Di tengah gemerlapnya era modern dengan segala inovasi dan arus globalisasi yang terus mengalir, terdapat sebuah oase kebudayaan yang teguh berdiri, menyimpan kisah-kisah lama dan warisan leluhur yang tak ternilai. Sanggar Tari Gito Maron, sebuah tempat yang membawa kita pada perjalanan melintasi masa lalu, menelusuri jejak-jejak budaya yang masih hidup, tersembunyi di balik gemerlapnya kota Blitar, Jawa Timur.
Berdiri kokoh sejak tahun 1987, Sanggar Tari Gito Maron menjadi saksi bisu perjalanan waktu. Dalam setiap gerakan, lagu, dan makna yang terkandung, mereka memelihara keaslian dan keagungan tarian tradisional Jawa Timur. Sanggar ini bukan hanya sebuah tempat, melainkan sebuah jendela menuju warisan budaya yang lestari.
Pak Dimas Pramuka, sosok yang menjadi pilar utama di sanggar ini, tidak hanya mengajarkan gerakan-gerakan yang indah, tetapi juga memperkenalkan sejarah dan filosofi di balik setiap langkah. Dengan senyumnya yang hangat, beliau mengajak generasi muda untuk mencintai dan menghargai kekayaan budaya yang ada.
Nama "Gito Maron" sendiri membawa cerita tersendiri. Gito, sebuah nama yang mengingatkan pada leluhur, menyeberang dari generasi ke generasi, memelihara kejayaan masa lalu. Sementara Maron, sebuah pengingat akan akar-akar yang dalam, mempertahankan keaslian daerah asal mereka, menjadi sebuah jati diri yang teguh.
Sanggar ini bukan hanya tempat untuk belajar tari, tetapi juga sebuah wadah untuk menjaga dan memelihara identitas budaya. Melalui kelas-kelas pengajaran, anak-anak muda diajak untuk merasakan keindahan gerakan yang sarat makna, serta mendalami nilai-nilai yang terkandung dalam setiap tarian tradisional.
Meski zaman terus berubah, Sanggar Tari Gito Maron tetap setia pada pakem-pakem yang telah ada sejak lama. Mereka percaya bahwa dalam kelestarian terletak kekuatan sejati sebuah budaya. Dengan tekun dan penuh cinta, mereka menjaga agar tarian-tarian tradisional ini tetap hidup, tak lekang oleh zaman.
Dalam sorotan zaman modern yang semakin intens, Sanggar Tari Gito Maron menjadi sebuah titik terang yang menunjukkan bahwa kekayaan budaya adalah warisan yang harus dijaga bersama. Dengan memperkuat akar budaya, mereka memberikan harapan bahwa keindahan tradisi akan terus mengalir, melebur dengan zaman namun tetap abadi dalam keberadaannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H