Mohon tunggu...
Bagus Pratama
Bagus Pratama Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sahabat Sejati? Stop Bullying!

25 Desember 2016   23:30 Diperbarui: 26 Desember 2016   00:05 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sahabat adalah orang yang selalu ada disaat kita sedih, susah, dan senang. Terkadang seseorang yang sudah mengenal satu sama lain, sadar ga sadar bisa saling melukai hanya dengan candaan yang niatnya untuk bahan ketawaan. Tapi karena atas nama sahabat, seolah kalimat-kalimat menyayat hati itu adalah hal yang biasa untuk diucapkan.

A: “Kemana aja lu? Tumben baru muncul.”

B: “Habis liburan gue”

A: “Gila nyolong duit dimana lu wkwkwk”

Padahal ucapan semua itu hanya canda tawa semata. Tanpa disadari hati sahabatmu tersakiti dengan ucapan guyonanmu, memang dia tidak memperlihatkan ekspresi kekecewaannya di depanmu. Ada kesedihan dibalik ekspresi senyumannya. Menjaga perasaanmu itulah sahabat yang tidak mau mengecewakanmu. Bayangkan saja dengan ucapanmu yang membuat dia sakit hati, sahabatmu masih menjaga perasaanmu.

Dia masih sabar dan menjaga perasaan walaupun kesabaran itu ada batasannya. Dia menghargaimu karena dia memaklumi kalau apa yang diucapkan hanya untuk bercanda, bukan serius. Benar, dia memaklumi atas nama persahabatan. Sedangkan kamu? Yang ada dipikiranmu bagaimana membuat suasana nyaman dengan bahan olokan mu tanpa memikirkan perasaan sahabatmu. Walaupun teman berbeda beda “ada yang baper” dan “ada yang tidak baper” tetapi kamu tetap menjaga perasaan orang lain ataupun sahabatmu itu.

A: “Eh gila ko badanmu gada isinya sih hahaha”

B: “Anjir ini bajunya kebesaran” BEGO!

A: “Ye kan cumin bercanda, Baper amat lu”

Karena sering menlontarkan kalimat frontal akhirnya kalian balas-balasan, diluar itu memang terlihat bercandaan, tapi gak ada yang tau isi hatinya. Bisa jadi saling melontarkan kalimat pedas atau kalimat kasar dan membuat kalian berantem.

A: “copet kemarin di pasar mirip lu deh, jangan jangan lu kali yang copet di pasar. Ya kan?”

B: “Gue kemarin dirumah anjir. Parah kurang anjar lu”

A: “Halah gak pake ngaku lagi. Dasar kalo copet ya copet, ngaku. Haha”

Masih dengan niatan bercanda, tapi jatuhnya malah menuduh teman dengan perlakuan yang tidak pantas diucapkan keluar dari mulut. Korban olokan atau bully memang gak berontak diluar tetapi ada cara lain yang mereka lakukan, sudah banyak korban-korban bully yang bernasib malang. Jadi, ingat apa yang dikatakan atau ucapan yang keluar dari mulut bisa berpengaruh besar bagi sahabatmu.

Jadi, kalau kamu masih sering mengucapkan kata-kata yang membuat hati sahabatmu terluka, STOP! Hargai perasaan temanmu karena temanmu mempunyai hati bukan kamu saja yang mempunyai hati dan tidak tau bagaimana nasib kedepan sahabatmu yang sering dijadikan bahan olokan teman teman. Bisa jadi jika kamu bertemu dengan temanmu yang lain dan kamu akan menjadi bahan olokan atau bullyan temanmu. Sebelum membully posisikan jika kamu ada diposisi sahabatmu yang sering dibully dan jadi bahan canda tawa teman temanmu. “MARI BERSAHABAT DENGAN CARA YANG BENAR DAN SALING MENGHARGAI PERASAAN SATU SAMA LAIN.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun