Mohon tunggu...
Bagus Pri
Bagus Pri Mohon Tunggu... -

Penyuka seni, hobby membatik dan menghayal. Punya cita-cita jadi penulis terkenal.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kau (1)

31 Maret 2010   02:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:05 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai, apa kabarmu hari ini? Aku sedang menikmati cappucino hangat di teras, sendiri, tanpa celoteh dan candamu. Semoga kau disana sedang melakukan hal yang sama, menghirup aromanya dalam-dalam sebelum meminumnya perlahan. Aku suka mendengar suara kecapan bibirmu saat meminumnya, sebuah irama yang menetramkan! Cappucino yang kini kunikmati memang sama seperti yang kau sajikan untukku setiap pagi, tapi bila kau yang membuatnya cappucino itu menjelma menjadi ramuan cinta. Kau mengaduknya dengan sepenuh rasa, menyajikannya dengan senyum dan kecintaan, lalu kau menikmatinya dengan segala keindahan.
Aku yakin, takkan ada seorangpun yang bisa menyajikan cappucino seenak dirimu.

Apakah kau sudah bergegas berangkat kerja? Jangan lupa sarapan dulu! Apakah disana ada seseorang yang menyiapkan sarapan untukmu? Di sini, aku sedang bercappucino dengan setangkup roti tawar gandung isi selai nanas kesukaanmu. Bodohnya, aku mempersiapkan dua tangkup, aku lupa kalau kau tak ada lagi disini. Namun terlanjur kusiapkan dan kubiarkan terhidang di meja teras, di tempat biasa kau menunggu matahari terbit bersamaku.

Apakah kau yakin tidak lupa membawa sesuatu? Malam hari menjelang tidur, biasanya kau memberitahuku apa saja yang ingin kau bawa ke kantor esok hari. Aku akan mempersiapkannya dengan hati-hati, sesekali aku harus dengan sabar menunggumu mengingat sesuatu. Kau memang pengingat yang payah! Tapi aku suka bagian saat kau memelukku dan dengan lembut berbisik di telingaku," Terima kasih sayang, tanpamu pasti hidupku berantakan."

Apakah kau sudah mengenakan syal dan baju hangatmu? Kau paling bandel bila kuminta memakainya, kau selalu merasa kuat dan sehat-sehat saja. Padahal, kau adalah orang yang bermusuhan dengan angin. Pernah kau bertanya padaku, kenapa ada angin diciptakan? Dan aku menjawab, bila tak ada angin, maka takkan ada aku. Aku disisimu untuk membuatmu belajar tentang angin dan mencoba bersahabat dengannya. Lalu bibirmu akan melengkungkan senyum, dan sebuah kata manis keluar dari bibirmu,"Gombal!"

Apakah kau masih mengenangku? Aku disini masih dan selalu...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun