Mohon tunggu...
Zulfikri SN
Zulfikri SN Mohon Tunggu... Pensiunan Kehutanan Bengkulu -

jika mengeluh bukan solusi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ibu Rosma dan Perjuangannya

13 Agustus 2018   05:56 Diperbarui: 13 Agustus 2018   07:57 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Rosma Hartiny (Dok. Keluarga)

Apalagi anak-anak masih kecil, tentu memerlukan perhatian penuh dari kedua orangtuanya. Anak pertama masih berusia 15 tahun duduk di kelas 3 MTs, anak kedua 13 tahun kelas 1 SMP, anak ketiga 12 tahun kelas 6 SD, anak keempat 6 tahun masih TK, dan si bungsu berusia 2,5 tahun.

Dalam rumah tangga, biasanya bapak dan ibu berbagi peran. Perhatian dan kasih sayang lebih dominan menjadi tugas Ibu. Sedangkan Bapak pada bimbingannya, dan urusan di luar rumah.

Pada awalnya sampai beberapa tahun berjalan, Ibu Rosma sulit sekali melupakan kenangan bersama suami tercinta. Menjelang tidur, bayangannya selalu hadir. Tanpa disadari, air mata bercucuran. Terkadang muncul perasaan putus asa, jika tidak menyikapinya dengan bijak.

Menurut Ibu Rosma, sungguh tidak mudah menjalani kehidupan sebagai orangtua tunggal. Proses adaptasinya butuh waktu lama, dan mesti beranjak dari diri sendiri dulu. Betapa pun tidak mudah, namun harus melakoninya.

Selain itu, dukungan moral, motivasi, dan do’a orangtua, keluarga, serta teman-teman, sangat penting agar tidak larut dalam kesedihan berkepanjangan.

“Saya bersyukur, kedua orangtua, kakak-kakak, dan adik-adik selalu hadir saat dibutuhkan. Perhatian orang-orang terdekat merupakan energi tersendiri untuk bangun dari kejatuhan. Saya teringat nasihat orangtua: andaikan terhanyut, berusahalah berenang ke tepian. Jangan sampai hanyut, lalu tenggelam”. Demikian ungkap Ibu Rosma.

“Saya meyakini, Tuhan memberikan cobaan kepada manusia, sesuai kemampuan hamba Nya. Jangan pernah mengabaikan kekuatan doa, untuk mengatasi segala persoalan”. Tambah Ibu Rosma lagi.

Sekitar bulan Juni 1998, Ibu Rosma diterima di STAIN Bengkulu setelah melalui proses cukup panjang. Sampai akhir hayatnya, Pak Saidi tidak mengetahui kalau istrinya, Ibu Rosma, diterima mengajar di STAIN Bengkulu.

Untuk meningkatkan kompetensinya selaku Dosen di STAIN Bengkulu, tahun 2007 Ibu Rosma melanjutkan jenjang pendidikan S2 di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). 

Tahun 2012, STAIN Bengkulu diubah menjadi IAIN Bengkulu, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2012.

Buah Kesabaran dan Kesungguhan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun