Mohon tunggu...
Bagoes Dwi cahyo
Bagoes Dwi cahyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Belajarlah Kapanpun dan Dimanapun

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Campur Aduk Bahasa Anak Muda Ciledug

10 Januari 2022   21:06 Diperbarui: 10 Januari 2022   21:10 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa merupakan bagian sangat penting saat kita berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa akan terus berkembang mengikuti generasinya. Penggunaan bahasa yang baik dan benar juga penting, agar suatu pesan dapat dipahami oleh seseorang yang menjadi lawan komunikasi kita.

Terdapat pula bahasa-bahasa yang unik di beberapa daerah, terutama Ciledug Tangerang. Setiap orang tentu mengetahui bahasa unik di daerah Ciledug Tangerang tersebut. Orang-orang menyebutnya bahasa Ciledug, karena kalangan pemuda yang berasal dari daerah Ciledug suka mencampuri bahasa Indonesia dengan bahasa asing yaitu bahasa Inggris.

Faktor-faktor terjadinya bahasa Ciledug ialah para masyarakatnya yang terbuka dengan globalisasi. Tentunya masyarakat yang tidak buta dengan globalisasi, didominasi oleh kaum milenial atau pemuda, misalnya pengguna media sosial lebih banyak digunakan oleh para pemuda. Bahasa Ciledug digunakan oleh para pemuda ketika mereka melakukan suatu kegiatan, seperti berkumpul bersama atau lainnya.

Apa keunikan dari bahasa Ciledug? Bagaimana bisa bahasa Ciledug digunakan oleh kalangan pemuda? Apa saja bahasa Ciledug  itu? Nah, kali ini penulis akan membahas mengenai fenomena bahasa Ciledug, di mana penulis juga tinggal di Daerah sekitar Ciledug Tangerang. Tentunya beberapa teman-teman penulis juga biasa menggunakan bahasa unik tersebut.

Bahasa Ciledug dikatakan unik karena pada pengucapannya bercampur antara dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Mereka yang biasa menggunakan bahasa Ciledug, tentu harus menguasai bahasa Inggris juga sebagai selingan atau sisipan dari bahasa Ibu mereka.

Kalangan pemuda yang menggunakan bahasa Ciledug dapat dikatakan sebagai hiburan, menambah kosakata baru, dan agar terbiasa dalam mengucapkan bahasa Inggris. Akan tetapi, mereka juga harus melihat lawan bicaranya terlebih dahulu. Apakah lawan bicaranya tersebut juga menguasai bahasa Inggris atau tidak. Jika tidak, maka pesan yang disampaikan tidak dapat sepenuhnya tersampaikan karena lawan bicaranya tidak mengetahui makna atau arti yang dituturkan oleh pembicara.

Bahasa Ciledug termasuk ke dalam bahasa gaul karena lahir dikalangan para kaum milenial atau pemuda. Mereka tidak bisa menggunakan bahasa Ciledug dengan lawan bicaranya orang tua atau anak-anak. Bisa jadi mereka tidak menguasai bahasa Inggris. Menggunakan bahasa Jaksel dengan orang yang lebih tua juga dianggap tidak sopan. Jadi, penggunaan bahasa Jaksel hanya digunakan antara para pemuda yang usianya sebaya saja.

Terdapat beberapa bahasa Ciledug yang sering dilontarkan oleh teman-teman penulis, yaitu literally yang artinya secara harfiah, prefer yang artinya lebih suka, sorry artinya maaf, overthinking artinya terlalu memikirkan, whatever artinya terserah, even yang artinya bahkan atau walaupun, dan masih banyak lagi. Dari beberapa teman penulis juga ada yang kurang menguasai bahasa Inggris, sehingga dia selalu bertanya terlebih dahulu artinya apa.

Tentunya fenomena bahasa Ciledug tersebut terdapat kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan seseorang yang menggunakan pencampuran bahasa atau bisa disebut juga campur kode dalam setiap penuturannya, mereka terbiasa dalam mengucapkan bahasa asing terutama bahasa Inggris serta mereka lebih kreatif dalam berkomunikasi. Sedangkan kekurangannya ialah dapat menggeser atau menggantikan bahasa Indonesia dan kurangnya kesopanan dalam berkomunikasi. Maka dari itu, seseorang yang menggunakan bahasa Ciledug lebih banyak digunakan oleh para pemuda.

Nah untuk para pembaca, kita seharusnya membiasakan diri dalam berbahasa yang baik dan benar. Menggunakan bahasa yang tidak formal misalnya bahasa Ciledug tersebut  boleh-boleh saja asalkan dilakukan kepada orang-orang yang tepat. Untuk itu kita harus memperhatikan siapa yang menjadi lawan bicara kita terlebih dahulu, dan memperhatikan penggunaan bahasa yang pantas atau cocok untuk dilontarkan kepada lawan bicara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun