Oke, setelah selesai proses penjemuran, dan pencucian (skip aja ni pencucian, lakukan sebelum kamu jemur ya, kalau mau coba), biji-biji itu kusangrai. Pastikan sangrai sampai kandungan airnya benar-benar hilang dan mengering.Â
Setelah kering, jangan sampai kelamaan di atas api, karena kalau gosong nanti pahit. Alhamdulillah kulit arinya masih bisa dilucuti dengan mudah (airnya nggak nyampe dalam biji). Setelahnya, kuhilangkan kulit arinya, lalu kugiling di dry mill sampai halus.Â
Kucoba seduh, tambah pemanis dan menyeruputnya. Waah.... lebih nikmat rasa coklatnya dari yang pertama. Aroma coklatnya memang lebih kuat dari kloter pertama. Mungkin efek fermentasi.Â
Teksturnya seperti susu almond yang bubuknya masih kasar, tapi rasanya coklat, ada pahitnya dikit dan agak 'berminyak'.Â
Memang rasanya belum sama dengan coklat instan yang dijual di pasaran, yang tentunya sudah berbentuk bubuk halus dan rasanya lezat, tapi memproses biji kakao di rumah, dan menikmati hasilnya sebagai minuman coklat panas adalah kepuasan tersendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H