1.Host
Ramzi, Irvan Hakim, Gilang Dirga dan Arie Keriting cukup berperan sebagai host yang mengatur lalu lintas acara agar berjalan tertib dan lancar. Kecuali Ayu Dewi yang belum tampak jelas perannya, selain cuma memperlihatkan wajah memelasnya. Anehnya, kameramen Indosiar selalu menyorotinya.
2.Dewan Dangdut
Fungsi dewan dangdut amat penting. Sayangnya, orang yang mengemban tanggungjawab sebagai dewan dangdut selalu berganti, alias tidak tetap.
Pada awalnya, nama-nama seperti: Rita Sugiarto, Elvy Sukaesih, Iyeth Bustami dan Soimah memang layak duduk di kursi dewan dangdut. Mereka memiliki pengalaman, pemahaman dan kematangan yang tidak diragukan lagi. Nama lain yang patut dipertimbangkan, seperti: Ikke Nurjanah, Erie Suzan, Uut Permatasari. Â
Belakangan, seiring silih bergantinya dewan dangdut, terjadi pula pergeseran fungsinya. Dewan dangdut dituntut memberikan masukan atau penilaian kepada duta dangdut, bukan mengurus dirinya sendiri. Perhatikan tingkah polahnya.Â
Masing-masing dewan dangdut memegang mikrofon, dan berebutan komentar. Akibatnya, tidak jelas dan cenderung kacau. Ramzi, salah seorang host  yang berada di belakang tempat duduknya dewan dangdut, sudah beberapa kali mengingatkan, namun mereka tidak peduli.
Ada yang pamer pakaian, kecantikan, lompat-lompat, bergulingan dan tiduran di pentas, serta berbaur di tengah suporter. Bahkan rame-rame mendatangi peserta yang sudah tampil. "Mengambil alih panggung". Mungkin mereka lupa, bahwa LIDA adalah ajang kompetisi, bukan acara resepsi perkawinan, kampanye pilkada, maupun ulang tahun suatu daerah. Bagaimanapun, menjaga wibawa dewan dangdut mutlak menjadi prioritas.
Menjadi rancu, jika tiba-tiba dewan dangdut mengomentari fashion, yang semestinya tugas dari  fashion guru: Samuel Wattimena. Atau disuruh komentar, malah bernyanyi dan berjoget kayak emak-emak. Padahal, bukan emak-emak. Memang benar adanya, dangdut identik dengan goyangan. Bergoyang boleh saja, asal jangan berlebihan......
Kemeriahan, gegap gempita, riuh rendah, serta tepuk tangan yang gemuruh (seperti yang acap diucapkan Rosalina Musa, dewan dangdut asal Singapura) begitu membahana di Studio 5 Indosiar. Tentu berbeda suasana dan sudut pandang bagi yang menonton melalui layar kaca. Untuk itu agar Indosiar dapat menyaring mana yang perlu dan pantas untuk ditayangkan, sehingga penonton di rumah merasa nyaman menyaksikannya.
Harapannya acara LIDA ini terus berlanjut. Menjadi tontonan, sekaligus tuntunan. Tidak menonjolkan hiburan semata, tetapi bisa membangkitkan semangat persaingan sehat, dan perjuangan tak kenal menyerah dari para pesertanya.