Mohon tunggu...
Zulfikri SN
Zulfikri SN Mohon Tunggu... Pensiunan Kehutanan Bengkulu -

jika mengeluh bukan solusi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Liga Dangdut: Bentuk Lain Menjaring Talenta

12 April 2018   17:12 Diperbarui: 21 April 2018   17:15 1302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
LIDA menerima penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) (Bambang E Ros/Bintang.com)

Liga Dangdut Indonesia, disingkat LIDA, adalah program pencarian bakat bernyanyi yang diikuti utusan provinsi seluruh Indonesia, dengan beragam latar belakang  kehidupan pesertanya.

Sebagai bentuk apresiasinya, Musium Rekor Indonesia  (MURI) telah menganugerahkan penghargaan kepada PT Indosiar Visual Mandiri, yang disampaikan langsung oleh Jaya Suprana, Pendiri Museum Rekor Indonesia pada tanggal 11 Januari 2018.

"Ini adalah rekor dunia, dianugerahkan atas rekor program pencarian bakat dengan peserta terbanyak dari provinsi terbanyak, yaitu 34 provinsi”. Demikian kata sambutan Jaya Suprana, sebagaimana diberitakan Bintang.com, Jakarta, 12 Januari 2018.

Mengingat peserta LIDA membawa nama provinsi dan ditayangkan live saat prime time, tentu saja menyedot perhatian banyak penonton sampai ke pelosok Nusantara.

Antusiasme menyaksikan LIDA dengan jargon “seni menyatukan” ini dapat terlihat dengan kehadiran para suporter, serta pejabat daerah yang memenuhi Studio 5 Indosiar. LIDA juga secara tidak langsung menjadi sarana promosi suatu daerah. Apakah itu alamnya, kerajinannya, maupun kulinernya. 

Menuju Konser Top 10

Setelah mengakhiri result show di grup 5, tuntas sudah Konser Final Top 15 Liga Dangdut Indonesia yang menghasilkan 10 Duta Juara Provinsi, yaitu: Selfi (Sulsel), Yendri (Babel), Rara (Sumsel), Ayudia (Jambi), Nabila (Aceh), Randa (Bengkulu), Arif (Sumbar), Yuyun (Gorontalo), Ridwan (Sumut), dan Khori (Jakarta), selanjutnya akan berlaga di Top 10.

Ada peristiwa menarik yang dialami Selfi (Sulawesi Selatan) dan Yendri (Bangka Belitung) di Konser Final Top 15 yang dilaksanakan selama 2 malam berturut-turut. Show dan result show.

Selfi yang berada di grup 1 bersama dengan Yendri (Babel), dan Mahania (Bali), di malam result show, sempat terjatuh dan pingsan ketika sedang bernyanyi. Selfi tidak mampu menyelesaikan lagu “Jeritan Hati” yang didendangkan,  mengingat kondisi fisiknya. Meskipun tidak mencapai garis finis (jika dianalogikan lomba lari), Selfi tetap lolos ke fase berikutnya, berdasarkan aturan mainnya: “hasil polling tertinggi”.

Berdasarkan hasil undian acak Top 15, Yendri yang masuk di Grup 1 terpaksa harus manggung 4 malam berturut-turut, tanpa jeda. Sebelumnya, saat Top 20 Yendri berada di Grup 5 atau grup terakhir, perform selama 2 malam. Lalu berlanjut untuk bertarung lagi selama 2 malam  di Top 15. Membutuhkan kesiapan fisik dan mental yang prima untuk melakoninya.

Beberapa Catatan

1.Host

Ramzi, Irvan Hakim, Gilang Dirga dan Arie Keriting cukup berperan sebagai host yang mengatur lalu lintas acara agar berjalan tertib dan lancar. Kecuali Ayu Dewi yang belum tampak jelas perannya, selain cuma memperlihatkan wajah memelasnya. Anehnya, kameramen Indosiar selalu menyorotinya.

2.Dewan Dangdut

Fungsi dewan dangdut amat penting. Sayangnya, orang yang mengemban tanggungjawab sebagai dewan dangdut selalu berganti, alias tidak tetap.

Pada awalnya, nama-nama seperti: Rita Sugiarto, Elvy Sukaesih, Iyeth Bustami dan Soimah memang layak duduk di kursi dewan dangdut. Mereka memiliki pengalaman, pemahaman dan kematangan yang tidak diragukan lagi. Nama lain yang patut dipertimbangkan, seperti: Ikke Nurjanah, Erie Suzan, Uut Permatasari.  

Belakangan, seiring silih bergantinya dewan dangdut, terjadi pula pergeseran fungsinya. Dewan dangdut dituntut memberikan masukan atau penilaian kepada duta dangdut, bukan mengurus dirinya sendiri. Perhatikan tingkah polahnya. 

Masing-masing dewan dangdut memegang mikrofon, dan berebutan komentar. Akibatnya, tidak jelas dan cenderung kacau. Ramzi, salah seorang host  yang berada di belakang tempat duduknya dewan dangdut, sudah beberapa kali mengingatkan, namun mereka tidak peduli.

Ada yang pamer pakaian, kecantikan, lompat-lompat, bergulingan dan tiduran di pentas, serta berbaur di tengah suporter. Bahkan rame-rame mendatangi peserta yang sudah tampil. "Mengambil alih panggung". Mungkin mereka lupa, bahwa LIDA adalah ajang kompetisi, bukan acara resepsi perkawinan, kampanye pilkada, maupun ulang tahun suatu daerah. Bagaimanapun, menjaga wibawa dewan dangdut mutlak menjadi prioritas.

Menjadi rancu, jika tiba-tiba dewan dangdut mengomentari fashion, yang semestinya tugas dari  fashion guru: Samuel Wattimena. Atau disuruh komentar, malah bernyanyi dan berjoget kayak emak-emak. Padahal, bukan emak-emak. Memang benar adanya, dangdut identik dengan goyangan. Bergoyang boleh saja, asal jangan berlebihan......

Kemeriahan, gegap gempita, riuh rendah, serta tepuk tangan yang gemuruh (seperti yang acap diucapkan Rosalina Musa, dewan dangdut asal Singapura) begitu membahana di Studio 5 Indosiar. Tentu berbeda suasana dan sudut pandang bagi yang menonton melalui layar kaca. Untuk itu agar Indosiar dapat menyaring mana yang perlu dan pantas untuk ditayangkan, sehingga penonton di rumah merasa nyaman menyaksikannya.

Harapannya acara LIDA ini terus berlanjut. Menjadi tontonan, sekaligus tuntunan. Tidak menonjolkan hiburan semata, tetapi bisa membangkitkan semangat persaingan sehat, dan perjuangan tak kenal menyerah dari para pesertanya.

Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun