Walaupun kondisi penglihatanku belum ada perubahan, namun semangat untuk menjalani ujian yang diberikan membuatku bangkit. Peringatan yang diberikannya menjadi kesempatan perubahan hidupku.
Airmata mengalir deras disaat sujud dan tengadah tanganku kulantunkan seuntai doa memohon ampunan padaNya. Begitu banyak peringatanNya yang aku abaikan. LaranganNya aku lakukan membuat hatiku remuk dan tangisku akhirnya pecah disepanjang sajadah yang terhampar disepertiga malamku.
Ya Allah…. jika ini adalah kesempatan kebaikan bagi hidupku maka berikan aku kekuatan, kesabaran, keistiqamahan dalam menjalani ujian yang engkau berikan. Jangam biarkan hatiku larut karena sakit yang aku derita, namun jadikan rasa sakit ini sebagai penggugur dosa-dosaku selama aku menjalani kemaksiatan padaMu.
Ya Allah…. kuatkan hatiku untuk selalu dekat padaMu, fluktuatif keimanan dalam dadaku selalu menjadi kelemahan dan alasanku untuk membela diri terhadap apa yang aku lakukan. Jangan biarkan keindahan dunia kembali mencengkram hatiku, jangan biarkan hatiku terlena kembali. Namun ya Allah jadikan sisa hidupku untuk kebaikan buat diriku, istriku, anakku, keluargaku dan orang-orang disekitarku.
Ya Allah… pemilik jiwaku seutuhnya, kepadamulah aku kembali, biarkan aku kembali kepadamu dengan keimanan diakhir menutup usiaku agar khusnul Khotimah.
Akupun tersadar disaat pundakku ada yang menyentuh. "Mas, kau akan selalu tetap menjadi lelaki terindah dalam kehidupanku". Doaku selalu untukmu disaat kau gagah berdiri ataupun fisikmu lemah tidak akan mengubah rasa cinta ini untukmu. Airmatakupun tumpah dihadapan istriku. "Maafkan aku istriku, karena perilaku burukku kau dan anak2 terlantar tanpa kasih sayang".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H