Â
Bagi para penikmat kuliner tidak asing lagi apa itu Pentol, mirip bakso makanan kecil tapi selalu dirindukan keberadaanya. Bagaimana tidak demikian, disepanjang sudut jalan-jalan protokol Palangka Raya, Kalimantan Tengah sangat mudah untuk mendapatkan penjual pentol, rasanya khas sambalnya khas, disajikan dengan menggunakan tusuk seperti tusuk sate, celupkan dalam sambel yang sudah tersedia,hmm gurih dan pedasya membuat otak menjadi cerah kembali.
Fenomena Pentol dan para Usahawan Kecil dan Mikro sesungguhnya adalah sebuah perlawanan terhadap dominasi pasar modern yang menggurita sampai ke polosok kampung di seluruh Indonesia, maka teori Marketing Mixnya Philip Kotler pun tidak masuk dalam konteks penjual Pentol dan para Usahawan Mikro Kecil tersebut, hari ini jualan laku, besok masih ada modal untuk jualan, ya sudah jalankan begitu bergulir pantang berhenti terus melaju tanpa modalpun terus berlari dorong sana dorong sini pakai gerobag pun jadi dan perlu diingat bahwa para Usahawan Mikro Kecil ini yang kemudian mampu bertahan dalam era pandemi COVID 19 kala itu.
Yang menarik tentunya bahwa ketika Phlip Kotler sebagai ahli dalam Marketing, belum memotret atas kekuatan para Penjual Pentol dan Usahawan Mikro Kecil dalam teorinya, dalam Marketing Mix terdiri dari 7P, apalagi jika menggunakan 4P (Produck, Place, Price dan Promotion) tidak masuk ke rumus penjual Pentol, sebab 4P itu fokusnya adalah pada Produck Oriented, nah padahal penjual Pentol dan Usawan Mikro Kecil hari ini jualan Pentol, besok jualan Es Campur, besok tidak jualan karena sedang ada pesta hajatan. Artinya para Usahawan Mikro Kicil ini lebih dapat beradaptasi atas perubahan ekonomi global dan bahkan jika terjadi perubahan arah politik mereka tetap enjoy dan eksis sampai kapanpun.
     Sebetulnya Marketik Mix ini adalah standar teori pemasaran terhadap suatu peroduk agar terjual secara maksimal dan mendapatkan keuntungan secara maksimal pula. Nah Marketing Mix 7P itu berawal tentang Products bahasanya adalah tentang hasil usaha (baik barang atau jasa) yang dapat ditawarkan ke pasar dan dapat memenuhi keinginan masyarakat, maka jika ingin produk kita berhasil dan menguasai pangsa pasar yang diperlukan adalah kualitas barang/jasa terjamin dan unik, dalam Products ini landasan utamanya adalah kualitas dan visualnya, coba Pentol masuk tidak, tapi rasanya hmmm..   sambalnya bikin ketagihan tujuh turunan.
     Kemudian Price adalah harga dari barang/jasa, hitungan hitungannya  mencapai Harga Pokok Penjualan/HPP dan ditambah beberapa persen keuntungan itulah harga yang diberikan pada barang/jasa yang akan dijual, harga pentol itu Rp. 2.000,_dua ribu rupiah satu biji, jalan kaki ketika membawa gerobag tidak masuk dalam perhitungan HPP, lelahnya tidak masuk dalam HPP apakah ini masuk dalam teori Marketing Mix?  Ini fenomena yang luar biasa dan langka dalam dunia Marketing tapi nyata  dalam dunia Usahawan Mikro dan Kecil di Indonesia.
     Yang unik dan menarik adalah Place, konsep Place dalam teori Marketing sebagai rangkaian Marketing Mix adalah suatu tempat  permanen sebagai lokasi atas usaha, semakin strategis dan mudah dijangkau akan dapat menentukan keuntungan yang akan terprediksi dapat diraih. Usahawan Mikro dan Kecil Pentol lokasinya tak menentu, kadang ada dipojok jalaanan, kadang jika terdapat pusat keramaian dia geser ke sana, dan bahkan jika anda sedang berkendara bertemu dengan mereka yang sedang gowes gerobak pentolnya, dia pasti akan berhenti walau anda beli satu pentol seharga dua ribu, Place  bagi kalangan Usahawan Pentol itu ya bumi dimana dia dipijak dia bisa nomaden kemana pun dia suka, dan proses produksinya dilakukan dalam satu rumah bersama para pelaku Usahawan Mikro dan Kecil Pentol,  tentunya ini unik dan menggelitik Prof. Plilip Kotler sebagai ahlinya Marketing.
     Bagaimana Promotions/Promosi Pentol, pakai sosmed kah? Pakai iklan beli satu dapat dua kah, karena dalam dunia Marketing biaya promosi akan masuk dalam HPP, sehingga harga jual sudah termasuk berapa duit digunakan untuk promosinya, Pentol tidak pakai itu, pentol Promosinya hanya dari mulut yang telah menikmati lezat dan gurihnya serta pedas sambalnya yang khas campuran berbagai penyedap dan bikin mata menjadi melek kembali. Artinya Promotions dalam Marketing Mix menjadi tidak berlaku dan bahkan mereka abaikan, hebat kan tanpa promosi tapi tetap membumi.
Tentu saja Usahawan Mikro dan Kecil Pentol ini mengadalkan Sumber Daya Manusi/SDM dalam Marketing Mix disebut People, SDM ini menjadi ujung tombak dalam perusahaan maju dan mundurnya ditentukan oleh kualitas dan integritas SDM tersebut, sebab jika integritasnya terganggu maka Perusahaan akan mudah untuk memecatnya putus hubungan kerja. Sebagai gambaran adalalah dalam pasar modern semua gerak-gerik konsumen diawasi oleh SDM/Pegawai bahkan CCTV dipasang di mana-mana untuk memantau pegawai dan pembeli, ini menunjukan bahwa pasar modern sangat rentan dan takut atas kerugian yang diderita oleh polah negative SDM, bagi penjual Pentol andai ada pembeli makan lima bilang satu pun gak masalah, ha ha ha paling-paling penjual pentol akan berpikiran positif mungkin dia laper, artinya integritas seoarang Usahawan Mikro dan Kecil Pentol dapat di adu deh. Berbicara Integritas Menteri Keuangan  Sri Mulyani Indrawati dalam sebuah kesempatan menyampaikan bahwa, Integritas itu bukan hanya masalah dia tidak korupsi tetapi berkaitan dengan tiga core value  Integritas yaitu Akuntabilitas, Kompetensi dan Etika, penjual Pentol hampir pasti ber Integritas.
     Dalam Marketing Mix selanjutnya yaitu Process, ini berkaitan layanan kepada konsumen, termasuk pada permintaan bermula dari memesan sampai konsumen mendapatkan apa yang dia pesan tersebut. Usahawan Mikro dan Kecil Pentol bagi konsumen yang makan ditempat, dia ambil sendiri, tusuk sendiri dan makan kemudian bayarnya tertakhir, barang sudah tertelan sampai perut kenyang baru bayar,ada proses yang sangat berbeda dengan pasar modern, terlihat tradisional tapi tidak pernah merasa rugi atas proses layanan tradisonal tersebut, bahkan Usahawan Mikro dan Kecil Pentol tidak memelototin pembeli makan berapa yah, dia ambilnya berapa bayar berapa, ada kepercayaan yang sengaja dibangun oleh penjual pentol dan para pelanggannya, ini yang membuat pelanggan betah menikmati pentol sambil menikmati pedasnya sambal, sebuah kepercayaan kedua belah pihak yang unik dan langka.
     Terakhir dari 7P dalam Marketing Mix adalah Physical Evidence (tampilan fisik), tempat usaha sebagai daya tarik atas pelanggan adalah hal yang sangat memerlukan perhatian khusus, interior, desain ruangan, toilet, pendingin ruangan adalah bentuk fisik sebagai bagian dari tolok ukur keberhasilan seuatu perusahaan, tentunya visualisasi ini akan membutuhkan modal yang tidak sedikit bahkan perlu perencanaan yang matang bagi perusahaan. Usahawan Mikro dan Kecil Pentol, tampilan sederhana tapi sangat mengena bagi pelanggannya, bahkan ciri khususnya adalah gerobak pentol dengan berbagai merk, pasti ada payung, pakai gowesan sepeda yang dimodifikasi ada kompor kecilnya, kesederhanaan dalam tampilan tapi merasuk dalam ingatan penikmatnya.
     Dari uraian di atas sesungguhnya secara teoritis Marketing, Usahawan Mikro dan Kecil Pentol melakukan kegiatan yang tidak masuk dalam teori Marketing namun justru eksis dan mengalahkan Pasar Modern  Mall  di Palangka Raya. Sebagai gambaran data yang didapat dari Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Kalimantan Tengah di https://diskopukm.kalteng.go.id/dataukm menyebutkan bahwa jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) periode 31 Desember 2022 sebanyak 121.456 (seratus duapuluh satu ribu empat ratus lima puluh enam) se Kalimantan Tengah,  117.786 (seratus tujuh belas ribu tujuh ratus delapan puluh enam) Usaha Mikro, 3.363 (tiga ribu tiga ratus enam puluh tiga) usaha Kecil dan 307 (tiga ratus tujuh) usaha Menengah. Jadi jumlah Usaha Mikro dan Kecil di Kalimantan Tengah sebanyak 121.149 (seratus dua puluh satu ribu seratus empat puluh sembilan), di sana terdapat 80.945 (depalan puluh ribu sembilan ratus empat puluh lima)  Usaha Dagang dan Kuliner, di sinilah Usaha Mikro Kecil Pentol berada dan memiliki peran dalam menopang perekonomian Kalimantan Tengah.
     Dari 14 (empat belas) Kabupaten dan Kota di Provinsi Kalimantan Tengah Usaha Mikro dan Kecil terbanyak di Kabupaten Kapuas 22.132 (dua puluh dua ribu seratus tiga puluh dua), Kabupaten Kota Waringin Barat sebanyak 19.864 (sembilan belas ribu delapan ratus enampuluh empat) dan Kabupaten Pulang Pisau sebanyak 17.001 ( tujuh belas ribu satu) di Kabupaten ini tidak terdapat Usaha Menengah.
     Sehingga dari data tersebut dapat juga untuk memproyeksikan dan merencanakan secara bersama-sama agar Usaha Mikro dan Kecil dapat naik kelas dan dapat menerima KUR (Kredit Usaha Rakyat) dari Perbankan, jika belum dapat secara bankable maka sesunguhnya Pemerintah sudah memfasilitasi dengan adanya Pembiayaan Ultara Mikro yang terkenal dengan Umi dari Kementerian Keuangan, namun jika anda setiap hari per orang belanja pentol 10 biji maka secara langsung akan berdampak meningkatkan Usaha Mikro Kecil Pentol, silahkan dicoba  datanglah ke Palangkaraya Kota Cantik, nikmati Pentolnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H