Mohon tunggu...
Bagus Sadewo
Bagus Sadewo Mohon Tunggu... -

Belajar menjadi manusia seutuhnya. Menghargai setiap kekurangan, mensyukuri setiap kelebihan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ki Gondo Bilang Mereka Itu Buaya Lapar

15 Juli 2011   03:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:39 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikutip dari buku harian Ki Gondo.
Pemerintah dalam menyikap masalah TKI begitu lamban dan berbelit-belit, itu bukan karena masalahnya memang rumit. Tapi karena pemerintahnya tidak serius ngurusin itu. Pertimbangannya banyak sekali. Lihat kasus Darsem, kalau tidak didesak oleh masyarakat, mungkin saat ini Darsem belum kembali ketanah air. Pantas saja Ki Gondo ngomel terus, lihat pemerintahnya yang kayak Bekicot semua. "Ya, saya rasa juga begitu ki'."

Lanjut dari buku harian Ki Gondo.
Anehnya, dalam menyikapi masalah lain, Sikap pemerintah juga sedikit berbeda. Cenderung kurang pertimbangan. Entah itu karena kasusnya memang tidak perlu pertimbangan panjang. Atau si presiden yang pasrah sama desakan menteri-menterinya yang udah pada mirip Drakula. Penghisap darah rakyat. Ckckck... Iki jaman edan!. Coba saja lihat kasus rancangan penangkaran buaya yang baru. Yang konon biayanya triliunan. Hanya melewati sedikit tahap dan pengurangan rencana anggaran yang juga hanya sedikit, sepertinya penangkaran itu siap berdiri dan di huni sama si buaya-buaya lapar.
Wah! Ini Ki Gondo yang ngaur, atau saya yang kurang update informasi. Sejak kapan pemerintah ngurusin penangkaran buaya, dan rasanya tidak masuk akal kalau penangkaran buaya menghabiskan dana triliunan.

Masih berdasarkan buku harian Ki Gondo.
Menurut beliau, pemimpin-pemimpin indonesia saat ini sudah banyak yang murtad. Murtad dari jalur yang di amanatkan rakyat. Mereka lebih senang menentukan jalur sendiri. Tentu saja jalan yang dipilih adalah jalan yang lebih mampu memenuhi hasrat mereka, si buaya-buaya lapar. Udah dikasi jatah makan ayam tiga kali sehari. Eh, si penjaga yang ngasih makan di embat juga. "Tole...Tole.., nasibmu kok malang betul, ngasih makan buaya, malah jadi makanan buaya.
Lagi-lagi saya merasa tergelitik akan tulisan Ki Gondo mengenai si buaya-buaya lapar dan penangkarannya yang bernilai triliunan. Setelah mencarinya di kamus istilah-istilah Ki Gondo, akhirnya saya mengerti apa maksud beliau dengan si buaya-buaya lapar dan penangkaran mahalnya. Kata Ki Gondo pemimpin-pemimpin kita ibarat buaya lapar, tidak puas dengan penghasilan besar dan fasilitas mewah, uang rakyatpun di makan juga. Katanya mereka akan mensejahterakan rakyat, nyatanya mereka tetap ngotot agar pembangunan penangkaran itu terealisasi dengan cepat. Walaupun hal itu belum terlalu mendesak, dan kesejahteraan rakyat belum juga tercapai. Karena si buaya-buaya lapar sudah tidak sabar untuk segera menikmati kandang barunya.

Berdasarkan kamus Ki Gondo.
Buaya-buaya lapar adalah para menteri dan pejabat yang haus akan kekuasaan dan materi. Sedangkan penangkaran yang bernilai triliunan adalah bakal Gedung DPR yang baru.

Ya... Ya... Sepertinya saya mulai mengerti jalan pikiran Ki Gondo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun