Mohon tunggu...
Bagus Azam Noor
Bagus Azam Noor Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi UIN Syekh Wasil

Mahasiswa Sosiologi UIN Syekh Wasil, Kontributor Kumparan, The Kolumnist.id

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Merefleksikan Adagium Vivere Pericoloso

1 Maret 2024   23:37 Diperbarui: 1 Maret 2024   23:37 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agaknya kita butuh juga mengingat frasa italia yang berbunyi "vivere pericoloso" yang artinya tentu sudah tidak asing di telinga kita, yakni hidup menyerempet bahaya, frasa ini mengandung makna kewaspadaan, kehati - hatian, dan mawas. agaknya juga kita merefleksikan kembali peristiwa persitiwa sejarah agar kemudian kita merasa sadar dan paling tidak prihatin terhadap kondisi di sekitar kita, memang untuk benar benar memahami kondisi yang ada di sekitar kita, baik atau buruk, meningkat atau menurun, maju atau mundur perlu minimal dua hal yaitu pengetahuan dan sikap kepekaan sosial.

Peristiwa reformasi merupakan babak baru dalam indonesia merdeka untuk memperbaiki tatanan sosial politik ekonomi bahkan keamanan nasional, reformasi harusnya bukan sekadar menyelamatkan muka demokrasi indonesia di panggung dunia tetapi harus dimaknai lebih jauh daripada itu, untuk menyelamatkan negeri indonesia itu sendiri dari berbagai kerusakan kerusakan yang sangat banyak jumlahnya.

Orde Baru selalu dituduh sebagai biang keladi korupsi, kolusi dan nepotisme yang menyebabkan kemerosotan ekonomi dan moral sistem politik indonesia, tapi apakah kemudian di era ini lebih baik dari orde baru?, mungkin otoritarianisme orde baru sudah tidak dirasa, tapi jangan kemudian terlena bahwa barangkali era ini akan muncul kembali dalam wajah yang baru dan gress, ciri otoritarianisme adalah anti kritik, pemerintah yang anti kritik adalah pemerintah tirani, demokrasi pada dasarnya menuntut adanya kritik untuk menyehatkan sistem bernegara, resiko bernegara kita yang telah disepakati tahun 45 memilih menjadi negara demokrasi bukan negara kerajaan atau dalam bentuk lainya.

Demokrasi adalah jalan pikiran rakyat dalam membangun sebuah negara yang di dalamnya tanpa adanya sekelompok kecil penguasa yang bisa bertindak semena - mena, jalan demokrasi menolak adanya oligarki, plutokrasi, bahkan menuju arah tirani, oleh sebab itu perlunya merefleksikan kembali jargon vivere pericoloso di tengah kondisi negara yang sedang tidak baik baik saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun