya saya pribadi bukan penggemar es krim sejati, sesekali saja beli pas lagi kepingin, anggap saja saya lelaki terbiasa ngidam hehehe. Tidak sengaja sebenarnya kenapa saya membelikan anak saya es krim, biasanya susu kotak atau cokelat. 

Moment menunggu pengambilan raport kali ini jadi membosankan, kayak antri subsidi nasi di negeri sendiri, belum lagi harus berjubel dengan ibu-ibu, harus pikir otak gimana saya bisa lolos dari Ibu-ibu yang datang dengan tujuan sama, setidaknya dengan cara halus ijin ke warung sebelah sekolah Playgroup anak saya, tenang saja masih ada istri yang rela antri gantiin saya.

Warung terlihat senyap, sementara terlihat ada produk snack dan sebuah freezer pendingin khusus es krim ternama yang sudah malang melintang di dunia dongeng anak-anak, gambar promosi warna-warni di lemari pendingin ini sangat menarik, aneka warna dengan aneka rasa, dan yang mengejutkan dengan aneka harga,what! only 1500 rupiah, saya jadi ingat harga es krim di depan rumah orang tua saya yang hanya 2000 rupiah, itupun ramai minta ampun untuk sebuah produk pendatang baru, apalagi sepulang anak sekolah, di tambah anak tetangga sebelah yang kalau meminta harus segera di turuti, ini waktunya orang tua menggunakan jurus rayuan gombal apalagi pas tanggal tua, di mana badan terlihat lebih sexy daripada tanggal biasanya, point terakhir ini hanya pengalaman pribadi hahaha.

Antara es krim berharga ekonomis, mereka berbeda brand, berbeda logo dan kemasan, tentu juga berbeda person sales pemasaran. Ini perang harga!, bagian marketing tampaknya sedikit kerja keras di pemasaran, bagian produksi inovasi di produk yang bisa lebih murah dari kompetitor sebelah. 

Mungkin terpaut harga 500 perak bagi saya tidak masalah, apalagi anak sudah nongkrong di depan freezer toko sebelah, pilihannya cuma beli, itu saja. Lain lagi bagi anak SD yang beranjak dewasa, mereka sudah membawa uang saku sendiri. 500 perak adalah saldo tersisa yang harus di pegang erat-erat, pertahankan jangan lepas, nanti buat jajan lagi atau masuk celengan pribadi.

Jika kilas balik jaman 80-90 an es krim bisa di kategorikan bukan jajanan harian, ini jajanan kelas Alice in wonderland, enggak semua mampu beli! trust me, saya pernah melalui ini. Jika melihat pasar sekarang, es krim adalah jajanan biasa saja, apalagi jika harganya 1500 perak.

Ini gebrakan marketing luar biasa dan fantastis, semoga saja masih bisa menjaga kualitas dengan harga ekonomis, but Valuable tak pernah ekonomis apalagi gratis, dan yang terpenting pedagang-pedagang baru akan bermunculan, sebuah moment menciptakan lapangan kerja baru di bidang wirausaha.

Persaingan pasar membuat harga es krim makin lumer, mungkin persaingan mulai Hot. Entah siapa pemenang dalam dunia dongeng yang di sukai anak-anak ini, jangan-jangan tahun depan luncur produk baru, "sekarang kami enggak sampek 1000 perak", I Hope so, dan saya sebagai konsumen cuma bisa bilang "Amien".

Persaingan pasar membuat es krim makin lumer.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun