Mohon tunggu...
Bagus_032
Bagus_032 Mohon Tunggu... -

Menulislah, apapun, jangan pernah takut tulisanmu tidak dibaca orang, yang penting tulis, tulis dan tulis. Suatu saat pasti berguna. (Pramoedya Ananta Toer)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilkada Desember 2015 dan Hegemoni Media

8 Oktober 2015   14:06 Diperbarui: 8 Oktober 2015   14:28 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyelenggarakan pemungutan suara pemilihan gubernur, bupati, dan walikota pada 2 Desember 2015 dan 9 Desember 2015 mendatang. Penyusunan 2 skenario pilkada serentak tersebut dilakukan karena di kawasan timur Indonesia sebagian besar masyarakatnya merayakan Natal. KPU memperhitungkan adanya tahapan paska pemungutan suara yang bersamaan dengan Hari Natal dan libur akhir tahun supaya pelaksanaan pilkada dapat berjalan dengan lancar dan tidak terganggu.

Mendekati pilkada serentak yang akan dilaksanakan di seluruh Indonesia, media massa (media cetak, media elektronik, maupun media lainnya) banyak menampilkan atribut yang berhubungan dengan pilkada. Sebagai contoh, misalnya, media menampilkan foto atau gambar calon pemimpin daerah dengan nomor urut dan slogan mereka masing-masing, sebagai contoh iklan di internet, televisi, surat kabar, dan baliho. Tidak hanya itu, media juga memberikan informasi dari calon pemimpin daerah tersebut, contohnya dalam progam talkshow di televisi, dimana dalam progam talkshow tersebut menampilkan narasasumber untuk dimintai keterangan dengan segenap pertanyaan yang diajukan.

Pengaruh media pada saat ini telah mengalami perkembangan yang signifikan dan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Dari segi kualitas, media semakin cerdas dalam menampilkan pesan-pesan tertentu yang dikemas secara kreatif. Akibatnya, khalayak semakin nyaman dengan sajian yang diberikan oleh media. Manusia sendiri tidak bisa terlepas dari media dan telah menjadi teman keseharian manusia, faktor tersebut menjadikan media lebih gampang mempengaruhi para pemirsanya. Hegemoni terjadi apabila media telah berhasil mempengaruhi masyarakat atau khalayak. Dalam hal ini, media secara perlahan-lahan memperkenalkan, membentuk, kemudian menanamkan pandangan pilkada kepada khalayak. Media massa merupakan faktor yang penting hegemoni dominan. Peranan media adalah membangun dukungan masyarakat dengan cara mempengaruhi dan membentuk alam pikiran mereka dengan menciptakan sebuah pembentukan dominasi melalui penciptaan sebuah ideologi yang dominan. Media menopang keberadaan kaum kapitalis dengan menyebarkan pemikiran-pemikiran mereka. Media massa merupakan alat penguasa untuk menciptakan ketaatan. Media massa, seperti halnya lembaga sosial lain seperti sekolah dan rumah sakit, dipandang sebagai sarana ampuh dalam melahirkan dan merawat ketaatan publik.

Hegemoni dikembangkan oleh filsuf Marxis Italia yaitu, Antonio Gramsci (1891-1937). Gramsci menuturkan bahwa hegemoni adalah sebuah pandangan hidup dan cara berpikir yang dominan, yang di dalamnya sebuah konsep tentang kenyataan disebarluaskan dalam masyarakat baik secara institusional maupun perorangan; (ideologi) mendiktekan seluruh cita rasa, kebiasaan moral, prinsip-prinsip religius dan politik, serta seluruh hubungan-hubungan sosial, khususnya dalam makna intelektual dan moral dilansir dari valasiseng.blogspot.com (1-10-2015).

Merujuk pada pemikiran Gramsci tersebut dapat dijelaskan bahwa hegemoni merupakan suatu kekuasaan atau dominasi oleh satu kelompok terhadap kelompok lainnya, yang akhirnya berubah menjadi doktrin terhadap kelompok masyarakat lainnya dimana dalam kelompok yang didominasi tersebut secara sadar mengikutinya. Kelompok yang didominasi oleh kelompok lainnya tidak merasa ditindas, dan merasa hal tersebut wajar  yang memang seharusnya terjadi. Didalam hegemoni, kelompok yang mendominasi telah berhasil mempengaruhi kelompok yang sudah didominasi untuk menerima nilai-nilai moral, politik, dan budaya dari kelompok dominan tersebut.

*) Gambar : kpu-sultengprov.go.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun