Mohon tunggu...
Zulfikri SN
Zulfikri SN Mohon Tunggu... Pensiunan Kehutanan Bengkulu -

jika mengeluh bukan solusi

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Rupa-rupa Bakal Calon Legislatif

24 Juli 2018   02:32 Diperbarui: 24 Juli 2018   03:55 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

       Selasa 17 Juli 2018 pukul 24.00 WIB, pendaftaran Bakal Calon Legislatif (Bacaleg) berakhir. Sebanyak  16 Partai Politik tingkat Pusat telah menyerahkan berkasnya ke Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jalan Imam Bonjol, Jakarta pusat.

Tidak semua Parpol mampu menempatkan bacalegnya di setiap Daerah Pemilihan (Dapil), maupun alokasi kursi yang disediakan per Dapil. Pada Pemilu 2019 terdapat 80 Dapil, dengan 575 kursi DPR RI yang diperebutkan. Bertambah 15 kursi dari sebelumnya, Pemilu 2014.

Beragam latar kehidupan bacaleg yang diusung Parpol. Ada Artis, Menteri, Mantan Menteri, sampai mereka yang gagal di Pilkada Serentak 2018. 

Bacaleg Artis

Di dunia olahraga, jika seorang atlet telah mencapai usia di atas 30 tahun, biasanya memutuskan untuk pensiun. Gantung raket, gantung sepatu, atau gantung sarung tinju.  Aktivitas atlet itu ditentukan kompetisi yang diikutinya.

Berbeda dengan artis. Mereka tidak mengenal kata pensiun, meskipun jarang tampil, bahkan tidak tampak lagi di jagat hiburan tanah air.

Beberapa nama artis yang dijadikan bacaleg debutan oleh Parpol, memang tidak terdengar lagi kiprahnya. Jangankan kalangan muda atau pemilih pemula, dikalangan usia 40-an keatas pun, barangkali tidak mengenal mereka.

Timbul pertanyaan. Apakah para artis itu mampu mendulang suara, sekaligus mengangkat pamor Parpol,  atau sebaliknya?. Jangan-jangan Parpol cuma dijadikan pelintasan agar dikenal khalayak, dan berdampak pada bangkitnya popularitas mereka. 

Apalagi diantara artis itu masih setengah hati terjun ke dunia politik. Belum terpilih saja sudah berancang-ancang. Pernyataannya tak akan serta merta meninggalkan dunia hiburan yang selama ini digeluti, sebagai indikasinya.

Menteri dan Mantan Menteri

Ada tujuh orang Menteri Kabinet Jokow-JK yang didaftarkan sebagai bacaleg oleh Parpolnya. PDIP mengirimkan  dua orang, PKB  tiga orang, PPP dan PAN masing-masing satu orang.

Disamping itu terdapat pula mantan Menteri diusung sebagai bacaleg. Demokrat mengirim empat nama:   Amir Syamsuddin, Syarief Hasan, Roy Suryo, dan EE Mangindaan. 

PBB menyumbang dua nama:   Yusril Ihza Mahendra, dan MS. Kaban. 

Begitu juga dengan Nasdem, mengutus dua nama mantan Menteri: Rahmat Gobel, dan Hayono Isman

Gagal di Pilkada, Bertarung di Pileg.

Politisi sepertinya tidak mengenal kata usai. Gagal di Pilkada Serentak 2018, bukan akhir dari perjalanan karier politik. Mereka terus berikhtiar, walaupun pada posisi yang lain. Salah satunya mengadu peruntungan di Pemilu 2019 nanti.

Mantan Calon Gubernur Jawa Tengah Sudirman Said, diajukan sebagai bakal caleg (bacaleg) Gerindra Dapil Jawa Tengah. Sedangkan Ahmad Syaihu  mantan Calon Wakil Gubernur Jawa Barat, diusung PKS sebagai bacaleg Dapil Jawa Barat.

PDIP mengajukan bacaleg yang merupakan mantan Paslon di Pilgub.  TB. Hasanudin , dan Anton Charliyan  untuk Dapil Jawa Barat. Sedangkan Djarot Saiful Hidayat  Dapil Sumut III dan Sihar Sitorus  Sumut II. 

Nama lainnya, mantan Cagub, dan Ketua DPD Gerindra Sumatera Selatan, H. Aswari Rivai maju sebagai bacaleg DPRD Provinsi Sumsel. 

Fenomena Politisi Hijrah

Maraknya politisi pindah Parpol salah satu pemicunya adalah konflik internal di tingkatan elite. Alasan lainnya merasa tidak nyaman, dan yang lebih mengejutkan lagi beredarnya selentingan iming-iming dari Parpol lain.

Dadang Rusdiana, Mantan Wasekjen Partai Hanura membeberkan ada banyak kader Hanura  yang  pindah Parpol diusung sebagai bacaleg.

Anggota DPR hijrah tidak hanya di Hanura. Terjadi pula di Golkar, Demokrat, PAN,  dan PPP

Kejutan Johan Budi

Johan Budi Sapto Prabowo atau lebih dikenal dengan nama Johan Budi,  saat ini menjabat sebagai Staf Khusus Presiden Joko Widodo bidang Komunikasi. Sebelumnya malang melintang di KPK, sebagai Juru Bicara, dan sempat menjabat Pelaksana Tugas Pimpinan KPK.

Keputusannya terjun ke dunia politik dengan menerima tawaran PDI-P untuk dijadikan bacaleg, setelah melewati berbagai pertimbangan. Termasuk juga melakukan evaluasi terhadap tugas dan pekerjaannya. Bertugas di KPK memang berbeda karakteristiknya dengan di Kantor Presiden. 

Ketika di KPK, Johan Budi dianggap role model sebagai Juru Bicara. Setelah menjabat sebagai Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi, seakan cahayanya meredup. Apalagi sejak kedatangan Ali Mochtar Ngabalin yang diangkat sebagai Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP).  

Tugas Johan Budi yang biasanya berbicara dengan media, kelihatannya diambil alih Ali Mochtar Ngabalin. Untuk urusan menjawab kritik, maupun serangan terhadap kebijakan Pemerintah, khususnya Presiden, Ali Mochtar Ngabalin memang orang yang pas. Tidak hanya lugas menjawab kritik, melainkan berani menyerang balik.

  bbci.co.
  bbci.co.
                                                                                                                                            

Ambang Batas Parlemen dan Target Suara

Pada Pemilu 2019 ini angka ambang batas parlemen  sebesar 4% . Mengalami kenaikan dibandingkan Pemilu 2014 sebesar 3,5%

Tingginya angka ambang batas parlemen (parliamentary threshold) dinilai akan menjadi ujian berat bagi setiap partai politik untuk lolos menuju Senayan.

Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini  mengatakan, persaingan antar partai politik akan semakin berat lantaran jumlah partai peserta pemilu juga meningkat menjadi 16.

Walaupun demikian,  Nasdem, dan Hanura berani memasang target cukup tinggi, di atas 4% parliamentary threshold. Nasdem berkeinginan meraup 100 kursi, demi meraih posisi tiga besar. Hanura pun berani mencanangkan minimal masuk lima besar.

Sementara Golkar memasang target 100 kursi DPR RI. Artinya, hanya bertambah 9 kursi dari hasil perolehan sebelumnya, pada Pemilu 2014 sebanyak 91 kursi.

Target realistis, atau target muluk?. Kita tunggu saja hasilnya......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun