Mohon tunggu...
Bagus Aji
Bagus Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Penerjemah bahasa Jepang

Peminat bahasa dan Penerjemah bahasa Jepang.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Membuat Coklat Sendiri di Rumah dari Biji Kakao

5 September 2021   06:20 Diperbarui: 5 September 2021   08:45 13183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil bubuk kakao kloter kedua/dokpri

Tempo hari kami dapat kakao empat buah dari nenek. Biji kakao adalah bahan baku coklat. Tapi aku belum pernah melihat proses pembuatannya. Karena penasaran, aku ingin mencoba membuatnya dari kakao yang kami dapat ini.

Berbekal referensi dari Youtube, kutemukan cara mengolah kakao di rumah. Empat kakao itu kuolah dalam dua kloter. Kloter pertama aku cuma pakai biji-biji dari satu buahnya saja. 

Singkat cerita, biji kujemur sekitar 6 hari, kemudian disangrai, lalu dibersihkan kulit arinya, dan setelah itu kugiling pakai dry mill, yang biasanya sudah ada bersama set blender rumah tangga. 

Kugiling biji-biji yang sudah terkupas kulit arinya tersebut hingga menjadi bubuk kasar (belum sampai taraf bubuk halus seperti di pasaran, karena prosesnya saja sederhana banget, cuma di rumah, bukan pabrik). Kloter pertama ini hasilnya nggak terfoto, karena males ambil ponsel. 

Bubuk kakao hasil proses kloter pertama ini, setelah kuseduh, dan kutambahkan pemanis, rasanya sudah khas coklat, tapi masih lebih terasa seperti kacang tumbuk yang diseduh dan ada pahit-pahitnya dikit, mirip kopi. Bisa untuk bikin 2-3 cangkir coklat panas.

Lalu, kloter kedua, kubuat beberapa hari setelahnya. Kupakai tiga buah kakao sisanya. 

Kali ini kufermentasi dulu sebelum kujemur. Konon dengan fermentasi, aroma coklatnya bisa lebih kuat lagi. 

Proses fermentasi dilakukan selama 5-6 hari. Kemudian setelah itu, biji-biji tersebut kujemur. Durasi penjemuran tetap sama, yakni selama 6 hari. 

Harusnya dicuci dulu sih sebelum dijemur, tapi aku enggak . Malah kucuci setelah selesai proses penjemuran, lah? (ini jangan ditiru ya, geblek banget). 

Mengapa kucuci? Ya karena kujemur di pinggir jalan depan rumah. Banyak debu berterbangan, dan sangat mungkin debunya menempel pada biji kakaonya. Yaa... aku cemas saja sih, kalau debunya mengandung bubuk kotoran ayam kering yang ikut terbang (note: rumah kami di desa, banyak hewan peliharaan berkeliaran).

Oke, setelah selesai proses penjemuran, dan pencucian (skip aja ni pencucian, lakukan sebelum kamu jemur ya, kalau mau coba), biji-biji itu kusangrai. Pastikan sangrai sampai kandungan airnya benar-benar hilang dan mengering. 

Setelah kering, jangan sampai kelamaan di atas api, karena kalau gosong nanti pahit. Alhamdulillah kulit arinya masih bisa dilucuti dengan mudah (airnya nggak nyampe dalam biji). Setelahnya, kuhilangkan kulit arinya, lalu kugiling di dry mill sampai halus. 

Hasil bubuk kakao kloter kedua/dokpri
Hasil bubuk kakao kloter kedua/dokpri

Kucoba seduh, tambah pemanis dan menyeruputnya. Waah.... lebih nikmat rasa coklatnya dari yang pertama. Aroma coklatnya memang lebih kuat dari kloter pertama. Mungkin efek fermentasi. 

Teksturnya seperti susu almond yang bubuknya masih kasar, tapi rasanya coklat, ada pahitnya dikit dan agak 'berminyak'. 

Memang rasanya belum sama dengan coklat instan yang dijual di pasaran, yang tentunya sudah berbentuk bubuk halus dan rasanya lezat, tapi memproses biji kakao di rumah, dan menikmati hasilnya sebagai minuman coklat panas adalah kepuasan tersendiri.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun