Mohon tunggu...
Bagja Putra
Bagja Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

A dedicated and integrated young author who have the powerful spirit to explore ideas, knowledge, and experiences through leadership, discussion, and team work, love to build wider relationship as well as keep responsibility.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pahit Manis Perjuangan Mendapatkan Beasiswa Pemerintah Turki (YTB-Turkiye Burslari 2021)

4 November 2021   20:14 Diperbarui: 7 November 2021   02:54 1482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
BIODATA SINGKAT

Nama: BAGJA PUTRA

Riwayat Pekerjaan:

1. Jurnalis, PT. Analisnews Group Indonesia (2021)

2. Tutor Fisika, Primagama Leuwiliang (2021)

Riwayat Pendidikan:

1. SDS Al-Basyir (Alumni 2013)

2. SMPN 1 Cibungbulang (Alumni 2017)

3. SMAN 1 Leuwiliang -- MIPA (Alumni 2020)

4. ILT English Course Leuwiliang (Senior Class 2021)

5. Turkish Language Education, Gazi University, Ankara, Turkey.

Riwayat Pencapaian:

1. Awardee Beasiswa S-1 Pemerintah Turki, YTB-Turkiye Burslari Scholarship 2021

2. Juara Harapan 2 Pemilihan Duta Bahasa Pelajar Jawa Barat 2018

3. Penulis 12 buah buku

Media Sosial:

1. Instagram: @Bagja_Author

2. Facebook: @adenbagjaputra

AWAL BERMULA

Assalamualaikum wr. wb. Perkenalkan, aku Bagja Putra, salah satu penerima Beasiswa Fully Funded Pemerintah Turki 2021. Alhamdulillah, aku ditempatkan di salah satu Universitas Negeri Terbaik di Ibu Kota Turki, Gazi University, Jurusan Pendidikan Bahasa Turki. Semua orang mungkin bertanya-tanya bagaimana aku mampu menerima beasiswa dari luar negeri. Maka biarkan aku untuk menceritakan pahit manisnya perjuanganku dalam meraih segala mimpi.

Awal Bermula, aku berasal dari keluarga berkecukupan. Keluargaku belum mampu untuk menyekolahkanku di sekolah-sekolah mahal. Meskipun begitu pendidikan tetap menjadi prioritas dalam hidupku. Aku memiliki role model dalam keluarga. Dia adalah tanteku, namanya Dede Fatimah. Salah seorang penerima beasiswa di Universitas terbaik di Indonesia, Universitas Indonesia, jurusan keperawatan.

Alhamdulillah, dia adalah orang pertama yang mengenyam pendidikan sarjana di tengah keluarga besarku. Dia yang Allah kirim untuk mengubah cara pandang konvensional keluargaku.

"Ateuh" begitulah aku memanggilnya. Kami hanya terpaut 6 tahun. Ateuh yang mengajariku banyak hal tentang kepribadian, cara bersikap, dan bagaimana seharusnya seseorang hidup.

Ateuhku terlihat biasa-biasa saja di mata orang, tapi bagiku Ateuh spesial, bahkan sangat spesial. Kalau Allah tidak mengirim Ateuh ke dalam hidupku, aku mungkin tidak akan pernah mampu berada di posisi ini. Ateuh dan aku cukup banyak mengalami penderitaan, baik internal maupun external, tapi Ateuh selalu mengajariku untuk "KUAT" dan yakin bahwa Allah adalah sebaik-baik penolong kita.

Ateuhku merupakan alumni SMAN 1 Cibungbulang 2013. Secara realistis, sekolah kabupaten muda saat itu cukup sulit untuk tembus SNMPTN ke PTN Terbaik di Indonesia, tapi qadarullah, Allah memudahkan segalanya. Lagi dan lagi, Ateuh terus mengingatkan aku tentang kebaikan-kebaikan Allah. Itu adalah inspirasi utama yang aku dapatkan di masa remajaku.

Awal bermula, aku sangat berharap mampu seperti Ateuh. Bisa berkuliah di tempat yang sama dan Ateuh pun merekomendasikanku untuk bersekolah di tempat yang berpeluang lebih besar lolos SNMPTN maupun SBMPTN. Ateuh menyuruhku untuk bersekolah di SMAN 1 Leuwiliang. Kala itu, aku pun bercita-cita, melebihi impiannya dan menjadi seorang Dokter.

PERJUANGAN DI SMA

Di SMA, aku masuk kelas MIPA, aku pun melalui hari-hari yang beragam. Di kelas, nilai eksakku alhamdulillah baik. Aku bahkan ingin sekali bisa ikut olimpiade matematika, tetapi sayangnya posisi itu sudah ditempati temanku. Ya, dia memang layak terpilih. Akan tetapi, aku pun berusaha untuk menggali potensiku yang lain: Ilmu sosial, seni, dan BAHASA. Potensi yang sering diremehkan nyaris setiap orang.

Aku ingin menjadi berbeda. Semenjak kelas X, aku sering menghabiskan waktu di perpustakaan. Aku pun menemukan inspirasi besar dari sebuah buku motivasi, "Aku Akan Menggeser Gunung", karya Rahmi Khalida dari SMAN 10 Padang, pemenang lomba Penulisan CERIS 2009 Kemenag RI. Sejak saat itu, aku mulai menemukan tujuanku. Aku menyadari siapa diriku dan apa yang menjadi kebutuhanku. Maka aku pun berpindah haluan. Aku tidak akan menjadi dokter.

Aku ingin menjadi seorang guru, diplomat, atau duta besar, dan aku ingin berkuliah di Luar Negeri. Aku pun mengasah kemampuanku dalam ilmu sosial dan bahasa. Sampai-sampai aku, alhamdulillah, berhasil mendapatkan beasiswa kursus bahasa Inggris.

Aku berguru pada seorang penulis buku modul bahasa Inggris Nasional, Coach Arjuna Pirmansyah (Bro/ Coach Pirman), dan di sanalah aku memulai langkahku menjadi seorang penulis, hingga mampu menerbitkan lebih dari 10 buku. Aku belajar banyak hal dari guru bahasaku, yang mana mereka benar-benar merupakan penulis idealis, cerdas, kritis, dan humanis, yang buku-buku serta publikasinya sudah diakui secara nasional. Bukan hanya Coach Pirman, tetapi juga Dina Sensei-ku di sekolah.

Selama di SMA, aku aktif mengikuti sekaligus memenangkan berbagai perlombaan meskipun tanpa dukungan sekolah dan hanya beberapa perlombaan saja yang mana aku memang memerlukan bantuan sekolah, seperti pernah sekali, aku mengikuti perlombaan duta bahasa pelajar jawa barat 2018 dan aku memenangkan juara tingkat provinsi.

Namun, suatu hari, pencapaianku dalam bidang ilmu bahasa dan sosial pun mulai mendatangkan polemik. Mengapa demikian? Itu karena terjadinya sukuisme jurusan (majorisme), baik di kalangan guru maupun para siswa. Mereka heran, kenapa siswa MIPA bisa jadi Dubas? Kamu salah jurusan? Aku jawab, itu adalah hakku ingin menjadi apa.

Toh, teman-teman Dubasku yang lain kebanyakan siswa MIPA. Itu seharusnya tidak menjadi masalah. Setiap orang punya bakatnya masing-masing. Meskipun begitu, alhamdulillah, di sekolah aku selalu memperoleh peringkat 3 besar Paralel MIPA. Saat itu, Aku aktif di organisasi ROHIS dan berperan sebagai Kepala Divisi Humas. Aku berteman dengan siapa saja dan suka belajar bersama.

Sebenarnya, selama di SMA banyak sekali problem yang kualami. Aku sangat sering curhat pada Guruku, Mama Jojoh, Coach Pirman, dan Dina Sensei. Hanya saja, aku selalu berusaha untuk melupakan masalahku. Bagiku, itu terlalu privasi untuk diceritakan, karena ini berhubungan gangguan mentalku. Bagiku, masa-masa SMA bukanlah masa-masa menyenangkan. Itu adalah masa paling kelam dalam hidupku, di mana saat itu pun perasaan, emosi, dan semuanya teraktivasi dalam diriku. Too sensitive. Sulit dimengerti memang. Namun, tidak apa-apa. Itu semua sudah berlalu.

Satu hal yang paling kusyukuri, di mana aku masih dikelilingi oleh orang tersayangku, keluargaku (meskipun menyebalkan, hehehe), guru-guru yang selalu mendukungku (Mama Jojoh, Bro Pirman, Dina Sensei, Bu Teti, Bu Herly, Bu Nunung, Umi Ade dan lainnya), juga sahabat-sahabat yang selalu ada bersamaku.

PERJUANGAN MENDAFTAR DAN MEMPEROLEH BEASISWA

Aku mulai mencari-cari informasi beasiswa dalam dan luar negeri sejak kelas 11 SMA. Di samping itu, aku tidak lupa mempersiapkan diri untuk seleksi SNMPTN, SBMPTN (UTBK), dan bahkan Ujian Mandiri, meskipun pada akhirnya, tidak ada satu pun PTN Indo yang aku daftarkan (UI, IPB, UIN JKT, UIN SGD, UNY, dan UNTIRTA) yang mau menerimaku, alias aku gagal dalam seleksi nasional di negeriku, hehehe, bagiku tidak apa-apa, bukankah kasus ini terdengar lumrah?

Aku mengasah skill bahasa Inggris hanya dalam waktu enam bulan. Aku pun mempersiapkan berbagai macam persyaratan, seperti KTP, KK, Akta Kelahiran, Paspor, Transkrip Nilai, sertifikat prestasi, surat rekomendasi, dan Ijazah setelah lulus SMA. Aku menerjemahkan transkrip dan ijazahku sendirian dan hanya memerlukan persetujuan atau tanda tangan kepala sekolah.

Awalnya banyak sekali yang meragukan langkahku, terutama keluargaku. Namun, aku tidak menghiraukan mereka. Aku pun mendaftar banyak beasiswa yang bisa diikuti oleh siswa kelas 12 atau siswa yang akan lulus pada tahun yang sama. Aku pun menemukan beberapa beasiswa luar negeri yang sesuai dengan kapasitasku: Ton Duc Thang University Scholarship Vietnam, Romanian Government Scholarship, Eduversal Scholarship Batch Kamboja, dan Turkiye Burslari Scholarship.

Saat aku mendaftar keempatnya, alhamdulillah ala kulli haal, aku lolos keempatnya. Aku sangat bersyukur pada Allah dan aku pun menjalani istikhoroh, tahajjud, berkepanjangan. Aku menimbang-nimbang begitu banyak hal, hingga pada akhirnya Allah lebih Ridha agar aku memilih beasiswa Turki.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Tahu enggak? Mulanya, aku tidak mau mengambil beasiswa Turki lho, hahaha! karena aku pun lolos beasiswa full pemerintah Romania, salah satu negara anggota European Union (EU) dan visa Romaniaku pun bahkan sudah jadi. Pikirku, aku sudah alhamdulillah memperoleh jurusan Jurnalistik di Universitas nomor 1 di Romania, Babes Bolyai University Cluj-Napoca. Lagipula Turki tuh sudah terlalu mainstream, banyak sekali orang Indo yang tinggal dan berkuliah di sana, sedangkan Romania itu negara EU, terbilang cukup jarang mahasiswa/ WNI yang ada di sana, hahaha, gengsi. Btw, kualitasnya pun lebih baik daripada Asia dan konon untuk memperoleh beasiswa Erasmus antar negara Eropa pun akan sangat mudah.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Aku sudah berdisuksi banyak dengan kakak-kakak Romania-ku. Bahkan aku sudah tergabung dalam grup PPI Romania saat itu. Namun, qadarullah, ibuku sakit dan sudah dirujuk untuk operasi. Ibu pun memintaku untuk menemaninya beberapa waktu dan pada akhirnya menyuruhku untuk resign dari beasiswa Romania, lantas mengambil beasiswa Turki, jurusan Pendidikan Bahasa Turki.

Seiring berjalannya waktu, aku pun tersadar akan beberapa hal yang menjadi pertimbangan utamaku:

1. Turki adalah negeri Muslim.

2. Beasiswa Turki adalah beasiswa Fully Funded, yang mencakup pesawat, uang makan, uang bulanan, uang kuliah, dan bahkan transportasi. Beasiswa selain Turki yang kudapatkan tidak mencakup biaya pesawat, uang yang seharusnya kugunakan untuk ongkos ke Romania, digunakan untuk hal lain.

3. Selain itu ada hal yang tidak bisa dinilai dengan uang dan popularitas, yaitu waktu dan tempat untuk solat, juga bahkan keberadaan makanan halal.

4. Jurusan BAHASA. Salah satu passion utamaku. Bagiku, bahasa adalah sumber ilmu pengetahuan. Jika Allah tidak menciptakan bahasa, apa yang bisa kita lakukan?

5. Prospek menjadi seorang Hoca (Guru), profesi yang sangat mulia, di mana aku bisa menjembatani siswa-siswa Indonesia maupun internasional, agar dapat belajar atau berkuliah di tempat terbaik, aamiin.

 PASCA LOLOS BEASISWA

BINGUNG, perjuanganku untuk mengambil beasiswa pun memerlukan begitu banyak tenaga dan uang. Aku bingung siapa yang dapat membantuku. Aku tidak mungkin datang ke kantor Desa atau Kabupaten untuk meminta uang. Mereka bukan siapa-siapaku. Sampai aku pun memaksakan diri meminjam dana pada kerabat-kerabatku untuk membeli berbagai keperluan, seperti ongkos bolak-balik Bogor-Jakarta, laptop, handphone, dan lain-lain.

Aku pernah disarankan oleh guru dan teman-temanku untuk membuat dan mencoba menyerahkan proposal dana bantuan pendidikan kepada lembaga pemerintah setempat atau daerah, seperti ke Dinas-dinas Kabupaten, BAZNAS, Kemdikbud, Kemenag, dan lain-lain. Namun, aku apatis dengan semua itu. Aku yakin, aku hanya akan membuang-buang waktu untuk membuat proposal yang pada akhirnya akan menjadi sampah, sekalipun di ACC, kemungkinannya hanya 0,01%, bagi diriku sebagai orang luar. Lagi pula, aku tidak mau mengganggu mereka yang begitu sibuk mengurus kepentingan rakyat. Apalagi di tengah pandemi seperti itu.

Dulu saja, saat aku meminta surat rekomendasi dari kemenag kabupaten pun tidak kunjung diberikan, padahal aku sudah memberikan pengantarnya, dan aku akan membayar biaya jasa pembuatannya. Tidak masalah. Itu sudah berlalu, dan mereka tidaklah penting bagiku. Yang menjadi kewajibanku kali ini adalah tetap bersyukur pada apa yang telah Allah berikan. Dengan pinjaman dari kerabatku, aku benar-benar merasa sangat beruntung karena aku tidak terikat riba, dan tidak perlu berhutang pada lebih banyak orang alias dana masyarakat Indonesiaku.

Saat ini, yang menjadi tujuanku hanya satu: Istiqomah untuk meraih Ridha Allah.

Saat ini, yang menjadi langkahku hanya satu: Ibadah kepada Allah.

Saat ini, yang menjadi tumpuan hidupku hanya satu: berusaha taat kepada Allah.

Aku jelas bukan orang yang suci. Aku pun bukan seorang santri. Aku hanya mengikuti kajian-kajian di sekolah, tempat umum, atau bahkan televisi, dan mengamalkan dan memaksimalkan kebaikan yang bisa kulakukan. Aku bahkan hanya makhluk buruk yang menggantungkan semua masalah kepada Allah, karena Allah yang menciptakanku. Aku tidak merasa hebat, karena semua itu sudah ada yang mengatur.

Aku selalu berdoa kepada Allah. Agar Allah kuatkan langkahku demi kemajuan Agamaku, Keluargaku, Bangsaku, Negaraku, dan saudara-saudaraku.

Cukup sekian kisah perjalanan yang bisa kusampaikan. Untuk artikel selanjutnya aku berjanji akan sharing tentang step by step tips lolos beasiswa pemerintah Turki, insyaAllah. Baiklah, semoga Allah merahmati kita semua. Good luck.

Wallahulmuwaffiq ilaa aqwaamitthriiq, Wassalamualaikum wr. wb.

***NEXT Article: LENGKAP! TIPS LOLOS BEASISWA PEMERINTAH TURKI YTB 2021 - STEP 1 SELEKSI ADMINISTRASI.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun