Sebagai seorang Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM) mendengar keluhan dan mencarikan solusi dari masyarakat yang didampingi seperti menjadi sebuah keharusan. TPM tanpa melakukan aksi untuk masyarakat bak sayur tanpa garam, hambar.
Hal inilah yang agaknya menjadi motivasi bagi Suroso, TPM masyarakat di bidang pengairan DPPKP Kabupaten Kulon Progo menghadirkan program P3TGAI (program percepatan peningkatan tata guna air irigasi) di wilayah Banaran.
Perswahan di wilayah Banaran temasuk daerah pertanian yang berada di wilayah hilir dan sulit mendapatkan air. Kondisi ini diperparah dengan banyaknya persoalan sarana prasarana irigasi yang rusak.
Melihat hal ini Suroso yang juga merupakan anak seorang petani tergugah untuk mengakses beberapa program pembangunan irigasi di wilayah persawahan hilir ( petit ) terutama di Kalurahan Banaran.
Berkat upayanya, pemerintah akhirnya memasukkan tiga program sekaligus pembanguan irigasi di wilayah Banaran selama tiga tahun berturut-turut sejak tahun 2019, 2020 dan 2021.
Program P3TGAI dengan nilai Rp190 juta per paket ini dikelola oleh P3A (perkumpulan petani pemakai air) secara swakelola. Program ini di rasa sangat membantu perbaikan dan pembangunan sarana prasarana irigasi persawahan di Kalurahan Banaran.
"Setelah tahun 2019 P3A Tirtajaya di petak tersier Kidul Bedoyo yang dipimpin Markuat, dan tahun 2020 P3A Tirtomulyo petak tersier Kidul Jolontoro yang dipimpin Ngabdul HS,
"Kemudian berhasil meraih program ini maka tahun 2021 P3A Tirtajaya bersama P3A Tirtomulyo kembali mendapatkan 1 paket program senilai Rp195 juta yang diterima, direncanakan, dan dilaksanakan, serta dipertanggung jawabkan oleh P3A sendiri untuk pemberdayaan petani," kata Suroso.
Selain terobosan di bidang irigasi, ia juga membuat usulan bantuan pompa air untuk mengatasi sulitnya air jangka pendek di wilayah petit yang membutuhkan air khususnya di musim kemarau.
Suroso menuturkan segala upaya yang dilakukannya semata dilakukan karena ia merasakan bagaimana susahnya menjadi petani yang kesulitan air.
"Saya 17 tahun mendampingi petani, saya mengerti seperti apa susahnya petani mendapatkan air," kata warga Dusun J''ati, Kalurahan Banaran ini.
Suroso menuturkan banyak mendapatkan ilmu dan mengetahui beragam program penguatan masyarakat sipil dari Formasba Institute dan LSM IDEA.
"Sejak bergabung di Formasba Institut saya banyak belajar, mendapat banyak ilmu tentang menguatkan masyarakat terutama petani. Beruntung saya bisa bergabung di IDEA sebuah NGO besar di negeri ini, lalu ketemu berbagai program penguatan rakyat sipil, ini sangat berkesan," katanya.
Sejak tahun 2003 ia diminta menjadi pendamping masyarakat di BAPPEDA Kulon Progo, lalu direkrut menjadi pendamping pertanian sejak tahun 2016-2017. Sejak tahun 2017 hingga sekarang menjadi pendamping masyarakat di Bidang Pengairan Dinas PU Â Kulon Progo.
Banyak gagasan perbaikan sarana irigasi, tata kelola irigasi yang ia kerjakan untuk masyarakat guna mengatasi masalah irigasi yang sungguh rumit terutama di Kalurahan Banaran.
Kini bahkan ia secara sukarela mendidik banyak warga terutama kader muda untuk peduli air, peduli irigasi dan pertanian untuk mengampu di berbagai kelompok petani pengguna air.
Untuk mewujudkan cita citanya membangun kawasan yang hijau, ramah lingkungan, dan produktif di sektor pertanian, ia seperti tak kenal lelah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H