Tempo hari kami dapat kakao empat buah dari nenek. Biji kakao adalah bahan baku coklat. Tapi aku belum pernah melihat proses pembuatannya. Karena penasaran, aku ingin mencoba membuatnya dari kakao yang kami dapat ini.
Berbekal referensi dari Youtube, kutemukan cara mengolah kakao di rumah. Empat kakao itu kuolah dalam dua kloter. Kloter pertama aku cuma pakai biji-biji dari satu buahnya saja.Â
Singkat cerita, biji kujemur sekitar 6 hari, kemudian disangrai, lalu dibersihkan kulit arinya, dan setelah itu kugiling pakai dry mill, yang biasanya sudah ada bersama set blender rumah tangga.Â
Kugiling biji-biji yang sudah terkupas kulit arinya tersebut hingga menjadi bubuk kasar (belum sampai taraf bubuk halus seperti di pasaran, karena prosesnya saja sederhana banget, cuma di rumah, bukan pabrik). Kloter pertama ini hasilnya nggak terfoto, karena males ambil ponsel.Â
Bubuk kakao hasil proses kloter pertama ini, setelah kuseduh, dan kutambahkan pemanis, rasanya sudah khas coklat, tapi masih lebih terasa seperti kacang tumbuk yang diseduh dan ada pahit-pahitnya dikit, mirip kopi. Bisa untuk bikin 2-3 cangkir coklat panas.
Lalu, kloter kedua, kubuat beberapa hari setelahnya. Kupakai tiga buah kakao sisanya.Â
Kali ini kufermentasi dulu sebelum kujemur. Konon dengan fermentasi, aroma coklatnya bisa lebih kuat lagi.Â
Proses fermentasi dilakukan selama 5-6 hari. Kemudian setelah itu, biji-biji tersebut kujemur. Durasi penjemuran tetap sama, yakni selama 6 hari.Â
Harusnya dicuci dulu sih sebelum dijemur, tapi aku enggak . Malah kucuci setelah selesai proses penjemuran, lah? (ini jangan ditiru ya, geblek banget).Â
Mengapa kucuci? Ya karena kujemur di pinggir jalan depan rumah. Banyak debu berterbangan, dan sangat mungkin debunya menempel pada biji kakaonya. Yaa... aku cemas saja sih, kalau debunya mengandung bubuk kotoran ayam kering yang ikut terbang (note: rumah kami di desa, banyak hewan peliharaan berkeliaran).