Mohon tunggu...
Bagus Yudananto N
Bagus Yudananto N Mohon Tunggu... Konsultan - Praktisi bidang Marketing Communication dan Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Komunikasi

Urip Iku Urup

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Harapan akan Informasi yang Berkeadilan di Era Globalisasi

17 November 2020   12:34 Diperbarui: 17 November 2020   12:45 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dampak dari adanya globalisasi dewasa ini kian terasa, hal ini juga ditambah dengan peran dari perkembangan teknologi yang dirasa semakin memangkas ruang dan waktu. Berbagai sektor industri dan pihak mulai merasakan efek langsung dari adanya globalisasi ini, tak terkecuali media massa. 

Bisa dibilang, media massa kini menjadi salah satu "pemain kunci" di era globalisasi terutama dalam menghadirkan serangkaian informasi penting kepada publik. Menurut McPhail (2014, hal. 222) media massa memiliki peran penting dalam membawa komunikasi internasional ke berbagai pemangku kepentingan. Dengan kata lain, media disini dipandang memiliki pengaruh yang besar dalam membantu menyuarakan isu-isu penting kepada para pembuat kebijakan.

Dilihat dari sisi historis, media massa sendiri telah "lahir" pada akhir abad-18 lalu, walaupun memiliki fungsi dan tugas yang sama yaitu menjalankan amanah dalam memberikan informasi-informasi kepada masyarakat luas, dinamika dari perkembangan zaman ini kemudian menjadikan media massa memiliki "warna" tersendiri. McPhail (2014, hal. 222) menilai, munculnya dua masalah besar terkait fokus peliputan berita yang relevan di negara-negara besar (core nation) serta peliputan berita yang cenderung negatif bagi negara pinggiran (periferi) juga menjadi sebuah masalah yang tak kunjung diselesaikan. 

Hal ini juga ditambah dengan kekhawatiran yang berkaitan dengan kepercayaan publik terhadap media massa. Berdasarkan data dari Edelman Trust Barometer Global Report 2020, media massa mendapatkan nilai terendah dari kepercayaan publik yang ditinjau dari beberapa aspek mulai dari menjaga pengaruh media sosial, bersikap obyektif, penyampaian informasi berkualitas, pemilihan antara informasi penting dan sensasional, serta membedakan opini dan fakta. 

Rendahnya kepercayaan publik saat ini menjadi "tamparan" bagi dunia pers, mengingat peran dari media massa adalah membantu publik dalam memberikan dan menyuarakan informasi, menjadi kontrol atas suatu kebijakan berskala regional maupun global, serta mengangkat isu-isu yang dinilai mampu merugikan masyarakat secara luas.

Bila dilihat lebih jauh, terlepas dari tingkat kepercayaan publik yang rendah, penulis masih meyakini bahwa masih ada media massa yang menjunjung tinggi idealisme media di era keterbukaan informasi saat ini dengan menghadirkan jurnalisme yang berkualitas dan mementingkan kepentingan publik. Lalu ada sebuah pertanyaan muncul, apakah masih ada media massa yang saat ini dalam konsisten mengontrol dan menyuarakan isu-isu regional dan global terutama era globalisasi saat ini? Bagaimana peran dan upaya yang dilakukan?

Untuk menjawab hal tersebut, saya tertarik untuk mengulas lebih dalam mengenai Agence France-Presse (AFP). Sebagai kantor berita tertua di dunia yang didirikan pada tahun 1835, menurut saya AFP hingga saat ini masih terus konsisten terutama dalam memberikan "porsi" peliputan negara-negara periferi pada berita politik, ekonomi, diplomasi, budaya, maupun olahraga. Menurut situs resmi www.afp.com, AFP saat ini memiliki 1.700 jurnalis yang tersebar di 151 negara mulai dari Eropa, Timur Tengah, Amerika Utara - Amerika Selatan, dan Afrika. 

Data tersebut menunjukan bahwa cakupan dari peran AFP sendiri beragam, dengan kata lain AFP dinilai tidak hanya menghadirkan berita-berita dari negara maju saja, namun juga ikut andil dalam menyuarakan berita-berita di negara periferi terutama di kawasan Afrika maupun Asia. 

Salah satu contoh yang menarik adalah bagaimana AFP membingkai isu perubahan iklim dengan berbagai sudut pandang dalam sebuah liputan secara adil yang berjudul "Tales from the (Climate) Edge" pada beberapa negara mulai dari Perancis, Italy, Bangladesh, Mozambik, Kenya, hingga India. Adil dini tak hanya diartikan secara "cover both side", namun lebih merujuk pada keadilan dalam memberi ruang dalam menyuarakan situasi dan keadaan di negara-negara yang kurang mendapatkan perhatian.

Foto: https://correspondent.afp.com/tales-climate-edge
Foto: https://correspondent.afp.com/tales-climate-edge
Hal tersebut dinilai menjadi salah satu upaya yang dilakukan oleh AFP dalam menyuarakan masalah maupun isu internasional dari berbagai negara kepada pemangku kepentingan. 

Peran media terutama AFP dalam menghadirkan komunikasi global ini juga dinilai mampu mendorong aliran komunikasi di negara-negara yang kurang memiliki pengaruh. Liputan khas "AFP Correspondent" melalui foto yang tajam beserta isi berita yang unik dinilai turut mampu dalam membuka "jendela" bagi permasalahan-permasalahan yang terjadi dari berbagai sudut pandang. 

Hal ini kemudian menggenapi fungsi media yang tidak hanya berfungsi dalam menyebarluaskan informasi saja namun juga berfungsi sebagai kontrol, kritik, dan memberikan ruang bagi publik dari berbagai belahan dunia manapun.

Dengan jangkauan yang luas dan tingkat aksesibilitas yang tinggi, kantor berita seperti AFP ini mampu menjadi media penyalur informasi yang mampu menyuarakan masalah-masalah berskala regional dan global. Menurut McPhail (2014) selama bertahun-tahun AFP telah membuktikan dirinya sebagai pemimpin perusahaan jurnalistik di dunia tentunya dengan berbagai karya jurnalistik yang berkualitas. 

Di samping itu, McPhail juga menilai AFP juga dinilai mampu dalam mempertahankan idealisme sebagai mesin perdamaian melalui analisis obyektif terutama berkaitan dengan isu-isu keamanan global, seperti contoh kasus perang antara AS dan Irak.

Terlepas dari upaya-upaya baik seperti yang dilakukan oleh AFP, perkembangan teknologi saat ini menjadi sebuah keniscayaan yang tak bisa dihindarkan, dengan kata lain di satu sisi perkembangan teknologi ini mampu mendorong dan meningkatkan operasional peliputan berita di seluruh dunia, namun disisi lain kehadiran media sosial menjadi ancaman baru yang dapat "menggerogoti' operasional bisnis perusahaan media itu sendiri. 

Oleh karena itu, dalam mengatasi hal ini perusahaan media harus dituntut untuk beradaptasi dan berevolusi secara berkala dengan menyesuaikan tren publik, mengingat perkembangan teknologi saat ini begitu dinamis. Apalagi di tengah era disrupsi dan disinformasi saat ini, menjadi sebuah gelombang yang harus diarungi oleh perusahaan media dengan tetap menghadirkan jurnalisme yang berkualitas, sehingga nantinya masyarakat tidak akan "terlena" untuk mencari informasi lain yang berasal dari media sosial tersebut.

Daftar Pustaka:

1. Agence France-Presse. (2020). Tales Climate Edge. Diakses melalui  https://correspondent.afp.com/tales-climate-edge

2. Edelman. (2020). Edelman Trust Barometer Global Report 2020.

3. McPhail, Thomas L. (2014). Global Communication: Theories, Stakeholders, and Trends. MA, USA: Blackwell Publishing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun