Mohon tunggu...
Bagus Yudananto N
Bagus Yudananto N Mohon Tunggu... Konsultan - Praktisi bidang Marketing Communication dan Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Komunikasi

Urip Iku Urup

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Diplomasi Publik "Zaman Now"?

24 November 2020   14:11 Diperbarui: 24 November 2020   16:30 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: https://www.unicef.org/indonesia

Ketika membaca judul di atas, tentu ada sebuah pertanyaan besar mengenai fenomena artis dalam negeri maupun internasional yang ditunjuk menjadi "duta" dari organisasi internasional dalam menyuarakan isu-isu tertentu. Apakah fenomena tersebut menjadi sebuah diplomasi publik "zaman now" sebagai bentuk pendekatan baru?

Dewasa ini, istilah diplomasi publik atau public diplomacy telah berkembang secara lebih luas. Hal unik yang ditemui saat ini, perkembangan teknologi turut serta merubah arah diplomasi publik tradisional menuju sebuah konsep baru bernama new public diplomacy. 

Lebih jelasnya, McPhail (2014, hal. 69) menjelaskan konsep diplomasi publik tradisional berfokus pada G2P (Government to Publics) yang dilakukan secara satu arah dan bersifat secara resmi. Seperti yang kita tahu, konsep mengenai diplomasi publik ini memang sudah lama terdengar dan biasa dimainkan oleh pemerintah dari suatu negara untuk membentuk citra, mencari dukungan atas suatu kebijakan, hingga mempengaruhi publik.

Sedangkan diplomasi publik baru lebih berfokus pada P2P (Publics to Publics) dan tidak hanya dilakukan oleh instansi resmi namun juga dilakukan oleh lembaga non-pemerintahan (LSM, warga negara, dan praktisi). Menurut McPhail (2014, hal. 71) keunikan dari diplomasi publik baru ini memungkinkan adanya komunikasi dua arah yang mampu menghasilkan pertukaran informasi secara langsung.

Di Indonesia, kegiatan diplomasi publik memang telah gencar dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui kedutaan besar yang ada di setiap negara, salah satunya adalah kampanye "Wonderful Indonesia" dalam mengajak wisatawan luar negeri untuk datang dan berlibur di Indonesia, guna mendorong sektor pariwisata yang merupakan salah satu sektor yang berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.

Dalam kaitan ini, salah satu bentuk diplomasi publik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Bangkok untuk Kerajaan Thailand yang secara rutin mengadakan festival Wonderful Indonesia di beberapa pusat perbelanjaan yang ada di Bangkok dengan mengenalkan kebudayaan Indonesia mulai dari tarian, alat musik, kerajinan tradisional, tempat wisata.

Di samping itu, penguatan kerja sama dengan dengan media massa dan aktor-aktor diplomasi publik seperti perhimpunan mahasiswa Indonesia yang ada di Thailand juga menjadi salah satu langkah dalam membantu mengenalkan produk-produk kebudayaan Indonesia kepada mahasiswa Thailand. 

Bila bisanya kegiatan diplomasi publik ini identik dilakukan oleh diplomat dari suatu negara, siswa yang ditunjuk melakukan pertukaran pelajar, hingga lembaga media milik pemerintah, kini kegiatan tersebut bisa dilakukan oleh siapa saja yang mempunyai "pengaruh besar" kepada publik, salah satunya adalah publik figur.

Melalui jaringan penggemar yang besar dan dikenal luas oleh publik, bukan tidak mungkin para publik figur saat ini memainkan peran penting dalam kontes diplomasi publik. Pemanfaatan media sosial juga dinilai sebagai cara pendekatan baru dalam menjangkau publik secara luas memberikan informasi secara dua arah kepada publik mengenai pesan-pesan penting yang akan disampaikan dan dituju.

Sebut saja Nicholas Saputra, Ferry Salim dan Sherina Munaf yang ditunjuk menjadi duta untuk United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF), Anggun C Sasmi menjadi duta untuk Food and Agriculture Organization (FAO), Reza Rahadian sebagai duta United Nations Development Program PBB. Hingga artis Korea Selatan yaitu Choi Siwon dan grup vokal BTS yang ditunjuk UNICEF sebagai duta dalam mengkampanyekan isu-isu seputar anak-anak dan remaja di seluruh dunia. 

Walaupun memilih dari kalangan publik figur, organisasi internasional tersebut tentu memilih secara hati-hati dalam menetapkan sosok yang pantas untuk merepresentasikan organisasi dan menyampaikan pesan dan tujuan yang ingin dicapai.

Pemanfaatan publik figur oleh organisasi internasional dalam melakukan diplomasi publik ini juga menarik dikaji dan diulas lebih dalam terutama yang berkaitan dengan peran dan tujuan organisasi internasional, pesan atau isu yang akan disampaikan, serta pemilihan publik figur sebagai duta berdasarkan kriteria dan kredibilitasnya.

Melihat geliat dari tren diplomasi publik tersebut, Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia juga mengundang Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia dan CEO SM Entertainment untuk mengisi pembekalan bagi para diplomat masa depan Indonesia. Seperti yang kita tahu, gelombang korea (Hallyu) yang beberapa tahun belakangan digemari oleh masyarakat luas menjadi salah satu produk ekspor budaya dan diplomasi publik yang sukses dari Korea Selatan. 

Hal tersebut menjadi salah satu bukti nyata bahwa untuk memenangkan persaingan global dan diplomasi publik saat ini, diperlukan pendekatan-pendekatan baru dalam menjawab tantangan yang semakin dinamis.

Terlepas dari upaya pemerintah dalam melakukan kebijakan-kebijakan luar negeri dengan cara lama, nyatanya kolaborasi antara pemerintah dan industri kreatif seperti yang dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan maupun organisasi internasional dalam memilih publik figur sebagai duta mereka nyatanya menjadi bentuk baru dalam penerapan diplomasi publik yang efektif.

Daftar Pustaka

1.McPhail, Thomas L. (2014). Global Communication: Theories, Stakeholders, and Trends. MA, USA: Blackwell Publishing.

2.UNICEF. (2019). Nicholas Saputra, Meet UNICEF Indonesia's new National Ambassador. Diakses dari https://www.unicef.org/indonesia/nicholas-saputra.

3.Surya, Aji. (2018, 9 Maret). Saat Diplomat Muda RI Belajar "K-Pop Wave". Detik.com. Diakses dari news.detik.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun