Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, namaku Bagja Putra. Aku berasal dari Bogor, Indonesia, dan saat ini berstatus sebagai mahasiswa internasional di Turki, sedang menempuh kuliah di jurusan Pendidikan Bahasa Turki di Gazi niversitesi, Ankara. Salah satu hobi yang selalu memberikan semangat buatku adalah berpetualang mengunjungi daerah-daerah bersejarah di Turki. Negeri ini memiliki banyak sekali tempat menarik yang menyimpan sejarah panjang peradaban dunia.
Beberapa kota cantik di Turki telah menjadi saksi atas petualanganku. Namun, kali ini ada hal spesial. Untuk keempat kalinya, aku berkesempatan untuk pergi ke Afyon, sebuah kota yang klasik dan sederhana, namun kaya akan kisah sejarah, alhamdulillah.
Setibanya di Afyon, aku disambut dengan hangat oleh hawa yang sangat segar, juga gunung benteng Afyon yang tampak sangat megah. Aku dijemput oleh kawan-kawan yang tinggal di asrama Risalah Nur juga di sana. Mereka adalah para sahabat terbaik yang sudah menunggu kedatanganku untuk berjelajah bersama. Mereka bahkan mengundangku untuk menginap beberapa hari di Afyon dan mengenalkan lebih dekat kehidupan mereka di asrama. Kawan-kawanku ini: Shevket, Batuhan, dan Samed masih bersekolah di sekolah menengah atas, tetapi antusiasme mereka dalam belajar ilmu agama dan sains, sekaligus sejarah amatlah luar biasa. Tidak lupa juga dengan Geylan, kawanku asal Sulawesi yang juga bersekolah di Universitas Afyon.
Hari ini, Selasa 29 Oktober 2024, adalah hari istimewa karena bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Republik Turki. Dalam suasana perayaan kemerdekaan ini, teman-teman di asrama mengajakku berkeliling kota Afyon, yang meskipun wilayah ini tidak terlalu besar, tapi menyimpan hawa maknawi yang kuat dan alam semula jadi yang luar biasa. Setiap sudut kota ini memiliki cerita dan warisan kebudayaan Islam di bumi Anatolia era Dinasti Turki Utsmaniyyah.
Salah satu hal yang paling menarik buatku, yang berkait dengan sejarah kota ini juga adalah tentang persinggahan seorang imam besar sekaligus pembaharu yang pernah hidup di era Kesultanan Turki Utsmani dan Republik Turki, yaitu Imam Badiuzzaman Said Nursi.
Kami pun pergi mengunjungi salah satu tempat penting di kota ini: rumah yang pernah menjadi tempat tinggal Said Nursi. Di sinilah, beliau melalui masa-masa sulit yang penuh perjuangan dalam mempertahankan iman dan prinsipnya. Said Nursi menjadi korban banyak kezaliman yang sangat dahsyat, dilancarkan oleh kekuatan sekular Turki pada masa itu. Seperti, diasingkan, dipenjara selama berbulan-bulan, dan dikawal oleh banyak polisi yang membenci nilai-nilai toleransi sekaligus sains ilmiah yang ditawarkan oleh Islam. Meski menghadapi tekanan berat, beliau tetap kokoh dan menyuarakan nilai-nilai kebenaran melalui karya-karyanya, khususnya Risale-i Nur.
Berjalan menelusuri rumah tersebut bersama kawan-kawan membawa pengalaman yang tak ternilai. Kami mendengarkan penjelasan mengenai kehidupan Said Nursi dan semangatnya dalam menghadapi tantangan zaman. Dari cerita ini, aku belajar tentang ketabahan dan dedikasi beliau untuk memperjuangkan agama dan ilmu pengetahuan. Sungguh, kunjungan ini menjadi salah satu pengalaman yang menginspirasi dalam perjalananku di Turki.
Perjalanan ini tidak hanya mempertemukan aku dengan sejarah yang pernah aku baca, tetapi juga dengan jejak kehidupan seorang tokoh besar yang ajarannya masih hidup hingga kini. Di tengah suasana Hari Kemerdekaan Turki ini, aku merasa beruntung bisa merasakan semangat perjuangan dan keteladanan Said Nursi yang tetap relevan bagi umat Islam di seluruh dunia.Â
Terima kasih, Afyon, dan terima kasih, kawan-kawan SMA, atas pengalaman takkan pernah terlupakan ini!
Allah razi olsun kardeslerim. Sizin ayaklariniza saglik!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H